BANTENRAYA.CO.ID – Berikut contoh teks khutbah Idul Fitri Bahasa Indonesia yang dapat kamu contoh untuk materi menjadi imam sekaligus khatib shalat Idul Fitri tahun ini.
Teks khutbah Idul Fitri Bahasa Indonesia di bawah ini berjudul Cara Menggapai Kemuliaan Hidup. Materi ini cocok dijadikan contoh khutbah karena dengan materi yang ringan namun penting.
Materi khutbah Idul Fitri Bahasa Indonesia juga dapat dengan mudah dipahami karena menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat dipakai di daerah mana pun.
Inilah khutbah Idul Fitri berjudul Cara Menggapain Kemuliaan Hidup dilansir dari laman dakwah.id serta download PDF di akhir khutbah:
BACA JUGA: Contoh Teks Khutbah Idul Fitri Bahasa Sunda Berjudul Lebaran Nu Berkah
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ:
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Alhamdulillah, segenap pujian dan rasa syukur hanyalah milik Allah subhanahu wata’ala, Rabb tempat kita menggantungkan segenap asa dan harapan. Rabb tempat kita mengadukan segala problematika kehidupan. Rabb tempat kita berserah diri atas segala macam kelemahan dan kepapaan.
Hanya kepada-Nya lah kita menyembah, tunduk, patuh secara total dengan menjalankan segenap perintah juga menjahui segala larangan. Dan hanya kepada-Nya lah kita memohon pertolongan atas segenap ketidaksanggupan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya yang istiqomah hingga hari akhir nanti.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Kami nasehatkan kepada diri khatib pribadi khususnya dan segenap kaum muslimin dan muslimat semuanya, mari kita selalu berusaha meningkatkan dan menumbuh suburkan iman dan taqwa kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dengan cara kita laksanakan segala perintah-Nya baik yang berat atau pun yang ringan, baik yang kita senangi maupun yang kita benci. Juga kita berusaha menjahui semua larangan-Nya baik yang berat ataupun yang ringan, baik yang kita senangi maupun yang kita benci.
Karena memang demikianlah prinsip hidup seorang mukmin sejati. Siapa yang mampu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dia lah orang yang mendapatkan keberuntungan besar dalam hidupnya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
…وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“…dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 71)
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Gema Takbir, tahlil dan tahmid meluncur deras dari milyaran lisan-lisan kaum muslimin seluruh dunia dan khususnya ratusan juta kaum muslimin di Indonesia. Sebagai bentuk pengagungan dan ketundukan kepada Dzat yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa, yaitu Allah subhanahu wata’ala.
Allah berfirman,
…وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“…Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Kita berdoa memohon kepada Allah subhanahu wata’ala semoga amal kita di sepenuh bulan Ramadhan di terima, sehingga bisa memperberat timbangan amal kebaikan di hari akhirat kelak.
Kenapa kita berdoa? karena manusia yang paling mulia di kolong langit ini pun berdoa,
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِيْ إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـيْ رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِيْ مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (HR. Thabrani. Dinukil dari kitab Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab Al-Hanbali, 264)
Kenapa kita berdoa? Karena generasi manusia terbaik setelah Nabi pun berdoa, sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalib,
كُوْنُوا لِقَبُوْلِ الْعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامًا مِنْكُمْ بِالْعَمَلِ
“Jadilah kalian, orang yang banyak meminta untuk diterima amal ketimbang amal itu sendiri.”
,Mu’alla bin Fadhl berkat
وَالصَّحَابَةُ كَانُوا يَدْعُونَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ رَمَضَانَ، ثُمَّ يَدْعُوْنَهُ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ
“Adalah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar bertemu dengan bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya dan mereka berdoa kepada Allah supaya amalan Ramadhan mereka diterima selama enam bulan setela Ramadhan berlalu.”
