BANTENRAYA.CO.ID – Berikut contoh teks khutbah Idul Fitri Bahasa Indonesia yang bisa menjadi referensi bagi kamu yang ditunjuk menjadi imam shalat Idul Fitri tahun ini.
Teks khutbah Idul Fitri Bahasa Indonesia di bawah ini berjudul Keluarga Sehat, Keluarga Taat. Materi ini cocok dijadikan contoh khutbah karena dengan materi yang ringan namun penting.
Apalagi shalat Idul Fitri adalah shalat yang dihadiri seluruh keluarga besar mulai dari anak kecil hingga kakek nenek, sehingga teks khutbah Idul Fitri Bahasa Indonesia berjudul Keluarga Sehat, Keluarga Taat sangat relevan.
Inilah teks khutbah Idul Fitri 1444 H Keluarga Sehat, Keluarga Taat yang dilansir dari laman dakwah.id:
BACA JUGA: Contoh Teks Khutbah Idul Fitri Bahasa Sunda 2023, Judul: Menteun Kana Prestasi Ramadhan
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. نَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
أَمَّا بَعْدُ،
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.
اَلله اَكْبَرُ، اَلله اَكْبْرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لَااِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Segala puji bagi Allah rabbul alamiin. Rabb Yang Maha Pemurah, Mahakaya lagi Mahamulia. Rabb yang memiliki nama-nama yang paling indah dan sifat-sifat-Nya yang paling mulia. Kepada-Nya kita memuji dengan pujian yang sempurna dan memohon agar senantiasa berada dalam ma’iyyah dan perlindungan-Nya.
Kepada-Nya kita menggantungkan semua urusan dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Sungguh, tiada kebaikan melainkan dengan memenuhi hak-hak Allah, menaati perintah-perintah-Nya. Dan tiada kemuliaan melainkan dengan menjauhkan diri dari perkara-perkara yang diharamkan-Nya.
Shalawat serta salam tiada putus kita haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa mengikuti petunjuknya hingga akhir zaman. Tiada jalan keselamatan melainkan dengan selalu mengikuti petunjuknya dan tunduk kepada syariat Allah ta’ala Rabb penguasa semesta.
Di bulan Ramadhan kita semua pasti merasa sangat berbahagia menyongsong kedatangannya. Bulan yang penuh berkah, berlimpah rahmat dan ampunan Allah. Ada getar keharuan bergelayut dalam hati saat syahrul mubarak itu meninggalkan kita. Semoga kita masih berkesempatan bertemu bulan Ramadhan berikutnya. Allahumma Aamiin.
اَلله اَكْبَرُ، اَلله اَكْبْرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لَااِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Menjadi Insan Bertakwa dengan Puasa
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Allah ta’ala memerintahkan beribadah kepada-Nya adalah sebagai bentuk kecintaan-Nya. Karena tidaklah amal ibadah yang diperintahkan Allah kepada hamba hamba-Nya, melainkan untuk meraih suatu tujuan yang kebaikannya berpulang kepada anak Adam itu sendiri.
Allah Ta’ala memerintahkan setiap mukmin mengerjakan shalat agar mereka terjaga,
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Seorang yang menegakkan shalat, ia bisa menjaga pandangannya, menjauhi tempat-tempat maksiat, tidak rela melihat kemungkaran di lingkungannya, bahkan berusaha aktif mencegah kemungkaran di sekitarnya.
Jika semua itu terjadi, berarti ia telah mengerjakan shalat dengan benar. InsyaAllah, shalatnya diterima dan terlindungi dari jilatan api neraka.
Seorang yang gemar tilawah (membaca, memahami, dan mengamalkan) al-Quran akan semakin bertambah keimanannya dengannya.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2)
Demikian halnya ketika Allah mensyariatkan puasa di bulan Ramadhan, perintah itu untuk meraih suatu tujuan, agar mereka bertakwa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)
Sehingga, diterimanya puasa akan tampak dalam bentuk meningkatnya amal ibadah yang dikerjakan setelah berpuasa. Ketaatannya mengalahkan keinginannya untuk bermaksiat dan amal baiknya mengubur kebiasaan-kebiasaan buruknya. Karena ia sudah menjadi bagian dari orang-orang yang bertakwa.
Begitu pun dalam pergaulan rumah-tangga. Suami yang tadinya gemar menyakiti istrinya, setelah puasa ia tidak lagi melakukannya. Istri yang dahulu enggan mendengarkan perkataan suaminya dan menyelisihi perintahnya, kini mematuhinya. Anak yang sebelumnya tidak memedulikan nasehat orang tuanya, kini berbakti kepada mereka.
