BANTENRAYA.CO.ID – Masyarakat penderita depresi atau krisis gangguan kesehatan mental di Provinsi Banten melonjak cukup tingi.
Peningkatan dipicu sejumlah faktor, salah satunya karena faktor ekonomi.
Di Kota Serang, data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang mencatat sepanjang Januari-Oktober 2024 ada 303 kasus warga yang depresi.
Angka tersebut melonjak hampir dua kali lipat bila dibandingkan sepanjang tahun 2023 yang tercatat sebanyak 170 kasus.
Pj walikota Serang Nanang Saefudin Ikut Mengepak Surat Suara Pilkada Kota Serang
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Dinkes Kota Serang Ratu Ani mengatakan, ratusan penderita depresi itu disebabkan banyak faktor.
Namun, menurut dia, data lebih pasti terntang penyebabnya ada di Puskesmas, karena detail catatan pasien ada di Puskesmas.
“Kalau faktor karena judi online atau terdeteksi karena judi online, itu tidak ada,” ujarnya.
Ani menjelaskan, penderita depresi tidak hanya menimpa pada kalangan orang dewasa saja, akan tetapi juga menerjang kalangan remaja.
Lintasi Pendopo Gubernur Banten Demi Potong Jalan ke Sekolah
Yakni, rentang usia antara 15-59 tahun. Menurut Ani, penderita depresi bisa disembuhkan dengan cara pengobatan. Semakin cepat ditangani, maka semakin besar kemungkinan sembuhnya.
“Penangannya jangan sungkan untuk berobat ke puskesmas. Biasanya dokter akan meresepkan obat dan melakukan konseling.
Jika terdapat indikasi untuk percobaan bunuh diri, maka akan dirujuk ke psikiater di tingkat lebih lanjut. Jika tidak cukup rawat jalan di Puskesmas,” jelas Ani.
Ani menegaskan, penderita depresi bisa pulih kembali 100 persen tergantung dari komitmen pasien dan keluarganya.
800 Ribu Ton Kimia Ditimbun Di Cilegon
“Untuk tingkat kepulihan tergantung dari komitmen pasien dan keluarga untuk mendapatkan pengobatan.
Namun secara umum depresi masih sangat mungkin untuk bisa pulih dengan penanganan yang tepat,” tandasnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang mencatat, sejak Januari hingga November 2024 ini sedikitnya 130 warga Kabupaten Pandeglang diindikasikan mengalami stres atau gangguan kesehatan mental (depresi).
Data di Dinas Kesehatan Pandeglang menunjukkan bahwa warga dengan ganggual mental jumlahnya meningkat dibanding tahun 2023.
Sepeda Ditarik Sepeda Motor Listrik Bahayakan Jiwa
“Data warga yang mengalami gangguan seperti cemas dan depresi ada kenaikan.
Data tahun 2023 ada sebanyak 24 orang, dan tahun 2024 sebanyak 122 orang,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Dian Handayani.
Dian menjelaskan, pasien yang terdata mengalami gangguan kesehatan mental, sebagian masih dalam perawatan medis di Puskesmas.
Dengan harapan para pasien tersebut sembuh dari kesehatan mental. “Sedang dalam pengobatan di Puskesmas. Data lengkapnya ada di puskesmas. Terbanyak di Kecamatan Cigeulis, Saketi, dan Cikeudal,” jelasnya.
Mini Reklame Neon Box di Perempatan Ciceri Kota Serang Terjatuh
Masih kata Dian, banyak faktor yang menjadi penyebab ratusan warga tersebut mengalami stres.
Dia memberikan saran kepada masyarakat untuk dapat mengelola stres. “Kategori penyebabnya yakni biologis, psikologis dan sosial,” ujarnya.
Sementara itu, lanjut Dian, Dinkes Pandeglang juga mencatat ada 1.884 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Ribuan ODGJ ini ditangani oleh 36 puskesmas yang ada di Pandeglang, dengan target penanganan 1.724 orang.