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Memperoleh kemuliaan hidup adalah cita-cita dan harapan setiap hamba Allah yang hidup dimuka bumi ini. Karena memang itulah fitroh asalnya manusia yang Allah ciptakan.
Allah berfirman,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra: 70)
Juga Allah berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS.At-Tiin: 4)
Namun pertanyaannya, kemulian seperti apakah yang Allah subhanahu wata’ala berikan kepada hamba yang dicintai-Nya?
Apakah kemuliaan lantaran ia memiliki banyak harta (perusahaan besar, pertambangan, sumber daya alam baik darat maupun laut), apakah kemuliaan lantaran ia memiliki keturunan yang banyak (masing-masing berjaya dalam karier), jabatan yang tinggi (Bupati, Gubernur, mentri, anggota dewan atau bahkan presiden), bala tentara kuat nan hebat (kendaraan tempur modern, senjata canggih) dan lain sebagainya.
Padahal kita saksikan orang-orang terdahulu yang Allah berikan kepada mereka kelebihan duniawi namun justru mereka dibinasakan, layaknya Namrud, Firaun, Qorun, Haman.
Maka tentunya kemuliaan yang Allah kehendaki dan itu menjadi cita-cita kita semua adalah kemuliaan menurut kacamata agama, kemuliaan menurut kehendak Sang Pencipta, yaitu Allah subhanahu wata’ala.
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Tidak ada cara yang paling baik untuk menggapai kemuliaan hidup melainkan kita harus bercermin dan mengikuti jejak pendahulu yang telah memperoleh kemuliaan hidup, sebagaimana sahabat Ibnu Mas’ud memberi nasehat,
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، فَإِنَّ الْحَيَّ لَا تُؤْمَنُ عَلَيْهِ الْفِتْنَةُ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا أَفْضَلَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَرَّهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللَّهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَإِقَامَةِ دِينِهِ، فَاعْرَفُوا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوهُمْ فِي آثَارِهِمْ، وَتَمَسَّكُوا بِمَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ أَخْلَاقِهِمْ وَدِينِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوا عَلَى الْهَدْيِ الْمُسْتَقِيمِ.
“Barang siapa di antara kalian ingin mncontoh, maka hendaklah mencontoh orang yang telah wafat, yaitu para Shahabat Rasulullah, karena orang yang masih hidup tidak akan aman dari fitnah, Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk menemani Nabi–Nya, dan menegakkan agama–Nya, maka kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi, Ibnu Abdil Barr, 2/97)
Mari kita petik nasehat agung sahabat mulia Umar bin Khattab dalam memaknai kemuliaan hidup manusia. Beliau berkata,
لَوْلَا ثَلَاثٌ لَأَحْبَبْتُ أَنْ أَكُونَ قَدْ لَقِيتُ اللهَ: لَوْلَا أَنْ أَضَعَ جَبْهَتِي لِلَّهِ، أَوْ أَجْلِسَ فِي مَجَالِسَ يُنْتَقَى فِيهَا طَيِّبُ الْكَلَامِ كَمَا يُنَقَّى جَيِّدُ التَّمْرِ، أَوْ أَنْ أَسِيرَ فِي سَبِيلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Kalaulah bukan untuk melaksanakan 3 hal, maka aku tak ingin hidup di dunia, Kalaulah tidak supaya aku bisa meletakkan jidatku ke tanah sebanyak 5 kali sehari semalam, Kalaulah tidak supaya aku bisa duduk bersama saudara seiman di majlis ilmu untuk mendapatkan nasehat mulia sebagaimana buah yang telah masak dipetik dari pohonnya, kalaulah tidak supaya aku bisa berjihad di jalan Allah.” (Hilyatul Auliya’, Abu Nu’aim, 1/51)
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Dari nasehat mulia Sahabat Umar di atas dapat kita simpulkan, bahwa hidup seseorang itu akan mulia, berfaedah dan memberikan kontribusi posisif untuk agama dan umat manusia, manakala ia didedikasikan pada tiga hal inti,
- Hidup untuk Ibadah mengabdi kepada Allah yang di simbulkan dengan Shalat lima waktu.
