BANTENRAYA.CO.ID – Hari buku nasional atau harbuknas adalah salah satu momen nasional yang terjadi di bulan Mei ini.
Tujuan dari adanya hari buku nasional tentunya sebagai pengingat kalau minat baca dan literasi di Indonesia itu amat penting.
Namun, tiap perayaan pastinya mewakili tokoh tertentu, dan termasuk juga hari buku nasional.
Dan berikut, bantenraya.co.id telah merangkum dair berbagai sumber tentang sejarah singkat harbuknas dan profil singkat tokoh pencetus harbuknas.
BACA JUGA: Sejarah Singkat 6 Pahlawan Pendidikan di Indonesia, Para Tokoh Semangat Hardiknas 2023
Setiap tahun, Hari Buku Nasional diperingati pada tanggal 17 Mei.
Dan hal tersebut dicetuskan pertama kali oleh Abdul Malik Fadjar yang merupakan Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Gotong Royong pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri.
Bapak Abdul Malik Fadjar lahir di Yogyakarta tanggal 22 Februari 1939, di masa Indonesia masih bernama Hindia Belanda.
Beliau lahir dari pasangan ayah Fadjar Martodiharjo dan ibu Salamah Fadjar, dan beliau anak ke-4 dari 7 bersaudara.
Sejak usia remaja, Pak Abdul Malik sudah aktif terjun di dunia organisasi.
BACA JUGA: 6 Tips Meningkatkan Ketertarikan Baca Buku, Urgensi Hobi Membaca Bagi Muslim Remaja
Beliau juga merupakan lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya tahun 1972.
Pada pertengahan tahun 1979, beliau melanjutkan kuliah S2 ke Amerika, di Florida State University, USA pada program studi International/Intercultural Develomment Education.
Beliau juga pernah diangkat menjadi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tahun 1983, dan juga pernah menjabat sebagai rektor UMM dari tahun 1983 sampai tahun 2000.
Pak Abdul Malik juga pernah menjabat sebagai Menteri Agama Indonesia yang ke-17 pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie.
BACA JUGA: Manfaat Membaca Buku bagi Kesehatan Mental
Dan pada 19 Januari 2015, beliau dipilih Presiden Joko Widodo menjadi salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Pemilihan tanggal 17 Mei sebagai hardiknas ternyata didasarkan beliau karena tanggal tersebut adalah tanggal berdirinya Perpustakaan Nasional, yaitu 17 Mei 1980.
Akhirnya peringatan Hari Buku Nasional pun dirayakan pertama kali pada tahun 2002.
Ditambah, tujuan beliau mencetuskan Hari Buku Nasional adalah demi menumbuhkan minat baca dan literasi masyarakat Indonesia.
BACA JUGA: Gesekan Panas: 16 Kartu Kuning 6 Kartu Merah, Indonesia Libas Thailand Dengan Skor Akhir 5-2
Mengetahui minat baca dan literasi di Indonesia yang pada saat itu masih sangat rendah, Pak Malik Fadjar akhirnya terdorong mencetuskan Hari Buku Nasional.
Dengan begitu, diharapkan harbuknas bisa menarik minat masyarakat untuk membaca.
Selain itu, penjualan buku di Indonesia saat itu masih tergolong rendah.
Saat itu, Indonesia hanya mencetak sekitar 18 ribu buku tiap tahunnya yang mana angka tersebut masih terhitung rendah dibanding dengan angka percetakkan buku di negara Asia lain.
Tiap tahunnya, Jepang mencetak 40 ribu buku dan Cina yang mencetak 140 ribu.
Pak Malik Fadjar meninggal pada tanggal 7 September 2020 di usia 81 tahun, dan dimakamkan di Taman Pemakaman Nasional Utama Kalibata.
Namun, warisan Hari Buku Nasional beliau akan terus dikenang setiap tahun, dan diharapkan itu pun akan meningkatkan angka penjualan buku dan angka melek huruf di Indonesia.
Karena kebiasaan membaca juga akan beriringan dengan perkembangan pendidikan, maka untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya daya literasi harus meningkat terlebih dulu.
Dan itulah sejarah singkat dari harbuknas dan tokoh di balik perayaannya.***