Bantenraya.co.id– Dinas Pertanian Provinsi Banten mencatat telah terjadi kekeringan pada 1.494 hektare luas lahan pertanian padi (sawah) yang ada di Provinsi Banten.
Kekeringan itu merupakan akumulasi sejak 7 Mei hingga 8 Agustus 2023.
Sekretaris Dinas Pertanian Provinsi Banten Sobirin mengatakan, berdasarkan data Balai Proteksi Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Provinsi Banten terdapat 1.494 hektare luas lahan pertanian padi di Provinsi Banten mengalami kekeringan.
Dari jumlah itu, sebanyak 22,05 hektare lahan padi mengalami puso.
BACA JUGA : Akibat Selingkuh Dengan Menantu, Anak Bunuh Ayah Tiri
“Sebanyak 1.494 hektare lahan padi kekeringan,” kata Sobirin, Minggu (13/8/2023).
Sobirin mengatakan, data jumlah kekeringan itu merupakan akumulasi data dari 7 Mei hingga 8 Agustus 2023.
Sementara pada periode Mei hingga Juni, ada 649 hektare lahan padi yang berhasil dipulihkan, sehingga tidak terjadi gagal panen.
Hal itu kemudian menjadikan 29 hektare lahan padi berhasil sampai dengan panen.
BACA JUGA : Menuju 1.000 Hari Liverpool dan Chelsea Tanpa Pemenang di Liga Inggris, Sama-sama Ngotot Tanpa 3 Poin
“Untuk kondisi kekeringan sekarang dari periode Juli hingga Agustus mencapai 794 hektare.
Dari jumlah itu, 760 hektare mengalami kekeringan ringan, 30 hektare mengalami kekeringan sedang, dan 4 hektare mengalami kekeringan berat.
Sobirin menyatakan, Pemprov Banten sudah berupaya mengatasi kekringan yang terjadi. Salah satunya dengan memanfaatkan pompa yang ada.
Pompa yang tidak terpakai dialihkan penggunaannya ke daerah yang kekeringan untuk mengalirkan air ke wilayah yang kekeringan.
BACA JUGA : Gratis! Twibbon Hari Pramuka Nasional ke-62 Populer Banyak Dipakai, Bikin Foto Makin Kece
Kepala BPTPHP Provinsi Banten Adham Bahtra Pangerti mengatakan, adapun daerah-daerah yang lahan padinya mengalami kekeringan tersebur di sejumlah daerah seperti Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Serang.
Adapun untuk Kabupaten Pandeglang, daerah yang mengalami kekeringan misalkan Kecamatan Bojong, Panimbang, Cigeulis, Sobang, Carita, Cikeusik, dan Sindangresmi.
Untuk Kabupaten Lebak, kecamatan yang terdampak kekeringan adalah Kecamatan Malimping, Cihara, Leuwidamar, Maja, dan Curugbitung.
Adapun untuk Kabupaten Serang, kecamatan yang terdampak adalah Kecamatan Jawilan, Cikande, Ciruas, Padarincang, Cikeusal, Pamarayan, Tirtayasa, Cinangka, dan Tanara.
BACA JUGA : 15 Ucapan Selamat Hari Jadi Provinsi Bali ke-65, Penuh dengan Doa dan Kalimat yang Menginspirasi
Untuk Kabupaten Tangerang wilayah yang terdampak kekeringan adalah Kecamatan Sindang Jaya dan Cikupa.
Sedangkan untuk Kota Serang kecamatan yang terdampak kekeringan adalah Kecamatan Kasemen dan Walantaka.
Di lain pihak, sejumlah warga di Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang mulai kesulitan mendapatkan air bersih dalam satu bulan terakhir.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari warga menunggu kiriman dari pihak-pihak terkait yang bisa membantu.
BACA JUGA : Rayakan HUT ke-78 RI, Ribuan Warga Serdang Kabupaten Serang Ramaikan Acara Jalan Santai
Camat Pontang Samsuri mengatakan, pihaknya telan mendata warga yang terdampak kekeringan dan mulai kesulitan mendapatkan air bersih.
“Iya sejak Juli kemarin, warga sudah kekurangan air bersih. Hampir di semua desa ada tapi tidak semuanya hanya beberapa RT saja,” ujar Samsuri, Minggu (13/8/2023).
