SERANG, BANTEN RAYA- Anggota DPR RI dapil Banten II (Serang-Cilegon) Ichsan Soelistio menggelar sosialisasi empat pilar kebangsaan, di Pondok Pesantren Al-Fathaniyaj, Tembong, Kota Serang, Sabtu (26/3/2022). Acara itu disambut oleh pengasuh Pondok Pesantren Al-Fathaniyaj KH Matin Syarqowi dan para santri.
Dalam kesempatan itu, Ichsan Soelistio menjelaskan bahwa Pancasila yang ditetapkan oleh para pendiri bangsa memuat nilai-nilai luhur dan mendalam, yang menjadi pandangan hidup dan dasar negara Indonesia.
Untuk itu, nilai-nilai Pancasila secara bertahap harus benar-benar diwujudkan dalam perilaku kehidupan negara dan masyarakat.
“Khususnya para pemuda sebagai generasi bangsa dan negara Indonesia,” katanya.
Ichsan Soelistio yang merupakan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menjelaskan, pemuda jika dilihat dari tinjauan pendagogik selalu identik dengan pemberontakan.
Mereka berani tapi kurang perhitungan, dinamis tapi kurang terarah, bergairah tapi asal, serta antusias tapi perlu bimbingan.
Oleh sebab itu, dituturkan Ichsan, penting bagi pemuda untuk memaknai nilai-nilai Pancasila, untuk menjadikan pemuda sebagai generasi yang memiliki keberanian, juga menjadikan pemuda yang bertanggung jawab dan sebagai pemuda yang memiliki jiwa nasionalisme.
“Pemuda merupakan generasi penerus yang akan menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia.
Dengan demikian pendidikan generasi muda sangat penting dilaksanakan untuk menciptakan generasi yang berkualitas, unggul dalam tujuan berbangsa.
Khususnya pemuda dalam menjalankan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu, pengasuh Pondok Pesantren Al-Fathaniyaj KH Matin Syarqowi dalam paparannya mengilustrasikan filosofi empat pilar kebangsaan.
Menurutnya, empat pilar itu yakni empat tiang penyangga dalam suatu negara, dimana tiang penyangga tersebut saling berhubungan satu sama lain.
“Sehingga negara tersebut dapat berdiri dengan sangat kokohnya. Berdiri kokohnya NKRI pada akhirnya berpulang pada apakah kita masih menggunakan empat pilar
kebangsaan atau tidak,” ujarnya.
Terutama, lanjut KH Matin, pembangunan karakter bangsa yang saling keterkaitan dengan pilar kebangsaan ini.
Oleh karenanya harus dalam asas yang berkesesuaian dan terintegrasi yang bernafaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusional dalam kerangka NKRI
, dan untuk menjamin keanekaragaman budaya, suku bangsa serta agama sebagai representasi dari bhineka tunggal ika.
“Jika salah satu pondasi pilar kebangsaan itu tidak dijadikan pegangan, maka karakter bangsa yang dicita-citakan hanya sekadar wacana dan angan-angan belaka.
Maka akan goyah lah negara Indonesia disebabkan oleh hal tersebut. Jika penopang yang satu tak kuat, maka akan berpengaruh pada pilar yang lain,” jelas KH Matin.
Pada akhirnya, bukan tidak mungkin Indonesia akan ambruk secara bertahap, bergantung pada seberapa jauh dan seberapa dalam kita menggunakan empat pilar kebangsaan tersebut.
Tentunya, ambruknya NKRI merupakan sesuatu yang tak diinginkan dan tak terlintas sedikit pun dalam benak kita sebagai bagian dari NKRI.
“Maka sangat penting bagi para santri sebagai generasi muda harapan bangsa, sepatutnya menjadi ujung tombak bagi pembangunan Indonesia,” ujarnya. (***)