KOTA SERANG – Jutaan honorer di Indonesia resah setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan menghapus honorer di tingkat pusat dan daerah pada akhir tahun 2023 mendatang. Padahal, banyak dari mereka yang sudah bekerja puluhan tahun dan selama ini dibayar seadanya oleh negara. Salah satunya adalah Yana Noviana alias Yanov, honorer di Dinas Perhubungan Kota Serang, Banten, yang sudah menjadi honorer sejak tahun 2008.
Matahari bulan Juni mulai naik ketika Yanov turun dari sepeda motor dinas yang dikendarainya menuju pos jaga milik Dinas Perhubungan Kota Serang, tepat berada di depan mulut terowongan Terondol, Kecamatan Serang, Kota Serang. Setelah memberi komando kepada petugas dinas perhubungan lain yang lebih junior, dia langsung berjalan ke dekat terowongan mengatur kendaraan yang lalu lalang keluar masuk terowongan.
Panas terik matahari yang mulai membakar kulitnya tak menghentikan Yanov untuk terus mengatur lalu lintas. Sebab bila dibiarkan sebentar saja, akan terjadi kemacetan panjang di terowongan tersebut. Terowongan Terondol terkenal dengan kemacetannya yang parah. Apalagi ketika musim hujan turun.
Mengatur lalu lintas di terowongan Terondol adalah kegiatan rutin harian Yanov yang tidak bisa dia tinggalkan. Sebab tingkat kemacetan di terowongan ini sangat tinggi, terutama pada pagi dan sore hari, saat jam pergi dan pulang kerja maupun sekolah. Baginya, lancarnya arus lalu lintas merupakan salah satu indikasi keberhasilan kerja dinas perhubungan.
Karena itu, dia akan selalu berusaha mengurai kemacetan setiap kali terjadi penumpukan kendaraan di terowongan Terondol. “Malu saya kalau ada yang komplain ada kemacetan di Terondol,” kata Yanov, Selasa, 14 Juni 2022.
Tergerak menjaga lalu lintas tetap lancar, terutama di terowongan Terondol, Yanov akan langsung ke lokasi manakala mendapatkan informasi adanya kemacetan di terowongan jalan tol Tangerang-Merak itu. Karena lahir dan besar di Kota Serang, banyak teman yang mengenalnya sehingga ketika mereka merasakan kemacetan di terowongan Terondol akan langsung mengabari Yanov agar segera turun tangan.
Yanov pun tak keberatan dan dengan penuh tanggung jawab akan langsung terjun ke lokasi. Baginya, bekerja sebagai petugas dinas perhubungan tidak mengenal waktu. Pagi, siang, bahkan malam dia akan turun bila mengetahui informasi terowongan Terondol yang macet. “Kecuali kalau saya lagi di luar kota, baru enggak bisa ke lokasi,” katanya.
Yanov mengungkapkan, pertama kali menjadi honorer di Kota Serang ketika dia diminta bekerja di bidang yang mengurusi tower telekomunikasi di Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kota Serang. Kala itu, usia Kota Serang baru satu tahun dan dia diminta merancang aturan guna memungut retribusi dari tower telekomunikasi.
Pengalamannya yang pernah bekerja di perusahaan kabel optik Prancis membuat dia diminta membantu Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kota Serang. Ketika dinas pariwisata dipisah dia pun memilih bekerja di Dinas Perhubungan Kota Serang sampai sekarang.
Yanov mengaku di usianya yang sudah menginjak 54 tahun dan sudah mendekati pensiun sebenarnya sudah tidak memiliki harapan diangkat menjadi P3K apalagi ASN. Bilapun ada kemungkinan, dia memperkirakan hanya ada 0,05 persen. Namun melihat nasib sama yang dialami ribuan honorer lain di Kota Serang, dia bersemangat bersama para honorer lain mendesak pemerintah pusat meninjau ulang aturan penghapusan honorer pada tahun 2023.
“Saya ingin temen-temen saya para honorer yang masih muda diangkat. Kalau saya sudah tua,” katanya.
Sementara itu, sehari sebelumnya, ratusan honorer beraudiensi dengan Walikota Serang Syafrudin. Mereka meminta Pemerintah Kota Serang melayangkan surat agar pemerintah pusat meninjau kembali kebijakan menghapus honorer. Mereka juga mendesak agar pemerintah daerah bisa mengangkat mereka, minimal menjadi P3K.
Walikota Serang Syafrudin pun menyanggupi tuntutan dari para honore dan akan meminta pemerintah pusat meninjau kembali kebijakan menghapus honorer.
Di luar sana, masih ada Yanov lain yang masa kerjanya mungkin lebih lama bahkan usianya lebih tua. Dan mereka menanti dengan resah kebijakan pemerintah. Akankah nasib mereka berakhir dengan indah? (MUHAMAD TOHIR)