Positif DBD, Lima Anak Meninggal Dunia

3 DBDDDD
TERUS MENINGKAT : Petugas dari Dinkes Kabupaten Serang melakukan fogging untuk membasmi nyamuk aedes aegypti yang menyebabkan kasus DBD terus meningkat, belum lama ini. (TANJUNG/BANTEN RAYA)

SERANG, BANTEN RAYA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang mencatat dari Januari hingga April ini sebanyak 237 warga Kabupaten Serang dinyatakan positif demam berdarah dengue (DBD).

Dari jumlah ini lima di antaranya meninggal dunia yang terdiri dari balita dan anak-anak.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Serang Istianah Hariyanti mengatakan, terjadi peningkatan untuk kasus DBD di Kabupaten Serang pada tahun 2024 ini bila dibanding dengan tahun lalau. “Peningkatannya cukup signifikan,” ujar Istianah, Senin (22/4).

BACA JUGA : Makin Kompak! Ini yang Dilakukan Paguyuban Komando Kodim Cilegon untuk Rayakan HUT Kopassus

Ia mengungkapkan, pada Januari tahun lalu terdapat 25 kasus dan tahun ini meningkat menjadi 61 kasus, Februari tahun lalu terdapat 13 kasus tahun ini meningkat menjadi 70 kasus, dan pada Maret tahun lalu terdapat 10 kasus tahun ini meningkat menjadi 88 kasus.

“Untuk di bulan April ini belum semua laporan masuk, tapi sudah tercatat ada 18 kasus DBD. Ini bukan hanya terjadi di Kabupaten Serang tapi di seluruh Indonesia bahkan dunia,” katanya.

Istianah menjelaskan, tingginya kasus DBD pada tahun ini karena disebabkan terjadinya perubahan iklim, dimana terjadi hujan dan panas yang menyertai sehingga menjadikan tempat-tempat perindukan atau berkembang biak nyamuk aedes aegypti banyak terjadi.

BACA JUGA : Saluran Air Irigasi di Walantaka Surut Saat Musim Penghujan

“Kalau saya lihat dari peningkatan kasus dari tahun lalu sama tahun ini pada periode yang sama sudah masuk dalam kondisi KLB (kejadian luar biasa) maka untuk penanganan kasusnya juga tidak bisa biasa-biasa saja. Kita menggencarkan penyuluhan kepada masyarakat bahwa DBD ini tidak bisa sektor pemerintahan saja yang bergerak,” tuturnya.

Selain itu perlu adanya kesadaran dari seluruh masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing.

“Kita punya yang namanya Gesit (gerakkan satu rumah satu jumantik) tapi sempat kurang aktif, ini kita aktifkan lagi supaya setiap orang bertanggung jawab atas masing-masing supaya bebas dari jentik nyamuk DBD.” paparnya.

BACA JUGA : Andra Soni dan Gembong Saling Kejar

Ia menuturkan, pihaknya juga mengaktifkan lagi kelompok kerja operasional (Pokjanal) DBD baik di tingkat desa, kabupaten, maupun tingkat kabupaten sehingga penanganan DBD bisa terintegrasi dan terkoordinasi denga semua lintas sektor.

“Untuk kasus meninggalnya pada Februari ada satu anak balita dan dibulan Maret ada empat yang meninggal dunia. Kebanyakan anak-anak karena daya tahan tubuh anak yang masih rentan sehingga jika terserang virus dengue daya tahan tubuhnya turun,” ungkapnya.**

Pos terkait