SERANG, BANTEN RAYA- Brand hijab Rhamala asal Kota Serang menjadi pelopor hijab etnik Banten. Diluncurkan pertama kali pada tahun 2021, saat ini Rhamala telah memiiki empat seri hijab etnik Banten yang mendapatkan apresiasi positif publik.
Lia Amalia, pemilik Rhamala mengatakan, pertama kali membuat hijab etnik Banten karena prihatin mengapa tidak ada yang mengeksplorasi motif-motif dari kekayaan Banten pada hijab. Dari semua brand hijab yang dia jual, tidak ada satu pun yang mengangkat motif yang berasal dari kekayaan Banten.
Padahal, banyak peninggalan Kesultanan Banten yang memiliki nilai filosofis yang unik yang tidak ada di daerah lain. Selain itu, setelah lulus dari Italian Fashion School tahun 2021, dia juga ditantang untuk membuat inovasi produk. Karena itulah, dia membuat hijab etnik Banten. “Banten punya sejarah kejayaan yang patut diketahui khalayak,” ujar Lia, Minggu (27/11/2022).
Apalagi, saat itu usahanya menjual hijab brand-brand terkenal merosot dihantam pandemi Covid-19. Di saat usaha lain berguguran dan tumbang serta menghentikan inovasi, Lia malah nekad membuat produk baru.
Agar unggul dan bisa bersaing dengan produk lain, Lia tahu produknya harus memiliki keunikan yang tidak dimiliki brand lain. Lalu dia membuat hijab etnik Banten series pertama, yaitu Menara Banten.
Di luar dugaan, series pertama hijab etnik Banten yang dikeluarkan Rhamala digandrungi para sosialita dan para pejabat. Pembelinya mulai dari kepala dinas di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota, istri Kepala Bank Indonesia (BI), selebgram, dan pengusaha wanita. Bahkan, hijab etnik Banten juga banyak diminati di Jakarta ketika mengikuti Karya Kreatif Banten di Summarecon Mal Serpong.
“Pembelinya waktu itu rata-rata orang BI Pusat, Menpan. Mereka beli tidak hanya untuk koleksi tapi juga buat souvenir,” katanya.
Kini, Rhamala sudah memiliki empat seri hijab etnik Banten yang dibuat, yaitu seri Menara Banten, seri Masjid Agung Carita, seri atap Masjid Agung Banten, dan Merdeka Series, yaitu seri khusus ketika hari kemerdekaan yang hanya menggunakan warna merah dan putih. “Sekarang sedang menyiapkan Baduy series tapi belum launching,” ujarnya.
Dalam membuat desain ragam motif khas Banten yang akan diterapkan pada hijab, Lia ternyata tidak sembarangan. Mulai dari pemilihan motif bentuk sampai warna, semuanya memiliki makna dan filosofi mendalam yang berakar dari sejarah Banten.
Bahkan, ketika membuat seri pertama, dia didampingi oleh Mufti Ali, sejarawan dan akademisi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Hingga kini pun, Lia masih meminta saran dan masukan pada Mufti Ali agar hijab motif Banten yang dia buat tidak menjauh dari nilai Banten masa lalu.
Lia yang saat ini menjabat sebagai Ketua Creative Banten Community ini berharap dengan memperkenalkan hijab etnik Banten orang akan tertarik untuk mengunjungi situs dan pariwisata yang ada di Banten.
Mufti Ali yang sering menjadi tempat konsultasi hijab etnik Banten sempat memberikan mushaf yang memiliki banyak motif khas Banten dan berharap secara konsisten diperkenalkan kepada khalayak oleh Rhamala melalui produk hijab mereka. (tohir)