Bantenraya.co.id– Para sopir angkutan kota (angkot) di Kota Cilegon mengeluhkan jumlah penumpang yang kian hari semakin sedikit.
Kondisi ini telah berlangsung cukup lama, terhitung sejak keberadaan layanan transportasi daring atau online yang kemudian diperparah saat Covid-19.
Di Kota Cilegon, masih banyak terlihat angkot yang hilir mudik menghiasai jalanan protokol dengan trayek Cilegon-Merak, Cilegon-Anyer, dan Cilegon-Pondok Indah Cilegon (PCI).
Namun sayangnya, angkot-angkot itu sangat jarang sekali terlihat penuh dengan penumpang.
Leg 2 Kualifikasi Piala Dunia Brunei Darussalam vs Indonesia, Ayo Garuda Jangan Kasih Kendor
Salah seorang sopir angkot trayek Cilegon-Merak, Aji Saroji mengaku saat ini dirinya sangat sulit mendapatkan penumpang. Kondisi tersebut semakin terasa sejak adanya Covid-19.
“Sekarang berkurang banget penumpangnya. Semenjak ada Covid-19 waktu itu, sampe sekarang menurun drastis,” katanya kepada Banten Raya, Senin (16 Okotober 2023).
Menurut Aji, berkurangnya penumpang angkot saat ini disebabkan keberadaan layanan transportasi online. Otomatis, pendapatan per hari para sopir angkot pun juga ikut berkurang.
“Sangat pengaruh ke pendapatan, bahkan kadang-kadang buat setoran saja harus menombok sejak adanya Grab, Maxim, dan lainnya itu,” ujarnya.
Lebih Dekat Dengan Sosok Dimas Drajad, Pintar Duel di Udara, Jadi Pemain Favorit Shin Tae Yong
Sopir angkot dengan trayek Cilegon-Merak ini mengungkapkan, setiap harinya harus memberikan setoran Rp70 ribu kepada pemilik mobil.
Dengan menurunnya pendapatan, ia bahkan terkadang sama sekali tidak membawa uang untuk keluarganya.
“Kalau ada milik sih dapat uang makan Rp70 ribu, kalau gak ada milik paling Rp50 ribu dan kadang juga pas-pasan hanya cukup buat di jalan, anak dan istri mah gak kebagian,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Muhtar, sopir angkot dengan trayek Cilegon-PCI. Muhtar menuturkan, sejak adanya layanan transportasi online ini sangat mempengaruhi pendapatannya.
Bendungan Karian Mulai Diairi, Kampung Sinday Langsung Ditenggelamkan
“Kita beli bensin Rp100 ribu, dapatnya cuma Rp75 ribu, tekor kan Rp25 ribu. Belum lagi buat makan kita, gak ketutup, sudah susah,” tuturnya.
Muhtar mengaku kondisi seperti saat ini merupakan yang terparah dalam sejak dirinya menjadi sopir pada 1990 silam. Ia berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon dapat mencarikan solusi bagi para sopir angkot.
“Mohon dicarikan solusinya, kan kita juga sama-sama anaknya pemerintah yang harus diperhatikan juga. Bagaimana caranya angkot ini bisa jalan, kaya dulu lagi. Mobil-mobil juga diatur supaya tidak semrawut,” harapnya. (mg-maulana)