- Hidup untuk meningkatkan kwalitas diri seorang muslim dengan mencari ilmu.
- Hidup untuk perjuangan dengan berjihad di jalan Allah
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Pertama: Hidup untuk Ibadah mengabdi kepada Allah yang di simbulkan dengan Shalat lima waktu.
Ketahuilah jamaah sekalian bahwasanya shalat adalah ibadah yang agung dalam agama islam dan juga merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala yang paling baik. Ia menjadi pembeda antara si muslim dan si kafir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah)
بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ
“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Thabrani)
Shalat adalah amalan yang pertama kali akan di mintai pertanggungjawaban dan menjadi pengendali tubuh kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإنْ صَلُحَتْ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ، وَإنْ فَسَدَتْ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.” (HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466)
Shalat menjadi barometer tegak atau robohnya bangunan agama seseorang.
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
“Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Ath-Tirmidzi no. 2616; HR. Ibnu Majah no. 3973)
Jamaah sekalian, renungkanlah ayat berikut ini.
Di akhirat kelak ada penyesalan manusia yang dimasukkan ke dalam neraka karena sebab mereka meninggalkan shalat.
عَنِ ٱلْمُجْرِمِينَ. مَا سَلَكَكُمْ فِى سَقَرَ. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ ٱلْمُصَلِّينَ
“Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. Al-Muddatsir: 41-43).
Apa yang menghalangi kita untuk shalat? setiap hari kita menyaksikan orang tua renta dengan badan tergopoh saat berjalan, ia tetap shalat dan ternyata ia adalah bapak atau ibu kita sendiri.
Setiap hari kita juga menyaksikan Anak kecil nan mungil yang belum baligh, ia sudah rajin ke masjid untuk shalat, dan ternyata ia adalah anak kita sendiri.
Setiap hari kita juga menyaksikan orang berpenampilan necis, rapih terlihat orang kaya dan berpendidikan juga rajin shalat. Begitu juga sebaliknya, orang miskin papa yang berpakaian lusuh, bau keringat dan amburadul mereka rajin shalat.
Jika pemandangan orang shalat dengan berbagai latarbelakangnya yang berbeda-beda itu juga tidak menyadarkan kita untuk shalat, maka butuh contoh yang seperti apalagi kita untuk masu sadar shalat?
Masjid sebagai tempat untuk ibadah ini pun hari ini juga sudah luar biasa indah dan bagusnya, lengkap fasilitasnya; ada karpet tebal, lampu terang, kipas angin lengkap berikut juga AC, bahkan kadang ada suguhan makanan dan minuman gratis.
Jika itu pun tidak menyadarkan kita untuk sadar shalat, maka butuh fasilitas seperti apa lagi untuk menyadarkan kita akan kewajiban shalat.
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Kedua: Hidup untuk meningkatkan kwalitas diri seorang muslim dengan mencari ilmu.
Mencari ilmu hukumnya adalah wajib, khususnya ilmu yang fardhu ‘ain yakni ilmu agama Islam.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah no. 224)
Ketika Allah subhanahu wata’ala berfirman وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا “Dan katakanlah, ‘Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu’.” (QS. Thaaha: 144)
Maka Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan,
وَالْمُرَاد بِالْعِلْمِ الْعِلْم الشَّرْعِيّ الَّذِي يُفِيد مَعْرِفَة مَا يَجِب عَلَى الْمُكَلَّف مِنْ أَمْر عِبَادَاته وَمُعَامَلَاته، وَالْعِلْم بِاَللَّهِ وَصِفَاته، وَمَا يَجِب لَهُ مِنْ الْقِيَام بِأَمْرِهِ، وَتَنْزِيهه عَنْ النَّقَائِض
“Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan.” (Fathul Baari, Ibnu Hajar Al-Asqalani, 1/92)
Mencari ilmu itu adalah cara cepat untuk masuk syurga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Hal itu dikarenakan empat hal:
- Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk Surga
- Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang mengantarkan seseorang pada Surga
- Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu tersebut akan mengantarkan pada Surga
- Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju Surga yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang di atas neraka menuju surga. (Jami’ Al–Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rajab Hanbali, 2/297-298)
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Ketiga: Hidup untuk perjuangan dengan berjihad di jalan Allah
Tidak ada tugas paling mulia dalam hidup manusia setelah lahir kedunia kecuali menegakkan agama.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syura:13)
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman,
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ…
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya …” (QS. Al-Hajj: 78)
Jihad adalah istilah syar’i dalam Islam, jangan ditakuti. Dialah jalan pendahulu dalam menegakkan agama.