Bagaimana hal itu terjadi? Karena ia telah berpuasa dengan benar dan insyaaAllah puasanya diterima serta menjadi bagian dari insan bertakwa.
اَلله اَكْبَرُ، اَلله اَكْبْرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لَااِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Inti ketakwaan adalah ketakwaan hati. Takwa merupakan amalan hati, bukan sekadar apa yang terlihat.
Dalam hadits Muslim, tepatnya di akhir sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “attaqwa ha huna” (Takwa itu letaknya di sini), seraya beliau menunjuk ke dada atau hati beliau tiga kali. Karena ada di hati, maka takwa itu mahal.
Dalam hadits disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian tetapi Ia melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Ighatsatul Lahfan min Mashayidisy Syaithan menuliskan,
“Di antara tanda-tanda sehatnya hati adalah pusat perhatian hati kepada memperbaiki amal itu lebih besar dari amal itu sendiri. Karenanya, ia akan senantiasa menjaga keikhlasan dan kesetiaannya kepada Allah, ittibaussunnah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), ihsan, dan ia menyadari bahwasanya ia bisa beramal itu karena karunia Allah serta mengakui kekurangan dirinya dalam beramal. Keenam perkara tersebut tidak kita temukan melainkan pada diri orang yang hatinya sehat.”
Sebuah keluarga yang sehat, mereka tidak hanya sibuk pada pencapaian-pencapaian dhahir. Sebagaimana shalat bukan semata ritual ibadah yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, namun ada khusyuk dan khudhu’.
Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga dari sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, tapi ada pengendalian syahwat diri, pengekangan amarah, dan pengorbanan. Umrah dan haji bukan semata rangkaian ibadah yang diawali dengan ihram dan diakhiri dengan tahalul, tapi ada syiar, pengorbanan, penghayatan, menjauhi rafast, jidal, fusuq. Dan seterusnya.
Begitu pun ibadah yang bernama keluarga, di dalamnya ada perhatian dan dukungan, perlindungan dan pengayoman, serta pendidikan dan perbaikan.
Bila demikian adanya, insyaaAllah semakin lama usia pernikahan, menjadikan semakin bertambah dan meningkat keimanan dan ketakwaannya kepada Allah. Karena sejatinya, pasangan hidupnya adalah ayat-ayat Allah bagi dirinya,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا
“Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (Ar-Rum : 21)
اَلله اَكْبَرُ، اَلله اَكْبْرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لَااِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Mewujudkan Keluarga Sehat dengan Taat
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Bila kita mencoba menerapkan resep Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah dalam dunia keluarga, maka untuk senantiasa menjaga kesehatan dan kebugaran keluarga bisa ditempuh dengan hal-hal sebagai berikut.
Pernikahan haruslah memiliki niat yang lurus semata ingin mendapatkan ridha Allah. Karena jika berharap bisa membahagiakan dan mendapatkan keridhaan pasangan, dipastikan akan kecewa. Di sinilah letak ujian ketakwaan.
Ujian ketakwaan terbesar adalah dalam hubungan rumah tangga. Keluarga adalah tempat ujian sejati. Sehingga membutuhkan komitmen yang kuat. Bila hanya mengharapkan Wajah Allah, akan lebih mudah dilakoni. Allah akan membersamai pernikahan itu dan menolong mereka di sepanjang perjalanannya.
Ketika cinta berkurang, Allah yang akan menambah dan menumbuhkannya. Bila kasih sayang menipis, Allah pula yang akan menebalkan dan menguatkannya. Imam Malik rahimahullah berkata, “Maa kaana lillahi abqaa”, (Apa pun yang sudah diniatkan karena Allah akan langgeng).
Pernikahan karena cinta semata akan mudah layu dan mati ketika dibenturkan dengan permasalahan yang datang bertubi-tubi. Menikah hanya karena rasa sayang akan mudah berkurang dan meradang saat berbagai problematika pelik menghadang.
Namun, menikah karena Allah semata, menjadikan pernikahan semakin kokoh terjaga. Kokoh terjaganya keluarga akan berbanding lurus dengan seberapa bersih niat dan interaksinya membangun hubungan kedekatan dengan Allah Ta’ala. “Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az-Zumar: 2-3)
اَلله اَكْبَرُ، اَلله اَكْبْرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لَااِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan jaminan tertinggi bahwa beliaulah yang paling baik di keluarganya dan tidak ada alasan untuk tidak meneladaninya.
