BANTENRAYA.CO.ID – Perlombaan pacu jalur yang diadakan di Kuantan Singingi, Riau untuk memeriahkan HUT RI ke-78 menjadi viral di media sosial. Banyak yang bertanya apa fungsi anak kecil pacu jalur di ujung perahu?
Pacu jalur menjadi semakin dikenal dan menarik perhatian banyak orang hingga tak sedikit yang membuat parodi seolah-olah sedang berlomba.
Pacu Jalur adalah sebuah tradisi budaya yang berasal dari Provinsi Riau, Indonesia yang berarti lomba balap perahu.
Tradisi tersebut biasanya dilaksanakan dalam acara keagamaan atau eringatan hari jadi kabupaten atau kota di Provinsi Riau.
Namun kini perlombaan pacu jalur lebih sering diadakan pada Hari Kemerdaan Indonesia di bulan Agustus.
Dilansir dari laman kotajalur.kuansing.go.id, sejarah pacu jalur dimulai saat abad ke-17 di mana jalur/jala/jukung/perahu merupakan alat transportasi warga di Rantau Kuantan.
Lebih tepatnya di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti Kecamatan Cerenti di hilir.
Pada waktu itu transportasi darat belum berkembang sehingga sangat memaksimalkan area sungai khususnya untuk mengangkut hasil bumi dan orang sekitar 40-60 orang.
Seiring berjalannya waktu, jalur-jalur tersebut dihias sedemikian rupa menjadi alat transportasi yang ditumpangi orang-orang penting sehingga berubah menjadi identitas sosial.
100 tahun kemudian, warga melihat sesuatu yang menarik dari pacu jalur dan akhirnya membuat perlombaan adu kecepatan jalur atau pacu jalur.
Acara pacu jalur merupakan perayaan yang sangat populer di kalangan masyarakat Riau dan telah menjadi bagian integral dari identitas budaya daerah tersebut.
Perlombaan tersebut melibatkan keterampilan dayung, navigasi, serta kerja sama antara awak perahu. Setiap perahu biasanya dihiasi dengan hiasan-hiasan tradisional yang indah dan warna-warni.
Pacu Jalur tidak hanya sekadar perlombaan, melainkan juga merupakan sarana untuk memelihara dan melestarikan budaya lokal, menguatkan hubungan sosial masyarakat, serta merayakan identitas daerah.
Dirangkum dari beberapa sumber, fungsi anak kecil yang berdiri dan menari di depan perahu itu adalah sebuah tradisi untuk melibatkan anak dan mewarisi nilai-nilai budaya pada generasi muda.
Selain itu, sesuai dengan filosofinya, si tukang tari menggambarkan seorang pemuda Kuantan Singingi yang mampu menahan ombak dan kehidupan duniawi serta mampu berjuang dalam berbagai situasi.
Ia juga sebagai bentuk tekanan keseimbangan dan pendorong semangat bagi anak pacuan atau pendayung yang berada di belakangnya.
Saat anak kecil di depan sudah terjun ke sungai, itu menandakan bahwa jalur yang ditaikinya sudah menang dan lebih cepat dari yang lain.
Tak hanya di bagian depan, ada juga “timbo ruang: yang bertugas mengatur irama dayung dan menjadi aba-aba serta komando anak pacuan berada di bagian tengah.
Sementara “tukang onjai” yang berada di paling belakang bertugas memberitahukan arah jalan yang pas kepada pengemudi yang berada di depannya.***