Bantenraya.co.id- Ratusan pemilik pengggilingan dan para karyawannya yang tergabung dalam Komunitas Penggilingan Padi Banten melakukan aksi unjuk rasa di depan PT Wilmar Group di Desa Terate, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Rabu (30 Agustus 2023).
Mereka menuding PT Wilmar telah memonopoli harga padi di petani.
Pantauan Banten Raya, massa aksi yang diperkirakan mencapai 1.000 orang lebih itu datang ke lokasi aksi pada pukul 10.15 WIB, dengan menggunakan mobil truk dan pick up.
Mereka berasal dari seluruh kabupaten/kota di Banten termasuk perwakilan dari Lampung.
Beberapa menit kemudian, sembilan perwakilan masa aksi dengan difasilitasi oleh pihak kepolisian melakukan audiensi dengan pihak perusahaan yang diterima langsung oleh General Manager (GM) PT Wilmar Tenang Sembiring.
Saat aksi berlangsung, anggota DPRD Provinsi Banten Muhsinin yang kebetulan melintas naik ke mobil komando dan berorasi memberikan dukungan mereka.
Adapun yang menjadi akar pemasalahan dari aksi para pemilik penggilingan padi tersebut karena PT Wilmar dituding memonopoli harga padi.
Saat ini, PT Wilmar membeli padi dengan harga Rp6.700 per kilogram, sedangkan mereka hanya mampu di angka Rp6.000 per kilogram sehingga mereka tidak kebagian bahan baku.
Kesempatan Magang PT Krakatau Nippon Steel Synergy, Yuks Daftar Sekarang Jangan Sampai Terlewat
Sementara itu, audiensi antara pihak penggilingan dengan pihak PT Wilmar berlangsung cukup alot karena kedua belah pihak saling mempertahankan argumennya dan audiensi berlangsung hampir satu jam setengah.
Mediasi baru berakhir pukul 12.30 WIB, setelah kedua belah pihak bersepakat akan beraudiensi dengan Pemerintah Provinsi dan menunggu keputusan Pj Gubernur Banten Al Muktabar.
“Keterkaitan masalah ini sudah cukup lama. Jadi Wilmar jangan sampai membeli padi lagi dari petani.
Sekarang ini hampir 98 persen penggilingan sudah tidak bisa beli padi dan tidak kebagian bahan baku,” ujar salah satu perwakilan aksi yang juga Ketua Persatuan Pengusaha Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Provinsi Banten Anis Fuad.
Warga Kramatwatu itu menegaskan, akibat aksi PT Wilmar yang membeli padi dengan harga tinggi tersebut banyak usaha penggilingan yang gulung tikar.
“Wilmar sudah memonopoli usaha ini. Kita sudah pernah ada pertemuan ketika audiensi dengan Ibu Bupati (Rt Tatu Chasanah) dan sudah ada kesepakatan tapi di lapangan tetap ada gesekan-gesekan,” ungkapnya.
Andi, peserta aksi yang lain memohon kepada pihak Wilmar untuk menghentikan pembelian padi dari petani di Banten.
“Nafkah kami direbut, tolong pikirkan nasib anak cucu kami.
Mungkin sebagian diuntungkan dengan pembelian harga padi yang tinggi, tapi masyarakat sudah teriak karena harus beli beras dengan harga yang tinggi,” katanya.
Peserta aksi lain Hamdi mengungkapkan, pembelian padi dengan harga Rp7.000 per kilogram merupakan sejarah baru dan baru terjadi kali ini di Banten.
“Tolong berfikir dengan hati nurani bukan dengan nafsu. Wilmar ini serakah. Silakan produksi minyak goreng dan produk yang lain, tapi untuk padi atau beras biar menjadi usaha kami,” pintanya.
Peserta aski lain, Suheli juga menceritakan dampak dari monopoli usaha padi oleh PT Wilmar tidak hanya dirasakan oleh pemilik penggilingan tapi juga oleh karyawan penggilingan.
5 Rekomendasi Hotel Murah di Pangandara, fasilitas Terbaik, Dekat dengan Wisata Pantai
“Terpaksa ini harus saya ceritakan, ada karyawan penggilingan yang nganggur, akhirnya ngojek dan sehari hanya mendapat uang Rp7.000, begitu pulang isterinya marah-marah,” tuturnya
Sementara itu, GM PT Wilmar Tenang Sembiring menjelaskan, alasan PT Wilmar memproduksi beras karena Banten dalam satu tahun menghasilkan 1,5 juta ton padi.
“Kita sebenarnya membangun pabrik tidak mau mematikan penggilingan di Banten tapi kita ingin bersinergi,” ujarnya.
Ia menjelaskan, terkait adanya tuntutan dari pengusaha penggilingan itu pihaknya menginginkan adanya mediasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah agar ada solusi terbaik untuk semunya.
“Kalau keberadaan kami dikeluhkan, mungkin di tengah jalan ada tim kami yang salah komunikasi,” katanya. (tanjung)