BANTENRAYA.CO.ID – Salah satu hal yang dikhawatirkan oleh masyarakat Indonesia tentunya adalah potensi datangnya wabah penyakit baru.
Baru saja dunia resmi sembuh dari wabah penyakit COVID-19, tapi potensi wabah penyakit baru belum dijamin bertahan di nol.
Dilansir bantenraya.co.id dari akun Instagram @mongabay.id dan dari phys.org, ternyata overpopulasi dari babi hutan dan monyet berpotensi mendatangkan wabah penyakit baru.
BACA JUGA: 6 Amalan Pembuka Rezeki yang Besar yang Bisa Dilakukan Seorang Muslim
Wabah penyakit baru yang bisa disebabkan dari ukuran populasi monyet dan babi hutan yang bertambah tersebut juga berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa hutan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Menurut Dr. Matthew Luskin dari University of Queensland, mamalia dalam ekosistem yang dimodifikasi manusia sering menjadi sumber patogen yang dapat menimbulkan resiko zoonosis.
Sebagai tambahan informasi, zoonosis atau penyakit zoonotik adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.
BACA JUGA: 6 Amalan yang Harus Dihindari Seorang Muslim Karena Termasuk Perbuatan Syirik
Zoonosis disebabkan oleh mikroorganisme parasit yang dapat berupa bakteri, virus, jamur, serta parasit seperti protozoa dan cacing.
Penularan zoonosis juga dapat melalui 3 cara yaitu penularan langsung, tidak langsung, dan penularan dari konsumsi.
Apa yang Memicu Overpopulasi Babi Hutan dan Monyet?
Dr. Luskin menjelaskan ketika dia menemukan banyaknya populasi monyet di hutan Asia Tenggara.
BACA JUGA: Jangan Takut Donor Darah! Manfaatnya Sangat Besar ke Kesehatan
“Saya didatangi sekelompok besar monyet di Thailand, Malaysia dan Indonesia, mereka banyak ditemukan di sudut hutan, mengikuti kami dan mengganggu perlengkapan kami,” kata Dr. Luskin.
“Awalnya itu sangat mengganggu, namun lalu menjadi mengerikan ketika kami benar-benar terkepung,” sambungnya.
Babi hutan dan monyet berkembang biak dengan cepat karena sebagian hutan asli telah terkonversi sebagai perkebunan seperti kelapa sawit.
BACA JUGA: 5 Makanan Penambah Darah yang Aman untuk Lambung
Hal tersebut memicu tersedianya sumber pakan yang berlimpah dan kaya kalori untuk pertumbuhan hewan tersebut.
Hal itu juga dibuktikan dengan peningkatan 400% jumlah populasi di hutan dekat perkebunan.
Dr. Luskin juga menjelaskan bahwa Babi hutan dan monyet dikenal sebagai pembawa penyakit yang dapat ditularkan ke manusia, dan merupakan spesies yang paling umum di wilayah yang dianggap sebagai hotspot penyakit zoonosis global.
BACA JUGA: 4 Kelebihan Kuliah Kelas Karyawan, Disertai Alasan Mengapa Kamu Harus Kerja Dulu Sebelum Kuliah
Selain mampu memicu wabah penyakit baru, overpopulasi spesies tersebut juga akan mengganggu kelestarian hutan primer.
Berdampak ke Hutan
Babi hutan dan monyet mematikan benih tanaman, memangsa burung dan telur reptil.
Babi hutan di Malaysia saja tercatat mengurangi regenerasi pohon di hutan hujan sampai 62%.
BACA JUGA: Dampak Vape pada Kesehatan, Apakah Masih Lebih Aman daripada Rokok Konvensional?
Di Australia saja, overpopulasi babi hutan juga mengancam populasi Kasuari, sedangkan populasi Kasuari sangat penting untuk melestarikan hutan di Australia.
Dibutuhkan tindakan yang cepat untuk bisa meminimalisir jumlah babi hutan dan monyet di hutan.
Tentunya tidak ada yang mendukung perburuan besar-besaran di alam liar, namun populasi hama melimpah yang berdampak negatif pada ekologi dan sosial seperti potensi adanya wabah penyakit baru menuntut adanya solusi.***