DKM Jabal Nur Ajak Warga Salat Gerhana Matahari Hibrid Berjamaah, Ini Niat dan Tata Caranya

gmh 1

BANTEN RAYA.CO.ID – Ketua DKM Jabal Nur Perumahan Bukit Cilegon Asri Deden Sunandar mengajak seluruh warga perumahan melaksanakan salat gerhana secara berjamaah di Masjid Jabal Nur saat terjadi peristiwa langka Gerhana Matahari Hibrid pada Kamis, 20 April 2023.

“Salat gerhana itu sunah sesuai tuntunan nabi kita Muhammad SAW. Untuk itu, dianjurkan salat gerhana saat terjadi Gerhana Matahari Hibrid nanti. Boleh salat sendiri tapi lebih afdol jika dilaksanakan secara berjamaah,” katanya.

BACA JUGA : Warga Perumahan Bukit Cilegon Asri Blok A RT 13/06 Santuni Anak Yatim, Ini Keutamaan dan Ganjaran Pahalanya

Bacaan Lainnya

Untuk itu, Deden meminta agar masyarakat menyempatkan diri untuk ikut melakukan salat gerhana secara berjamaah di Masjid Jabal Nur saat terjadi Gerhana Matahari Hibrid nanti.

“Berdasarkan surat edaran dari kementerian agama kantor wilayah Provinsi Banten, salat rencananya akan kami lakukan saat terjadi puncak Gerhana Matahari Hibrid sekitar jam 10 lewat 43 menit. Karena katanya awal terjadi gerhana itu sekitar jam setengah 10 dan berakhir sekitar jam 12 siang menjelang salat Zuhur,” ujarnya.

Deden mengaku sudah menyebarkan informasi dan ajakan kepada warga Perumahan Bukit Cilegon Asri melalui pesan elektronik yang disampaikan melalui grup-grup WhatsApp yang ada di lingkungan perumahan.

“Kami sudah kasih info ke warga. Semoga banyak yang ikut melaksanakan apalagi pada saat kejadian gerhana itu sudah masuk dalam cuti lebaran. Jadi diharapkan punya waktu untuk salat gerhana karena seharusnya sudah libur bekerja,” tuturnya.

BACA JUGA : Doa Qunut di Malam 15 Ramadan Sunah Apa Bid’ah? Ini Jawaban Ketua DKM Jabal Nur BCA Termasuk Soal Tradisi Qunutan

Gerhana Matahari Hibrid diprediksi akan berlangsung selama 3 jam 5 menit mulai dari durasi kontak awal hingga akhir gerhana.

Untuk wilayah Provinsi Banten, Gerhana Matahari Hibrid akan melintas mulai pukul 09.28 WIB dan berakhir pukul 12.03 WIB. Sedangkan puncak gerhana diprediksi terjadi pukul 10.43 WIB.

Tata Cara Salat Gerhana Matahari

Dikutip dari laman resmi Kemenag RI, berikut ini tata cara salat gerhana matahari:

1. Berniat di dalam hati.

2. Takbiratul ihram yaitu bertakbir setelah niat sebagaimana salat biasa.

3. Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca ayat/surat pendek.

4. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

5. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan ayat/surat. Berdiri yang kedua dengan durasi lebih singkat dari yang pertama.

7. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.

8. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

9. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.

10. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

11. Salam

BACA JUGA : Pemudik Wajib Tau !!! Beberapa Titik Posko Mudik Lebaran 2023 Yang Harus Mudikers Ketahui

Niat Salat Gerhana Matahari (Kusufus Syams)

Berikut bacaan niat salat gerhana matahari secara berjamaah :

Bacaan Arab:

أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ (اِمَامًا / مَأْمُوْمًا) رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Bacaan Latin:

Ushalli sunnatan likusufisy syamsi (imaman/makmuman) rak’ataini lillahi ta’ala.

Artinya:

Saya niat sholat sunah gerhana matahari (sebagai imam/makmum) dua rakaat karena Allah ta’ala.

Amalan Sunah Saat Peristiwa Gerhana Matahari

Dikutip dari laman resmi NU, berikut ini amalan sunah saat gerhana matahari:

1. Disunahkan mandi sebelum melaksanakan salat gerhana matahari, tanpa berhias, dengan niat sebagai berikut.

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِصَلَاةِ الْكُسُوْفِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitul ghusla lishalâtil kusûfi sunnatan lillâhi ta’âlâ

Artinya : “Aku niat mandi untuk gerhana matahari sunah karena Allah ta’ala.”

2. Disunahkan untuk tidak mengeraskan bacaan-bacaannya dalam salat. Sebab, salat gerhana matahari termasuk bagian salat yang dikerjakan di siang hari (nahariyah).

3. Jika salat gerhana matahari dilakukan secara berjamaah, maka disunahkan bagi Imam untuk berkhutbah, sebagaimana khutbah shalat Jumat. Khatib dianjurkan untuk memberikan memotivasi para jamaah untuk melakukan kebaikan, berupa taubat, sedekah, dan kebaikan lainnya, serta mengajak untuk meninggalkan kemaksiatan dan segala kejelekan lainnya.

4. Disunahkan untuk tidak dilakukan secara berjamaah apabila terjadi gempa, petir yang menakutkan, dan angin kencang atau peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa lainnya.

Anjuran Bagi Mazhab Syafi’i 

Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab fikih Mazhab Syafi’i, ada beberapa anjuran saat melakukan salat gerhana matahari sebagai berikut :

1. Bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua.

2. Pada rakaat pertama di ruku pertama membaca tasbih kira-kira lamanya sama dengan membaca 100 ayat surat Al-Baqarah, sedangkan di ruku kedua kira-kira selama 80 ayat surat Al-Baqarah.

2. Pada rakaat kedua di ruku pertama membaca tasbih kira-kira lamanya sama dengan membaca 70 ayat surat Al-Baqarah, sedangkan di ruku kedua kira-kira selama 50 ayat surat Al-Baqarah.

3. Setelah salat disunahkan untuk berkhotbah. Setelah selesai sholat, dilanjutkan dengan dua khotbah sebagaimana khotbah Jumat.

4. Jika salat sunah gerhana matahari dilakukan sendirian, tidak perlu ada khutbah. Begitu juga jika semua jemaahnya adalah perempuan. Tetapi jika ada salah satu dari perempuan tersebut yang berdiri untuk memberikan mauidlah tidak ada masalah.

Sementara, dalam kitab Syarah Yaqutun Nafis disebutkan salat gerhana bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga cara berikut ini :

1. Salat dua rakaat seperti salat sunah tahiyatul masjid, dengan memperpendek bacaan-bacaannya. Cara ini merupakan cara paling gampang dan ringan.

2. Salat dua rakaat dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku dalam setiap rakaat, tanpa memperpanjang bacaan-bacaannya.

3. Salat dua rakaat dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku dalam setiap rakaatnya, serta memperpanjang bacaan-bacaan di dalam salat. Cara inilah yang paling utama.

Dalil Salat Gerhana

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)

Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan,

أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.

“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan salat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901) .

Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan azan dan iqomah. Jadi, azan dan iqomah tidak ada dalam salat gerhana.

Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri.

Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya.

Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan salat tadi), sedangkan matahari telah nampak.

Setelah itu beliau berkhutbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” ***

Pos terkait