Penjelasan Ilmiah Sapi Menangis Ketika Hendak Disembelih Malah Ditanggapi Hujatan oleh Netizen yang Tidak Sepakat

sapi menangis
Penjelasan ilmiah sapi menangis. (Foto: pexels.com/pixabay)

BANTENRAYA.CO.ID – Sewaktu menyembelih sapi kurban atau menyaksikan proses penyembelihannya, kamu mungkin pernah melihat fenomena sapi menangis.

Sapi menangis ketika hendak disembelih ternyata memiliki penjelasan ilmiahnya.

Beberapa orang mungkin mengira kalau sapi menangis menandakan sapi tersebut sedih atau takut karena hendak disembelih.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: 5 Hal yang Seorang Muslim Harus Lakukan Supaya Didoakan Malaikat

Penyembelihan sapi yang sedang ramai terjadi di akhir Juni 2023 ini menandakan perayaan Hari Raya Idul Adha.

Hari Raya Idul Adha merupakan salah satu dari dua perayaan besar dalam tradisi Islam.

Pada hari tersebut dan di 3 hari setelahnya atau yang disebut Hari Tasyrik, masyarakat muslim dilarang berpuasa dan dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban sebagai salah satu bentuk ibadah dan bukti keimanan.

BACA JUGA: 4 Kelebihan Kuliah Kelas Karyawan, Disertai Alasan Mengapa Kamu Harus Kerja Dulu Sebelum Kuliah

Hewan kurban yang disyaratkan untuk disembelih adalah berupa hewan ternak seperti unta, sapi, kerbau, kambing dan domba.

Dan terdapat syarat usia tertentu untuk hewan ternak layak termasuk hewan kurban.

Bahkan terdapat adab Islami tertentu ketika proses penyembelihannya, salah satunya adalah membaringkan hewan di sisi sebelah kiri.

BACA JUGA: 7 Situs Kuliah Online Gratis untuk Kamu Upgrade Skill Dimana Saja dan Kapan Saja

Dan di posisi tersebut, biasanya sapi menangis sehingga beberapa orang menilai kalau hewan kurban tersebut sedang bersedih karena hendak disembelih.

Namun dilansir bantenraya.co.id dari postingan Instagram @mongabay.id, fenomena sapi menangis memiliki penjelasan ilmiah seperti yang dijelaskan oleh salah satu dosen dari Universitas Gadjah Mada.

Namun postingan penjelasan ilmiah yang telah mendapat lebih dari 2 ribu likes tersebut malah dihujat oleh beberapa komentar netizen yang tidak sepakat.

Dr. drh. Slamet Raharjo., MP adalah salah satu dosen Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

BACA JUGA: 6 Amalan Pembuka Rezeki yang Besar yang Bisa Dilakukan Seorang Muslim

Dia menjelaskan kalau setiap spesies mamalia memiliki kejenjar air mata, termasuk sapi dan hewan kurban lainnya.

Dan kelenjar air mata tersebut memiliki fungsi untuk membersihkan dan membasahi mata ketika ada debu atau benda lain yang menempel di mata.

Maka dari itu, sapi yang diposisikan rebahan atau berbaring miring akan spontan mengeluarkan air mata sehingga tampak seperti menangis.

BACA JUGA: Wanita ini Diculik Oknum Driver Maxim, Sampai Loncat dari Motor

Itulah penjelasan dari Slamet Raharjo terkait dengan sapi menangis.

Dan kamu juga tentunya tahu kalau gerakan sapi sangat terbatas, tidak seperti hewan lain yang bisa menjangkau mata dengan kaki depan mereka.

Bahkan sapi juga terbatas untuk bisa menggaruk bagian tubuh yang gatal karena kutu, sehingga membutuhkan bantuan burung jalak untuk memakan kutu tersebut.

BACA JUGA: Jangan Takut Donor Darah! Manfaatnya Sangat Besar ke Kesehatan

Namun dari postingan yang diunggah akun @mongabay tersebut malah terdapat beberapa komentar yang menghujat mongabay, bahkan sampai menyindir dosen UGM sendiri.

@terbitterbenam_ berkomentar, “dokter lu ngomong ama hewan ae gabisa bl*k.”

Sementara @nzhezain berkomentar, “Dosennya suruh belajar lagi, yang nulis artikel suruh tulis ulang.”

BACA JUGA: 4 Tips Menjadi Pendengar yang Baik, Rahasia untuk Hubungan Kalian Makin Langgeng

Untungnya ada komentar yang membela postingan mongabay tersebut juga.

@irawan26_95 berkomentar, “Ini sudut pandang ilmiah yg diteliti oleh peneliti khususnya hewan lur, bukan sudut pandang buat matahin kepercayaan tiap orng yg mempercayai. Jadi sains aja.”

“Indonesia bgt yg komen, dijelasin malah ngeyal,” sindir @zall_r kepada tiap komentar yang menyindir Slamet Raharjo dan akun Instagram @mongabay.id.

Fakta unik lainnya, hewan yang menggambarkan kondisi psikologis dengan menangis ternyata hanya dapat dijumpai di spesies primata, seperti monyet atau orangutan.***

Pos terkait