BANTENRAYA.CO.ID – Pengalaman pahit seorang korban prank di TikTok mengundang perhatian dan empati banyak pengguna media sosial.
Seorang kakak berbagi cerita tentang adiknya yang menjadi korban prank salah seorang TikToker terkenal.
Pengalaman ini dibagikan melalui screen shot chat yang diunggah ke akun TikTok @aaq24I pada tanggal 9 Agustus 2023.
Kisah ini bermula dari adik yang bernama Gita, yang bertemu dengan seorang seleb TikTok yang dikenal sering membuat video prank.
TikToker tersebut menawarkan uang sebesar Rp200 ribu jika Gita berhasil menjalankan prank kepada orang tuanya. Praktik ini ternyata bukan kali pertama dilakukan oleh pelaku.
Dalam skenario yang disusun, Gita harus berperan seolah-olah tertangkap mencuri coklat di sebuah mini market dan berhadapan dengan satpam.
Bahkan, pelaku bahkan melibatkan satpam asli dalam aksinya. Gita kemudian menelepon orang tuanya dengan cerita yang telah disusun, membuat orang tua Gita panik dan cemas.
Lebih parahnya lagi, dalam skenario tersebut, sang satpam diskenariokan akan menahan Gita selama satu bulan.
Setelah aksi prank tersebut berakhir, Gita meminta TikToker tersebut untuk menghubungi ibunya dan mengungkapkan bahwa itu hanyalah lelucon. Namun, pelaku enggan melakukannya.
Dalam video yang direkam pelaku, Gita mengaku diberi uang Rp200 ribu sebagai imbalan atas partisipasinya.
Namun, ketika shooting selesai, Gita malah diminta mengembalikan uang tersebut dan hanya diberikan sejumlah Rp50 ribu saja.
Lebih lanjut, dalam screen shot chat tersebut, terlihat wajah TikToker prank tersebut, yang kemudian menjadikan identitasnya terkuak, diduga Rifky Bonsay.
Video yang memperlihatkan pengakuan dan kecewa Gita menjadi viral di TikTok. Beberapa warganet pun menandai akun @rifky_bonsay sebagai pelaku prank tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, video prank Gita yang dijanjikan oleh TikToker @rifky_bonsay belum diunggah.
Pengguna media sosial menanti tanggapan dari akun tersebut terkait insiden ini.
Kasus ini sekali lagi mengingatkan pentingnya etika dan tanggung jawab dalam membuat konten di media sosial, serta perlunya kesadaran akan dampak yang bisa ditimbulkan oleh tindakan yang merugikan orang lain.***