Trending

Jadikan Gelar Sarjana Sebagai Amunisi dan Modal Untuk Meraih Masa Depan yang Gemilang

SERANG, BANTEN RAYA – Alumni Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung diminta mempersiapkan agar gelar sarjana pendidikan (S.Pd) yang berhasil disandang dapat dijadikan amunisi dan modal dasar demi menggapai masa depan yang cerah.

Pesan ini disampaikan Ketua STKIP Setia Budhi Rangkasbitung Suherman pada acara wisuda XXI sarjana strata satu (S1) STKIP Setia Budhi Rangkasbitung yang dihelat di Hotel Horison Ultima Ratu, Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Kota Serang, Kamis (17/2/22).

Ketua STKIP Setia Budhi Rangkasbitung Suherman mengatakan, hakikat wisuda sesungguhnya bukan yang dilakukan hari ini, melainkan wisuda itu menyangkut masa depan, masa yang akan dilalui.

“Yang terpenting pasca wisuda adalah mempersiapkan diri dengan segenap energi dan kekuatan, supaya gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) yang dikukuhkan hari ini dan IPK yang telah didapat, dijadikan sebagai amunisi dan modal dasar untuk meraih masa depan yang gemilang,” kata Suherman, dalam sambutannya.

Suherman menuturkan, masa depan penuh dengan ketidakpastian, tetapi masa depan yang pasti adalah persaingan atau kompetisi. Bersiaplah memasuki kompetisi seketat apa pun dan jadilah pemenangnya. Pasaran kerja sekarang ini nyaris tidak mempertanyakan seseorang dari lulusan perguruan tinggi (PT) mana, apakah dalam PT negeri atau luar negeri atau PTS. Yang dominan jadi pertanyaan sekarang ini adalah tentang bagaimana kompetensi dan profesionalnya. Kompetensi dan profesionalitas tersebut harus dimainkan untuk menjadi pemenang dengan gaya permainan yang dinamis, yakni pola “menyerang” bukan pola bertahan. Pola “menyerang” diperlukan “keberanian” dan jadilah “pemberani”, karena dengan keberanian memutuskan sesuatu akan membawa kesuksesan. Berbagai peluang dan kesempatan-kesempatan terbaik senantiasa diambil oleh orang-orang pemberani dengan penuh kematangan.

“Anda semua ini adalah lulusan yang pemberani dan dapat merebut kemenangan adaptif dengan situasi dan kondisi kekinian sehingga dapat bertahan hidup di era disruptif saat ini,” ucap dia.

Suherman menjelaskan, untuk dapat mempertahankan hidup, baik secara individu maupun kelembagaan, harus mampu mengubah pola pikir atau paradigma berkehidupan, sejalan dengan ungkapan Charles Darwin, bahwa kontinyuitas eksistensi hidup manusia bergantung pada kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sebagai dampak proses pembelajaran yang dialaminya.

“Oleh karenanya, jika tidak ingin tergilas oleh nestapa zaman, maka dituntut harus berubah, berkreasi, berinovasi, dan terus belajar beradaptasi,” jelasnya.

Suherman menerangkan, tuntutan untuk terus menerus belajar beradaptasi dengan berbagai perubahan semakin terasa, lebih-lebih ketika sekarang ini sudah memasuki era “revolusi industry 4.0” yang ditandai dengan : tekonologi big data, sebagai penciptaan produk dan layanan; internet of thing, sebagai sebuah objek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa melalui interaksi manusia ke manusia atau dari manusia ke computer atau kecerdasan buatan (artificial intelegence) yakni berupa program computer yang dirancang untuk memecahkan permasalahan rutin yang biasa dikerjakan baik oleh manusia maupun hewan; cyber physic system, dan lain-lain. Wajar sekali jika Alvin Tofler seorang futurolog berujar, “the illiterate of the 21 st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and re-learn”. Mereka yang disebut buta huruf di abad 21, bukanlah orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis, melainkan mereka yang tidak bisa belajar (learn), meninggalkan pembelajaran (un-learn), dan mereka yang tidak melakukan pembelajaran kembali (re-learn).

“Era revolusi industri 4.0 memunculkan fenomena desruptif, yang menghadirkan pembaharuan atau inovasi-inovasi yang tidak terlihat yang terkadang tidak kita sadari padahal hal itu mengganggu tatanan dan sistem lama bahkan menghilangkannya sama sekali,” terang Suherman.

