Contoh Khutbah Jumat edisi Bulan Ramadhan 1444 H, Judul: Hati-hati Perangkap Setan

Inilah teks khutbah Jumat yang jelas dan padat. (Pixabay)
Inilah teks khutbah Jumat yang jelas dan padat. (Pixabay)

BANTENRAYA.CO.ID – Inilah informasi seputar contoh khutbah Jumat edisi bulan Ramadhan 1444 H, judul hati-hati perangkap setan.

contoh teks khutbah Jumat bisa menjadi referensi saat menjadi khatib.

Pembahasan teks khutbah Jumat edisi rajab 1444 H yang bertemakan hati-hati perangkap setan.

Bacaan Lainnya

Setan ingin menggoda manusia untuk tidak taat kepada Allah SWT dalam waktu kapan pun dan dimana pun.

BACA JUGA: MASIH HANGAT! Kode Redeem Genshin Impact Terbaru 9 April 2023, Klaim Primogem, Mora dan Hero Wit Gratis

seperti kita ketahui setan begitu licik, melakukan segala cara agar manusia tersesat dan menyimpang dari jalan lurus yang telah Allah perintahkan.

Penasaran dengan contoh khutbah Jumat edisi bulan rajab 1444 H, judul hati-hati perangkap setan? Simak artikel ini sampai selesai.

Dikutip Bantenraya.co.id dari Ngaji.id, Berikut ini adalah contoh khutbah Jumat edisi bulan rajab 1444 H, judul hati-hati perangkap setan:

Ma’asyiral Muslimin,

BACA JUGA: Drakor Stealer The Treasure Keeper Episode 1 Sub Indo Nonton Dimana? Ini Sinopsis dan Platform Drama Korea Terbaru 2023

Mari kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan seluruh nikmat kepada kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl[16]: 53)

Shalawat dan salam kepada Nabi kita tercinta Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah membawa manusia kepada jalan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala cintai dan ridhai.

BACA JUGA: Teks Kultum Ramadhan Singkat yang Cocok untuk Bulan Ramadhan Bertema Semangat Dalam Menggapai Surga

Setan adalah Musuh
Ma’asyiral Muslimin,

Secara teori, kita semua yang beragama Islam mengetahui bahwa setan adalah musuh kita. Semua muslim yang ikhlas dalam keislamannya, mengetahui secara teori bahwa syaithan itu adalah musuh. Dan musuh hendaknya diperlakukan sebagai musuh. Bukan diperlakukan sebagai sahabat dan teman.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

BACA JUGA: Contoh Teks Kultum Ramadhan yang Menyentuh Hati, Tema: Siapakah Manusia yang Celaka di bulan Ramadhan?

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir[35]: 6)

Terkadang, teori hanya tinggal teori. Realita kehidupan sangat berbeda dengan teori yang telah dipelajari dan diketahui. Betapa banyaknya manusia yang secara teori mengetahui bahwa syaithan adalah musuh, namun dia tidak menjadikan syaithan sebagai musuhnya.

Godaan-godaan syaithan, iblis, dan bala tentaranya justru dia jadikan sebagai kebiasaan hidup sehari-hari. Tempat di mana syaithan suka menggoda, itu tempat yang paling mereka sukai. Padahal mereka tahu bahwa setan adalah musuh.

Maka jadikanlah mereka sebagai musuh. Niscaya kita akan beruntung di dunia dan di akhirat. Tipu daya setan sangatlah halus. Sekiranya jika Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan Al-Qur’an dan tidak mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kita, kita tidak akan tahu bahwa itu adalah tipu daya iblis dan bala tentaranya.

BACA JUGA: Klik Di Sini! Kumpulan Twibbon Hari Parkinson Sedunia atau World Parkinson’s Day 2023 Cocok Bagikan ke Medsos

Tipu Daya Iblis
Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menyayangi kita lebih dari seorang ibu yang menyayangi anaknya, telah menurunkan panduan kepada kita yaitu Al-Qur’an serta para Nabi sebagai pembimbing.

Dari lisan para Nabi dan Rasul serta Al-Qur’an, kita mengetahui bahwa ini adalah bisikan dan jebakan iblis yang harus kita hindari.

Tanpa Al-Qur’an, Nabi, dan Rasul, secerdas dan sebanyak apapun pengalaman hidupnya, tidak akan bisa mengetahui bahwa itu adalah jebakan iblis laknatullah ‘alaih.