Ia mengaku sudah berkoordinasi dengan PMI Provinsi Banten untuk bisa mengirim air bersih secara berkala ke Kecamatan Pontang agar warga bisa memenuhi kebutuhannya akan air bersih.
“Segera datanya akan kami kirimkan. Saya sudah koordinasi dengan pihak PMI karena memng PMI juga minta melaporkan,” katanya.
BACA JUGA : 4.019 Kasus Diare Terjadi di Cilegon Selama 2023, BABS Jadi Salah Satu Penyebabnya
Samsuri menuturkan, selama ini warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih dari PDAM dan sumur bor namun pada saat musim kemarau ini sumur tidak mengeluarkan air dan air PDAM juga tidak mengalir dengan lancar.
“Selain warga yang kesulitan mendapatkan air bersih, beberapa empang juga mulai kekeringan,” ungkapnya.
Terpisah, pegawai PDAM Tirta Albantani Rahmat Hidayat Hidayat mengatakan, pihak PDAM telah mengirimkan air bersih kepada warga di Desa Domas, Kecamatan Pontang yang mengajukan permintaan air bersih.
“Ada juga permintaan dari mahasiswa yang sedang KKM di Kampung Tembakang dan sudah kita kirim,” katanya.
BACA JUGA : 4.019 Kasus Diare Terjadi di Cilegon Selama 2023, BABS Jadi Salah Satu Penyebabnya
Ia mengungkapkan, permintaan air bersih yang disampaikan ke PDAM Tirta Albantani sudah ada beberapa yang masuk.
“Kalau ada permintaan kita bag-bagi karena personel kita terbatas. Kalau air baku insya Allah masih aman,” ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Serang angkat tangan soal Situ Ciwaka yang mengalami kekeringan.
Pemkot Serang menilai Situ Ciwaka kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3).
BACA JUGA : Besok Banget! 20 Ucapan Selamat Hari Pramuka Nasional, Paling Cocok Untuk Caption Status di WA
Perihal Situ Ciwaka kewenangan BBWSC3 ini disampaikan Asisten Daerah (Asda) II Kota Serang Yudi Suryadi.
Sebelumnya diberitakan, Situ Ciwaka di Kelurahan Pengampelan, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, mengalami kekeringan.
Situ Ciwaka kekeringan karena sudah memasuki musim kemarau, sehingga airnya surut.
Imbas Situ Ciwaka kekeringan, ribuan hektare sawah di Kelurahan Pipitan terancam kekeringan dan gagal panen alias puso, lantaran sebagian Situ Ciwaka mulai mengering.
BACA JUGA : Wanita ini Minta Nego Harga Kos di Jakarta, Berujung Teror Bapak Kos
“Situ Ciwaka bukan kewenangan Pemkot Serang, itu kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3).
Kita mah hanya pemakai air saja,” tegas Yudi Suryadi, kepada Banten Raya, Minggu (13/8/2023).
Yudi menuturkan, sejak menjabat sebagai Camat Walantaka, Situ Ciwaka merupakan kewenangan BBWSC3.
“Jadi memang pengalaman waktu saya jadi camat di sana itu memang kewenangan Balai.
Kita hanya pengguna saja, dulu juga pernah kita hijaukan di sana. Ya maksudnya agar lingkungannya enak untuk warga sekitar,” tegas dia.
Menurut Yudi, Situ Ciwaka bisa terjadi kekeringan, karena debit airnya tidak seperti sungai.
“Apalagi situasi kondisi saat ini apalagi Banten akan menghadapi pengaruh El Nino selama dua bulan Agustus September 2023,” katanya.
BACA JUGA : Walikota Syafrudin Harapkan Apoteker Kota Serang Semakin Unggul dan Kompeten
Menurut Yudi, seharusnya seluruh petani bisa mempertimbangkan masa tanamnya, karena jika tidak dipertimbangkan masa tanamnya akan mengalami kekeringan.
“Masa tanam ini harus juga dipertimbangkan, jangan sampai waktu kering tanam lagi,” ungkap Yudi.
Kalau pun para petani mau bercocok tanam, masih kata Yudi Suryadi, bisa memilah tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, seperti palawija contohnya.