Suherman menyebutkan, ada beberapa fenomena nyata misal bidang kesehatan, sekarang tidak perlu lagi datang ke dokter untuk pengecekan kolesterol, gula darah, tekanan darah, tapi cukup dengan menekankan jempol dilayar hand phone dan keluarlah informasi hal itu dengan valid. Polisi lalu lintas, untuk menilang kendaraan yang melanggar rambu-rambu lintas, sekarang ini cukup dengan radar yang dipasang di setiap tempat strategis. Banyak lagi contoh yang memungkinkan hilangnya tatanan pekerjaan lama tergantikan oleh inovasi dan kreasi kekinian.

“Kunci utamanya kita harus selalu beradaptasi dengan perkembangan kekinian dan ketika harus beradaptasi, terdapat 5 (lima) kemampuan dan keterampilan yang harus dikuasai, sebagaimana pernyataan Jeffrey H. Dyer, Hal B. Gregersen, dan Clyton M. Christensen sebagai berikut : associating, questioning, observing, experimenting, networking,” ungkap dia.

Suherman menjelaskan, kemampuan associating adalah keterampilan menghubungkan suatu ide atau gagasan dengan bidang ilmu, yang orang lain memandangnya tidak ada hubungannya. Dalam perspektif suatu masalah, selalu ditinjau dari multi disiplin ilmu dan transdisipliner.

Kemampuan questioning adalah keterampilan bertanya yang mendasar, yang fundamental, yang urgen, yang saat ini banyak terabaikan oleh hal layak.

Kemampuan observing adalah keterampilan mengamati berbagai fenomena yang terjadi sebagai tindak lanjut dari pertaanyaan yang fundamental untuk diamati sampai dengan hal-halyang detail.

Kemampuan experimenting adalah keterampilan melakukan percobaan ide-ide atau gagasan baru. Bagi para innovator (termasuk guru atau pendidik) tidak mengenal istilah “gagal”, ketidakberhasilan suatu eksperimen merupakan kesuksesan yang tertunda.

Kemampuan kelima adalah networking, yaitu keterampilan melakukan kerja sama melalui jejaring-jejaring yang relevan, baik dalam satu bidang ilmu dan atau berbagai disiplin ilmu.

Masih banyak hal-hal kekinian menyangkut pendidikan dan pembelajaran, yang harus para wisudawan, antara lain : kampus merdeka dan merdeka belajar; loss learning sebagai dampak pandemic Covid-19; sekolah penggerak dan guru penggerak; kurikulum prototipe sebagai upaya percepatan perbaikan dan peningkatan kualitas kondisi pembelajaran.

“Para wisudawan yang membanggakan kami, saudara semua sudah ditunggu masyarakat dengan penuh kerinduan dan antusias, sekali lagi saya ucapkan selamat memasuki era baru, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahnya, sehingga semuanya dapat menapaki jalan hidup dan kehidupan kini dan yang akan datang dengan sukses dan pandai bersyukur,” bebernya.

Suherman menambahkan, selanjutnya para wisudawan sebagai alumni STKIP Setia Budhi Rangkasbitung, diserahkan
semua kepada Ketua IKA STKIP Setia Budhi Cecep Sutanto yang berkenan menerima alumni sebanyak 192 orang untuk dikukuhkan sebagai anggota baru.

“Semoga IKA STKIP Setia Budhi Rangkasbitung semakin mengembangkan kiprahnya, di samping untuk memajukan dan mengembangkan STKIP juga untuk turut serta membangun masyarakat Lebak dan Banten khususnya serta Indonesia pada umumnya,” pungkas Suherman.

Acara wisuda XXI STKIP Setia Budhi tahun 2022 ini dihadiri Kepala LLDIKTI Wilayah IV Jawa Barat dan Banten, Kemendikbudristek RI Samsuri, Ketua Dewan Pembina Yayasan Setia Budhi Rangkasbitung, sekaligus pini sepuh H. Suhardja, Ketua Yayasan Setia Budhi Rangkasbitung Nandang Faturohman,
para Wakil Ketua di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung, para Senator Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung, baik sebagai ketua, sekretaris maupun anggota, Ketua P3MPMAI, P3, PPLK, dan MIT Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung, para Ketua dan Sekretaris Program Studi di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung, para mitra kerja Perbankan, baik Bank BJB, maupun Bank BNI ’46 dan Bank Mandiri Cabang Lebak, para dosen, Kabag dan Kasubag, Kepala Lab, cleaner service, civitas akademika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung, Pimpinan organisasi kemahasiswa: BEM, BPM, Hima, dan UKM di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung. ***

Baca artikel Bantenraya.co.id lainnya di Google News
 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button