Beras Jadi Biang Kerok Terjadinya Inflasi di Banten, Harganya Masih Melambung

beras
Ilustrasi. Beras menjadi salah satu penyumbang inflasi di Banten. (Pexels.com/PNW Production)

BANTENRAYA.CO.ID – Pemprov Banten menggencarkan kegiatan operasi pasar hingga pasar pangan murah di untuk menekan harga beras yang sedang tinggi.

Hal tersebut juga sebagai dari langkah Pemprov Banten dalam upaya mengendalikan inflasi yang salah satunya disebabkan oleh harga beras di pasaran.

Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Banten Virgojanti mengatakan, secara umum angka inflasi di Banten masih cukup terkendali.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Perjalanan Karier Politik Wakil Walikota Cilegon Sanuji Pentamarta, Langsung Melesat Pasca Orde Baru Tumbang

Nilai inflasi di Banten terbaru sebesar 2,04 persen atau masih di bawah angka rata-rata nasional yang mencapai 2,28 persen.

Ia mengunkapkan, beras masih menjadi faktor utama penyebab inflasi di Banten yang saat ini harganya telah mencapai lebih dari Rp13.300 ribu per kilogram.

“Secara umum kita masih terkendali, tapi memang ada sebagian wilayah di beberapa kabupaten kota itu yang indeks harganya berbeda-beda,” ujarnya, Senin 16 Oktober 2023.

“Untuk di kita itu masih beras yang menjadi penyebab utama. Langkah yang kita lakukan juga masih sama dengan melakukan operasi pasar dan menggelar kegiatan pangan murah,” katanya.

BACA JUGA: DPRD Provinsi Banten Desak Pemprov Banten Segera Buat SOTK RS Labuan dan RS Cilograng

Virgojanti mengatakan, selain 2 kegitan tersebut, saat ini Pemprov Banten juga terus mendistribusikan beras ke daerah-daerah yang menjadi rawan pengan dan kekeringan.

“kami juga mewanti-wanti agar para produsen tidak main-main dalam mendistribusikan beras SPHP, apabila ada kecurangan atau main-main, akan ditindak tegas,” jelasnya.

Ia menuturkan, beras yang didistribusikan bukan mengambil dari cadangan pangan melainkan dari Dana Insentif Daerah (DID) Provinsi Banten.

“Dari DID, kita belikan beras dan itu yang kita distribusikan. Jadi untuk cadangan pangan kita itu masih aman dan belum digunakan,” pungkasnya.

BACA JUGA: Siswi SMP di Makassar Diperkosa Remaja 19 Tahun, Orang Tua Temukan Bercak Merah di Pakaian Dalam Korban

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Aan Muawanah mengatakan, cadangan pangan baru dapat digunakan dalam kondisi tertentu dan berdasarkan surat perintah dari gubernur.

Ia mengungkapkan, saat ini untuk ketersediaan cadangan pangan di Provinsi Banten Banten telah mencapai 214,99 ton. Sementara, untuk beras dari dana insentif daerah sebanyak 2.139,17 ton.

“Apakah memang cenderung rawan pangan seperti untuk nelayan yang gagal melaut, atau kekeringan kepada petani yang gagal panen,” kata Aan.

Aan menjelaskan, sejauh ini pihaknya telah menyalurkan bantuan pangan kepada masyarakat yang terdampak kekeringan atau El Nino dan yang masuk dalam kategori miskin ekstrem.

BACA JUGA: Tempat Makan Durian di Depok Rp 120 Ribu Bisa Makan Sepuasnya Selama 60 Menit

“Totalnya ada 659.919 keluarga penerima manfaat. Masing-masing penerima itu sebanyak 10 kilogram beras,” tuturnya.

Saat ini baru tahap pertama untuk bulan September. Nanti gerak lagi Oktober dan November. Jadi ada 3 bulan,” jelasnya.

Lebih jauh Aan mengatakan, pihaknya juga saat ini tengah menggalakkan gerakan pasar pangan murah sebagai salah satu upaya yang dilakukan guna mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan.

Ia menjelaskan, gerakan pangan murah tersebut dilakukan dengan mendatangi lokasi-lokasi keramaian untuk menjual pangan murah terutama beras.

BACA JUGA: 5 Rekomendasi Film Barat Genre Fantasi 2023, dari Film Petualangan Sampai Film Horor

“Di situ juga kita menyalurkan beras SPHP dari Bulog, sebagai upaya stabiliasi pasokan dan harga pangan terutama untuk beras,” pungkasnya. *** (mg-rafi)

Pos terkait