BANTENRAYA.CO.ID – Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia menyaksikan peristiwa yang mengguncangkan bumi dan meninggalkan luka mendalam dalam sejarah manusia: peledakan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
Tragedi ini tidak hanya mengubah jalannya Perang Dunia II, tetapi juga meninggalkan bekas yang berlangsung hingga saat ini, mengingatkan manusia akan kekuatan destruktif yang dapat dihasilkan oleh teknologi nuklir.
Dikutip Bantenraya.co.id dari berbagai sumber, pada masa itu, Perang Dunia II tengah mencapai puncaknya, dan Jepang adalah salah satu pihak yang masih berjuang.
BACA JUGA: Sebelum Nonton The First Resonders Season 2, Berikut 5 Poin yang Masih Belum Terpecahkan di Season 1
Amerika Serikat telah mengembangkan senjata baru yang dikenal sebagai “bom atom,” yang memiliki potensi kehancuran masif melalui pemisahan inti atom.
Tujuan utama serangan ini adalah untuk mempercepat akhir perang dan menghindari invasi daratan Jepang yang diharapkan akan sangat mematikan bagi kedua belah pihak.
Pada tanggal 6 Agustus 1945, pesawat B-29 Amerika Serikat yang diberi nama “Enola Gay” melepaskan bom atom bernama “Little Boy” di atas kota Hiroshima.
BACA JUGA: Skibidi Toilet Bisa Sebabkan Fobia Menakutkan, Ternyata Ini Alasan Anak Pada Suka
Ledakan dahsyat ini menghancurkan sebagian besar kota dan membunuh sekitar 140.000 orang secara langsung atau tidak langsung akibat dampak radiasi, luka bakar, dan kerusakan bangunan.
Hanya tiga hari setelah serangan di Hiroshima, pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom “Fat Man” dijatuhkan di atas kota Nagasaki.
Lebih dari 70.000 orang tewas akibat ledakan ini. Meskipun kekuatan peledakan bom di Nagasaki lebih kecil daripada yang di Hiroshima, dampaknya tetap mengerikan dan meninggalkan efek jangka panjang terhadap kesehatan dan lingkungan.
Tragedi di Hiroshima dan Nagasaki tidak hanya merenggut ribuan nyawa secara instan, tetapi juga menyebabkan kerusakan lingkungan dan efek radiasi jangka panjang.
Banyak korban yang selamat dari ledakan awal menderita efek radiasi seperti kanker dan kelainan genetik yang memengaruhi generasi mendatang.
Selain itu, peristiwa ini juga menjadi titik balik dalam perlombaan senjata nuklir selama Perang Dingin, dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet membangun stok senjata nuklir yang mengkhawatirkan.
BACA JUGA: Kronologi Ketua DPC Partai Perindo Pademangan Dianiaya Satpam Hingga Tewas
Momentum Menuju Perdamaian
Tragedi Hiroshima-Nagasaki akhirnya menjadi pendorong bagi gerakan perdamaian global dan perundingan nuklir internasional.
Pada tahun 1945, Jepang menyerah tanpa syarat, mengakhiri Perang Dunia II.
Dalam beberapa dekade berikutnya, upaya intensif dilakukan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir dan mempromosikan perdamaian dunia.
BACA JUGA: Jelang Pembangunan Rumah Sakit, Kejati Banten Resmikan Majelis Taklim
Organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Perhimpunan Pengujian Nuklir Menyeluruh (CTBT) didirikan untuk mengontrol uji coba senjata nuklir.
Tragedi bom atom di Hiroshima dan Nagasaki tetap menjadi peringatan kuat akan kekuatan pemusnahan yang dapat dihasilkan oleh senjata nuklir.
Pengorbanan yang tak terbayangkan oleh rakyat Jepang dan dampak jangka panjangnya mengajarkan kita pentingnya menjaga perdamaian dunia, mencegah penyebaran senjata nuklir, dan mempromosikan kerjasama internasional.
BACA JUGA: 8 Rekomendasi Tempat Seblak Bikin Ngiler dan Nagih di Tangerang, Sudah Pernah Kesini?
Semoga peristiwa ini dapat menginspirasi kita semua untuk berusaha menciptakan dunia yang bebas dari ancaman kengerian semacam itu.***