“Untuk jumlah ODGJ berat tahun ini yang sudah ditangani oleh 36 puskesmas ada 1.884 orang, dari target penanganan 1.724 orang.
Kemudian ODGJ yang dipasung pada awal tahun ada 4 orang, yang kita bebaskan ada 2 orang. Jadi tinggal ada 2 orang lagi yang belum bebas pasung,” ujar Dian.
Dian menerangkan, sebagian pasien ODGJ sudah dirujuk ke RSJ Grogol, Jakarta, dan ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi (RSMM) Bogor.
Dengan harapan para ODGJ tersebut mendapat perawatan medis agar dapat pulih dan kembali beraktivitas secara normal.
Pelayanan Bank Banten KCK Serang Ramai
“Biasanya yang dipasung itu pasien yang agresif, maka sebelum dilepaskan itu, pasien dirujuk dulu ke rumah sakit Grogol,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Pandeglang Eniyati mengatakan, ada sebanyak 39 orang pasien ODGJ yang dirawat di RSMM Bogor dengan kategori berat, sehingga harus mendapatkan perawatan secara intensif.
“Semua pasien dalam pemantauan kami melalui 36 puskesmas. Termasuk pasien yang dibawa ke RSMM Bogor, dengan harapan dapat sembuh dan pulih,” terangnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang mencatat sebanyak 2.225 orang mengalami gangguan jiwa atau stres (depresi) yang belum dinyatakan sembuh.
bank bjb Dorong Pensiunan Berwirausaha Melalui Program bjb Pra-Purnapreneurship
Mereka yang mengalami gangguang jiwa kebanyakan warga pendatang karena disebabkan masalah ekonomi.
Ners Subkordinator Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinkes Kabupaten Serang Mudaeroh mengatakan, jumlah orang gangguan jiwa di Kabupaten Serang meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Saya lupa angka pasti pasien tahun lalu, tapi di tahun 2024 ini ada 2.225 orang yang belum sembuh, dan rata-rata mereka itu pendatang,” ujarnya, pekan kemarin.
Ia menjelaskan, angka tersebut di dapat dari hasil skrining gangguan mental emosional (GME) di desa-desa yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan kader-kader posyandu.
Jalan Kelapa Dua Kota Serang Dicor
“Setelah kita selidiki bukannya mengurang, malah menambah. Faktornya ada banyak, seperti ada yang kena PHK (pemutusan hubungan kerja) dan tekanan keluarga yang menimbulkan stres,” katanya.
Walaupun jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) terus bertambah, namun Mudaeroh mengungkapkan, saat ini di Kabupaten Serang sudah terbebas dari ODGJ yang dipasung seperti di pohon bahkan di tengah hutan.
“Alhamdulillah untuk tahun ini belum mencatat adanya ODGJ yang dipasung. Tapi di luar sepengetahuan kita mungkin masih ada.
Kita sudah melakukan program bebas pasung selama kurang lebih tiga tahun,” tuturnya.
RS Syekh Nawawi Dibangun di Mekarbaru
Terpisah, pengasuh Yayasan Assyifa Amalindo Pratama Ismail mengatakan, pihaknya saat ini sedang merawat 47 ODGJ yang mengalami stres karena faktor ekonomi dan karena faktor lain.
“Ada yang karena faktor depresi, karena ekonomi, mengonsumsi obat-obatan. Dulu pada saat saya turun ke lapangan masih ada ODGJ yang dipasung di daerah Kecamatan Petir dan Tunjung Teja,” ujarnya.
Ia mengklaim bahwa ODGJ yang dipasung sebenarnya masih ada, karena stigma masyarakat yang belum siap menangani ODGJ karena trauma.
“Apabila ODGJ kambuh lagi pasti jalan terakhirnya dipasung lagi.
Maka perlu adanya program rehabilitasi berbasis masyarakat yang menjadi rujukan dinkes atau dinsos,” katanya. (harir/yanadi/andika/tanjung)