BANTENRAYA.CO.ID – PT Bank Pembangunan Daerah Banten atau Bank Banten yang memiliki kode BEKS dalam lantai saham menjadi emiten bank daerah yang mencatatkan kinerja kurang cemerlang.
Kompetitor Bank Banten seperti Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten atau BJBR dan Bank Pembangunan Jawa Timur atau BJTM, saat ini sudah merasakan manisnya laba.
Sedangkan BEKS masih terus berkutat dengan nestapa warisan kerugian Bank Pundi, yang menghambat keberlangsungan kinerja bisnisnya ke depan.
Harga saham yang masih belum beranjak dari Rp 50 membuat emiten tersebut sepi peminat.
BACA JUGA:Jajaran Direksi Bank Banten Tak Punya Saham di BEKS, Berikut Rinciannya
Pada Perdagangan pasar saham kemarin, 27 Oktober 2023, saham BEKS ditransaksikan sebanyak 16 kali dengan nilai Rp 1.825.000.
Sedangkan saham BJBR ditransaksikan sebanyak 652 kali dengan nilai Rp 993 juta pada level Rp 1.120 per lembar saham.
Sementara saham BJTM ditransaksikan sebanyak 1.116 kali dengan nilai Rp 2,1 miliar di level harga penutupan Rp 610 per lembar saham.
Berdasarkan laporan keuangan BEKS pada 30 September 2023, bank ini mencatatkan defisit keuangan atau akumulasi kerugian sebesar Rp 2,91 triliun, mengalami koreksi dibandingkan sejak akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,89 triliun.
BACA JUGA:Pemkot Serang Tak Menolak Giveaway Saham Bank Banten, tapi Kalau Pindah RKUD Nanti Dulu
Selain itu, BEKS juga masih mencatat rugi bersih sebesar Rp 14,52 miliar, meskipun nilai tersebut menyusut sekitar 86 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 126,07 miliar.
Kabar baiknya, pendapatan bunga bank plat merah milik Pemprov Banten ini meningkat sekitar 45 persen menjadi Rp145,5 miliar secara year on year atau yoy.
Namun pendapat operasional turun menjadi Rp 50,72 miliar dibandingkan akhir September tahun 2022 sebesar Rp 63,54 miliar.
Kemudian, dana pihak ketiga atau DPK turun hingga triwulan ke III 2023 menjadi Rp 3,469 triliun dari sebelumnya Rp 3,792 triliun pada akhir tahun 2022.
BACA JUGA:Al Muktabar Pede Kabupaten Kota akan Pindahkan RKUD ke Bank Banten
Sedangkan nilai kredit menyusut menjadi Rp 3,312 triliun dibandingkan periode yang sama sebesar Rp3,315 triliun. (mg-raden)***