Embung dan Sumur Resapan Jadi Jurus Ampuh Pemkab Serang Tangani Ribuan Lahan Terdampak Kekeringan

WhatsApp Image 2023 10 11 at 20.52.35
Pemkab Serang bersama BBWSC menarik air dari irigasi untuk dialirkan ke sawah di Kecamatan Lebakwangi, belum lama ini. (Rohmatulloh Tanjung / Bantenraya.co.id)

BANTENRAYA.CO.ID – Pemerintah Kabupaten Serang dalam jangka panjang berencana memperbanyak pembuatan embung dan sumur resapan di daerah-daerah rawan kekeringan.

Rencana pembuatan embung dan sumur resapan itu untuk mengantisipasi tingginya kerugian yang dialami petani di Kabupaten Serang pada saat musim kemarau panjang.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian atau DKPP Kabupaten Serang Suhardjo mengatakan, sampai dengan pekan kemarin, lahan pertanian di Kabupaten Serang yang terdampak kekeringan mencapai 1.620 hektare, yang terdiri dari kondisi ringan ringan 334 hektare, sedang 489 hektare, dan yang berat 379 hektare.

Bacaan Lainnya

“Untuk yang puso sampai 5 Oktober 451 hektare. Upaya jangka pendek yang kita lakukan yaitu monitoring dan melakukan pompanisasi dan penyebar luasan informasi terkait kekeringan dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika),” ujar Suhardjo, Rabu 11 Oktober 2023.

BACA JUGA:Penerima Beasiswa APBD Kabupaten Serang Langsung Direkrut Perusahaan Usai Diwisuda

Selain itu, pihaknya mendorong petani untuk melakukan percepatan tanam dan penggunaan varietas padi yang tahan kekeringan.

“Lahan-lahan yang masih ada sumber air irigasinya kita lakukan pompanisasi. Terus yang kira-kira ada air bawah tanah, kita ada sumur pantek,” katanya.

Kemudian, bersama dengan Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (BBWSC3), pihaknya melakukan melakukan pompanisasi menggunakan mobil yang difokuskan di Kecamatan Lebakwangi.

“Di Lebakwangi yang kekeringan ada 95 hektare. Dengan pompanisasi kita selamatkan sekitar 80 hekatre dan 20 hektare sudah panen,” paparnya.

BACA JUGA:Pokir Mandeg, DPRD Cilegon Desak OPD Segera Realisasikan

Harjo menuturkan, pihaknya juga mengoptimalisasikan asuransi usaha tani padi atau AUTP sebagai upaya menanggulangi kekeringan, dimana petani membayar Rp36 ribu per hektare dan bisa melakukan klaim Rp6 juta per hektare kalau tanaman padinya puso.

“Untuk upaya jangka menengah dan jangka panjang kita akan meperbanyak pembuatan embung dan sumur resapan di daerah rawan kekeringan. Kemudian, pengenalan teknologi antisipasi kekeringan yang ramah lingkungan seperti penggunaan pupuk organik,” tuturnya.***

Pos terkait