“Beralih jangan ke padi. Kalau padi mah kan butuh banyak air, kalau palawija mungkin hanya disiram-siram tidak terlalu banyak air,” jelasnya.
BACA JUGA : 3 Restoran di Surabaya Ini Punya Menu Lezat Khas Jepang, Buruan Coba!
Terkait usulan perbaikan irigasi dan mesin bor, Yudi berjanji akan mendorong DKPPP Kota Serang untuk bisa membantu para petani di daerah-daerah rawan kekeringan.
“Nah itu mungkin kita akan dorong dengan dinas pertanian, terhadap daerah-daerah yang rawan air.
Apakah dimungkin nanti kita menggali air menggunakan mesin bor untuk pertanian istilahnya untuk menyiram.
Kita coba. Dan itu juga termasuk dalam penanganan inflasi. Mudah-mudahan ada pos yang diarahkan di sana. Kita sedang godok dengan tim,” sambungnya.
BACA JUGA : SEGERA DAFTAR! BIGHIT Music Akan Adakan Audisi Global 2023 Secara Online, Begini Caranya
Salah seorang petani Lingkungan Pipitan, Kelurahan Pipitan, Kecamatan Walantaka, Soni mengatakan, para petani di Kelurahan Pipitan sangat bergantung pada air Situ Ciwaka, karena mayoritas sawah tadah hujan.
Ketika Situ Ciwaka mengalami kekeringan, para petani sangat berdampak.
“Ya berdampak lah. Dari dulu kesulitan air,” kata Soni.
Soni mengungkapkan, sudah beberapa bulan lalu para petani sudah kesulitan untuk mendapatkan air untuk mengairi persawahannya.
“Semenjak mulai garap. Tiga bulanan ke sini. Sudah nggak ada lagi airnya,” ungkap dia.
Soni menjelaskan, sebagian Situ Ciwaka saat ini kembali menampung air, karena para petani harus mencari-cari sumber air hingga ke Kabupaten Serang.
“Situ Ciwaka sekarang ada airnya itu dari kali sedikit-sedikit. Dari Baros, dari Kecamatan Curug. Dari irigasi nyari airnya,” jelasnya.
Untuk mendapatkan sumber air, para petani sampai rela berkorban bedagang demi sawah-sawahnya teraliri air melalui Situ Ciwaka.
BACA JUGA : MASIH AKTIF! Coupon Code The Spike Volleyball Story 12 Agustus 2023, Klaim Reward Bola Voli dan Gems Gratis
“Sehari itu belum tentu kelar nyari airnya. Kadang-kadang empat hari empat malam nginep di sana buat cari air,” ungkap Soni.
Soni menuturkan, karena sebagian Situ Ciwaka sudah mengering, para petani terpaksa harus menggunakan mesin diesel agar air bisa mengalir ke persawahannya.
“Pakai diesel. Sedot lagi. Bikin tempolong pakai pralon. Kalau gak gitu gak turun airnya, karena posisi Situ Ciwaka tinggi,” tutur Soni.
Untuk menyedot air dari Situ Ciwaka, para petani harus merogoh kocek hingga ratusan ribu rupiah untuk membeli pertalite.
BACA JUGA : Anak Hakim Penyunat Vonis Ferdy Sambo, Sering Pesta Sabu di Pengadilan Rangkas Bitung
“Rp 200 ribu buat beli bensin sehari doang buat ngairin sawah. Sawah saya cuman 5.000 meter persegi tapi jaraknya jauh, jadi nyedotnya lama,” terang dia.
Soni mengakui bahwa bencana kekeringan di Kelurahan Pipitan belum terjadi, namun saat ini para petani sudah merasakan dampak kesulitan air karena sudah memasuki musim kemarau.
“Kekeringan total belum. Cuma kekeringan nggak ada hujan. Biasanya kalau telat hujan air dari sana mungkin ada ngalir ke sini. Ini nggak ada sama sekali,” ungkapnya.
Soni berharap pemerintah daerah bisa mengatasi permasalahan para petani yang sudah merasakan kesulitan air, akibat sebagian Situ Ciwaka kekeringan.
“Kalau bisa ada mesin bor air. Jadi kita ngebor kalau di Situ Ciwaka airnya sudah kering,” katanya.(tohir/harir/tanjung)