Diturunkan saja Al-Qur’an atau diutusnya saja Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, masih banyak manusia yang tidak tahu bahwa itu adalah tipu daya iblis.

Di antara tipu daya iblis yang sangat halus, yang ia masukkan ke dalam hati manusia, yang kalau manusia terjebak dalam tipu daya tersebut, iblis akan bermain dengannya dengan permainan yang sangat mudah.

Usia yang Panjang
Di antaranya adalah memberikan perasaan ke dalam hatinya bahwa usianya di muka bumi ini masih panjang. Ini tipu daya dan jebakan pertama iblis laknatullah ‘alaih. Kalau kita terkena jebakan ini dan masuk ke dalam perangkapnya, iblis akan dengan mudah menjebak kita kepada perangkap-perangkap yang lainnya.

Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh kita berhati-hati terhadap perangkap iblis. Betapa banyak manusia yang merasakan perasaan tersebut. Dia merasa hidupnya masih lama, umurnya masing panjang. Terutama pada generasi muda.

Siapa yang mengatakan panjang? Dari mana takarannya? Tidakkah kita membaca Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Apakah di dalamnya terdapat keterangan seperti yang kita rasakan?

Apakah di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan bahwa umur manusia masih panjang, atau sebaliknya?

Dan apakah di dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan pernyataan tersebut agar kita mempersiapkan usia kita di atas permukaan bumi karena umur kita masih amat panjang, ataukah sebaliknya?

Usia Kita Singkat
Yang ada adalah sebaliknya. Banyak dari ayat Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan betapa singkatnya usia kita di permukaan bumi. Hal yang sama di dalam hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Tidak ada satu ayat pun yang berbicara seperti perasaan tadi. Tahulah kita bahwa perkataan tadi datangnya dari musuh kita. Mengapa? Iblis datang dengan satu yang berbeda dari Al-Qur’an dan sunnah Rassulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Apapun yang namanya berbeda dari Al-Qur’an dan hadits, itu merupakan perangkap iblis.

Mari kita mawas diri. Apabila kita membaca ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada keterangannya, bersiaplah karena akhirat itu sudah dekat. Bersiaplah karena kiamat itu sudah dekat.

Dari mana datangnya perasaan bahwa usia kita masih panjang?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ

“Telah dekat datangnya saat itu (kiamat) dan telah terbelah bulan.” (QS. Al-Qamar[54]: 1)

إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا وَنَرَاهُ قَرِيبًا

“Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin terjadi).” (QS. Al-Ma’arij[70]: 6-7)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ، وَيُشِيْرُ بِإِصْبَعَيْهِ فَيَمُدُّ بِهِمَا.

“Jarak diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau berisyarat dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya. (HR. Bukhari)[1]

Perasaan yang Bertentangan dengan Al Quran
Ma’asyiral muslimin,

Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan ayat-ayat yang seperti ini, tidakkah bertentangan dengan perasaan yang tadi? Lalu siapa yang memberikan perasaan itu kepada kita? Siapa yang menanamkannya, dan apa maksud dari ditanamkannya perasaan itu di jiwa kita?

Ambil sebuah kaidah penting dalam beragama; “Sesuatu yang tidak sama dengan Al-Qur’an adalah kesesatan, datangnya dari syaithan.”

Karena yang ada di dalam Al-Qur’an adalah shirathal mustaqim sedangkan yang iblis inginkan adalah mengeluarkan manusia dari shirathal mustaqim itu.

Sebagaimana yang ia katakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala;

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,” (QS. Al-A’raf[7]: 16)

Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan bahwa kiamat sudah dekat, ayat ini turun saat lebih dari 1400 tahun yang lalu. Maka bagaimana dengan sekarang? Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan demikian, sudah berlalu 1400 tahun lebih.

Lalu sedekat apakah kita dengan kiamat dalam perhitungan Illahi? Sedekat apakah kita dengan kiamat dalam perhitungan syar’i? Kita pasti sudah lebih dekat dari pada ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan ayat tersebut.

Yang Setan Inginkan
Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Maka campakkan di dalam hati ini perasaan yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasuslullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketahuilah bahwasanya itu adalah tipu daya iblis. Jika bersarang di dalam hati, iblis dan bala tentaranya mempunyai tempat untuk menggoda kita kepada langkah-langkah berikutnya.