Dengan seabrek kesibukannya, beliau selalu tampil terbaik dan mengesankan di tengah keluarganya. Tidak ada satu pun istri dan anak-anaknya yang mengeluhkan kepemimpinannya. Beliau teladan yang sempurna bagi semuanya; seorang suami, ayah, kakek, dan paman yang sangat bisa diandalkan di segala keadaan.
Indikator kesehatan keluarga juga bisa dilihat dari tradisi keluarga, yakni ihsan dalam berkalam, bertindak, dan mengambil keputusan. Mereka menyadari selalu berada dalam pengawasan Rabbnya.
Al-Quran memulai juz ke-28 dengan kata qad sami’allah (sungguh Allah telah mendengar). Seorang mukmin sejati memahami, bahwa semua yang diperbuatnya di rumah, sungguh Allah telah mendengarnya.
Semua hal, mengomel, berkata-kata kasar, ejekan, caci maki, dan ataupun sebaliknya; nasehat yang makruf, tutur kata yang santun, dan kelembutan setiap penghuni rumah, sungguh Allah telah mendengarnya. Selanjutnya, meyakini firman Allah,
وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).” (Q.S Al-An’am: 59)
Sejatinya, manusia tidak bisa mendatangkan manfaat ataupun menghilangkan madharat, melainkan semua karena karunia-Nya. Jadi, tak selayaknya seorang suami merasa ujub dengan nafkah yang diberikan atau istri yang berbangga diri mampu melakukan banyak hal di rumahnya. Karena semua itu mustahil terjadi melainkan disebabkan karunia-Nya.
Keluarga sehat justru terlihat manakala masing-masing bisa introspeksi dan merasa belum optimal dalam memenuhi hak-hak penghuni rumah yang lain. Dengan demikian, mereka pun berlomba untuk memenuhi hak yang lain dibandingkan menuntut terpenuhi hak-haknya sendiri.
Semua perkara tersebut, manakala ditradisikan dalam kehidupan keseharian keluarga, biidznillah, akan menjadikan rumah itu hidup dan bisa mewujudkan keluarga sehat dalam taat. Wallahul musta’an.
Marilah kita akhiri materi khutbah Idul Fitri ini dengan sejenak menundukkan kepala, menghadirkan hati dengan penuh kerendahan, takut, tawaduk, dan penuh harap memohon kepada Allah, Zat yang kepada-Nya kita mengadu dan minta pertolongan. Kita berdoa untuk kebaikan dunia akhirat, untuk kepentingan diri kita sendiri, keluarga, dan kaum muslimin seluruhnya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ، وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنْ اليَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا، اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلَّ شَرٍّ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ. وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ. وَنَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لَنَا خَيْرًا.
اللَّهُمَّ احْفَظْنَا بِالإِسْلاَمِ قَائِمًا وَاحْفَظْنَا بِالإِسْلاَمِ قَاعِدًا وَاحْفَظْنَا بِالإِسْلاَمِ رَاقِدًا وَلاَ تُشْمِنَا بِنَا عَدُوَّا وَلَا حَاسِدًا، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ النَّعِيْمَ المُقِيْمَ الَّذِيْ لَنَا يَحُوْلُ وَلاَ يَزُوْلُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ النَّعِيْمَ يَوْمَ العِيْلَةِ وَالأَمْنَ يَوْمَ الخَوْفِ. اللَّهُمَّ إِنَّا عَاِئذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِيْ قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
الَلَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ لَنَا فِيْ عَاقِبَةِ الأُمْورِ، الَلَّهُمَّ اجْعَلْ آخِرَ مَا تُعْطِيْنَا مِنَ الخَيْرِ رِضْوَاِنكَ وَالدَّرَجَاتُ العُلىَ مِنْ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ.
اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِيْنَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِيْنَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُوْنِيْنَ. اللَّهُمَّ قَاتِلِ الكَفَرَةَ وَالَّذِيْنَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ. اللَّهُمَّ قَاتِلِ الكَفَرَةَ الَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ إِلَهَ الحَقِّ.
أَللَّهُمَّ أَعِزِّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. أَللَّهُمَّ شَطِّطْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامُهُمْ وَقَلِّلْ عَدَدَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
PDF teks khutbah Idul Fitri bisa didownload di bawah ini :