Imam Auza’I mengatakan,
خَمْسٌ كَانَ عَلَيْهَا أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالتَّابِعُونَ بِإِحْسَانٍ: لُزُومُ الْجَمَاعَةِ، وَاتِّبَاعُ السُّنَّةِ، وَعِمَارَةُ الْمَسْجِدِ، وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ، وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
“Lima perkara yang menjadi kebiasan amal para sahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik; Luzumul jamaah (menetapi jamaah), Tilawatul quran (membaca al-quran), Ihya’us Sunnah (menghidupkan sunnah Nabi), Imaratul masajid (memakmurkan masjid), Jihad fii Sabilillah (berjuang dijalan Allah). (Hilyatul Auliya’, Abu Nu’aim, 6/142)
Jihad adalah amalan yang sangat luas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ
“Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kalian.” (HR. Abu Daud no. 2504; HR. An-Nasai no. 3096)
Orang yang punya potensi harta gunakan untuk perjuangan, orang yang punya potensi jiwa atau fisik maka gunakan, orang yang punya potensi lisan atau ilmu maka gunakan untuk perjuangan, Allah ingin melihat apa yang sudah kita berikan untuk agama ini.
Allah berfirman,
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah: 105)
Kita lihat alam Islam hari ini, Palestina masih terjajah, bumi berbarakah Syam, khususnya Suriah masih menangis, muslim minoritas Uighur masih teraniaya dan yang lainnya. Selama bumi Allah masih ada yang dijajah oleh kaum kuffar maka perjuangan Islam akan tetap terus berlaku.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari hadits Anas bin Malik,
وَالْجِهَادُ مَاضٍ مُنْذُ بَعَثَنِيَ اللهُ إِلَى أَنْ يُقَاتِلَ آخِرُ أُمَّتِيْ الدَّجَّالَ لاَ يُبْطِلُهُ جُوْرُ جَائِرٍ وَلاَ عَدْلُ عَادِلٍ
“Jihad akan senantiasa berlangsung sejak Allah mengutusku hingga umatku yang terakhir memerangi Dajjal, ia tidak akan dihentikan oleh kejahatan orang jahat ataupun keadilan orang adil.” (HR. Abu Dawud)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لَنْ يَبْرَحَ هَذَا الدِّينُ قَائِمًا، يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عِصَابَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Sekali-kali akan tetap ada dalam agama ini sekelompok orang dari kaum muslimin yang senantiasa berperang hingga datangnya hari kiamat.” (HR. Muslim)
اَللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبْرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، لَا اِلَهَ اِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ اَكْبَرُ، اَللَّهُ اَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah!
Demikian materi khutbah Idul Fitri 1441 H tentang tiga cara menggapai kemuliaan hidup yang kami sampaikan pada waktu yang sangat berbahagia ini, akhirnya mari kita berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala,
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
فَيٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُو اللَّهَ… قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
وَمَنْ يَتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ، وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
أَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلغَلاَءَ وَالْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَلْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ اْلمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ضَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Download teks khutbah Idul Fitri 1444 H Cara Menggapai Kemuliaan Hidup