Silakan saksikan apa yang manusia lakukan ketika merasa usianya masih panjang. Ia akan lalai dengan dunianya. Dia tidak akan bersiap untuk akhiratnya dan kematiannya. Ia masih akan mengejar cita-cita yang ia gantungkan setinggi langit. Dia akan selalu mengejar dan mengejar (dunia). Lalu kapan untuk akhiratnya?

Berbeda dengan orang yang merasa bahwa kiamat sudah dekat. Dia akan melakukan persiapan untuk kiamat. Berbeda dengan seorang hamba yang merasakan bahwa akhirat sudah di depan mata. Dia akan melakukan persiapan menuju waktu yang sudah teramat dekat sesuai dengan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan di dalam Al-Qur’an.

Dengan itulah dia selamat, tidak sebagaimana yang pertama sebelumnya, hancur dan binasa. Itulah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala inginkan dan itulah yang syaithan inginkan dari manusia.

فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الْأَبْصَارِ

Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.” (QS. Al-Hasyr[59]: 2)

Khutbah Jumat Kedua
Ma’asyiral muslimin,

Kalau tadi di khutbah yang pertama khatib telah membawakan ayat dan hadits tentang dekatnya hari kiamat, ketahuilah bahwa kematian lebih dekat dari pada itu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara kiamat, hancurnya dunia beserta isinya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan “dekat”. Saudaraku, bagaimana dengan kiamat kecil yang para ulama katakan, yaitu datangnya ajal bagi setiap hamba.

Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan kiamat telah dekat, sedekat apakah nyawa kita akan Dia cabut? Sedekat apakah kematian itu dengan kita? Entah berapa tahun lagi kita tidak tahu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah mengatakan dekat, maka ini menunjukkan bahwa kematian jauh lebih dekat dari pada itu. Apatah lagi di zaman sekarang, zaman di mana kematian mendadak mengintai hampir semua manusia. Antum yang keluar rumah menggunakan sepeda motor, kematian selalu mengintai antum dalam setiap perjalanan.

Antum yang keluar rumah menggunakan mobil, kereta api, apalagi pesawat yang apabila ada satu korsleting listrik dapat menimbulkan kematian ratusan penumpang. Ini menunjukkan bahwa kematian lebih dekat dari pada hari kiamat itu sendiri.

Ini yang harus kita hadirkan di dalam hati dan jiwa kita agar sesuai dengan Al-Qur’an dan agar kita mengambil manfaat dari nasihat-nasihat Illahi yang ada di dalam Al-Qur’an.

Kita adalah Musafir
Maka jadilah manusia yang selalu merasakan bahwa usianya singkat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَ تَرَكَهَا

“Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. At Tirmidzi No. 2551)[2]

Anda semuanya adalah musafir di atas permukaan bumi ini. Kampung Anda bukanlah dunia, melainkan akhirat. Kita di sini adalah musafir dan akan kembali ke kampung kita bernama akhirat.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa dunia ini adalah negeri persinggahan. Kita hanyalah seseorang yang sedang berteduh di bawah sebatang pohon. Berapa lama waktu berteduhnya? Adakah orang yang berteduh di bawah sebatang pohon selama 5 hingga 10 hari? Atau ia hanya berteduh selama 1 jam kemudian melanjutkan perjalanan?

Itulah usiamu wahai umat muslim di permukaan bumi ini. Satu hingga dua jam saja di dunia. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an;

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (QS. An-Nazi’at[79]: 46)

Itulah waktu sore, satu atau dua jam saja. Dan itulah waktu dhuha, sekitar waktu itu saja. Itulah usia kita di permukaan bumi yang hakiki. Ketika kita kembali ke kampung akhirat, kita akan mengetahui semua itu. Apa yang akan terjadi? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ, يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini”.” (QS. Al-Fajr[89]: 23)

Maka hiduplah untuk akhirat. Lakukan persiapan untuk akhirat. Tidak ada yang menjamin kita akan sampai kepada usia tua. Kematian mengintai kita setiap hari. Dan ketika dia datang, tidak ada cara untuk lari.

Demikian contoh khutbah Jumat edisi bulan rajab 1444 H, judul hati-hati perangkap setan.*

Pos terkait