BANTENRAYA.CO.ID – Drama Korea King The Land menuai kontroversi pada episode 7-8. Kritikan dan kecaman datang dari banyak para penonton khususnya yang beragama Islam.
Dalam episode 7-8 King The Land yang tayang pada pekan lalu itu menampilkan adegan sosok pangeran bernama Samir yang diceritakan dari Arab Saudi.
Pangeran Samir dari Arab Saudi yang diperankan oleh Anupam Tripathi itu diceritakan memiliki kepribadian yang berbanding terbalik dengan citra pangeran sebenarnya.
Sebagai informasi, Anupam Tripathi sebelumnya pernah bermain pada drama populer Squid Game, Narco-Saints, dan Descendants of The Sun.
BACA JUGA: Link Nonton Hidden Love Episode 25 Sub Indo Lengkap dengan Jam Tayang
Pangeran Samir merupakan teman Gu Won (Lee Junho) saat bersekolah di luar negeri yang datang sebagai tamu VIP di hotelnya.
Terdapat adegan yang memperlihatkan Pangeran Samir berada di tempat hiburan malam dikelilingi wanita seksi dan meminum alkohol.
Sifat Pangeran Samir adalah selalu menggoda dan berganti-ganti wanita hingga Gu Won menyebutnya sebagai “pemain”.
Karena menyukai wanita cantik, Cheon Sa-Rang (Yoona) kemudian menjadi sasaran Pangeran Samir. Gu Won yang melihat Sa-Rang digoda oleh temannya itu lantas cemburu.
Karakter yang diciptakan untuk Pangeran Samir inilah yang menuai banyak kritik dari penonton. Banyak dari mereka menilai bahwa drama King The Land tidak menghormati budaya Arab.
Seperti diketahui bahwa budaya Arab tidak meminum alkohol dan berdekatan dengan lawan jenis yang bukan mahrom apalagi yang memakai pakaian terbuka.
Pihak produksi King The Land kemudian buka suara terkait kontroversi yang dihadirkan pada 2 episode terbaru yang tayang pekan lalu.
“Karakter, wilayah, dan nama tempat yang muncul dalam drama adalah latar fiktif, dan tidak ada niat untuk membuat karikatur atau mendistorsi budaya tertentu,” kata tim produksi dari stasiun televisi JTBC dikutip dari Allkpop.
Mereka juga menambahkan bahwa sangat menghormati berbagai budaya termasuk budaya Arab dan berjanji akan lebih berhati-hati dalam mengemas drama.
“Tim produksi menghormati berbagai budaya dan akan lebih memperhatikan produksi sehingga tidak ada ketidaknyamanan dalam menonton,” tambahnya.***