SERANG, BANTEN RAYA – Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda terus terjadi erupsi sejak Kamis (3/2) sore sampai kemarin. Namun, erupsi GAK tidak begitu mempengaruhi kunjungan wisatawan yang datang ke kawasan pariwisata Anyer-Cinangka.
Pada libur akhir pekan kemarin, beberapa okupansi hotel seperti Aston Anyer Beach Hotel masih diangka 80 persen dan beberapa pantai umum masih ramai dikunjungi oleh wisatawan dari luar daerah. Namun okupansi beberapa hotel seperti Marbella Hotel, Convention dan Spa Anyer mulai terdampak dengan adanya erupsi GAK.
Sementara itu, aktivitas eruspi GAK sempat mengeluarkan abu vulkanik berwarna hitam setinggi kurang lebih 2.000 meter dari puncak gunung pasa Sabtu (5/2), namun pada Minggu (6/2), pukul 10.05 WIB kolom abu vulkanik yang keluar dari puncak gunung berkurang menjadi setinggi kurang lebih 1.500 meter.
“Tamu hotel normal pak seperti Februari sebelum sebelumnya. Memang gak begitu kuat okupansinya,” ujar General Mananger Hotel Aston Beach Anyer Dodi Faturahman, Sabtu (5/2).
Ia mengungkapkan, okupansi Hotel Aston Beach Anyer pada weekend pekan kemarin mencapai 80 persen.”Kita enggak bisa memastikan aman atau tidak, kita tetap waspada. Tamu hotel mayoritas masih dari Jakarta dan Tangerang,” katanya.
Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Serang Beni Kusnandar mengatakan, kunjungan wisatawan ke pantai umum terpantai tetap ramai.
“Hanya memang untuk kunjungan hotel seperti di hotel Marbella agak menurun akibat dampak gempa bumi dan erupsi Gunung Anak Krakatau,” tutrunya.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan pelaku usaha pariwisata untuk tetap waspada dari hal-hal yang tidak diinginkan. “Insya Allah masih aman dan mudah-mudahan GAKnya tidak erupsi lagi,” katanya.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan jika rangkaian gempa bumi di Bayah, Kabupaten Lebak tak berkaitan dengan erupsinya Gunung Anak Krakatau (GAK). Apa yang terjadi di Bayah merupakan murni gempa tektonik akibat deformasi batuan di lempeng Indo-Australia.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang Urip Setiyono mengatakan, gempa Bayah terjadi pada Jumat 4 Februari 2022 pukul 17.10 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi tersebut memiliki parameter update dengan magnitudo 5,2.
“Episenter terletak di laut pada jarak 63 kilometer arah barat daya Bayah, Banten dengan kedalaman 55 kilometer (km),” ujarnya, kemarin.
Ia menuturkan, gempa yang terjadi di Bayah merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya deformasi batuan pada kerak samudera Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Banten. Gempa jenis ini lazim disebut sebagai gempa yang bersumber dalam lempeng atau gempa intraslab.
Gempa intraslab memiliki karakter mampu meradiasikan guncangan yang lebih besar di atas gempa dengan magnitudo sekelasnya dari sumber lain. Maka wajar jika gempa ini meskipun hanya magnitudo 5,2 tetapi dapat dirasakan di Jakarta.
“Gempa bumi di selatan Banten ini murni gempa tektonik yang tidak ada kaitannya dengan aktivitas GAK di Selat Sunda. Hasil pemodelan yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami,” katanya.
Selain di Jakarta, lanjut Urip, gempa bumi Bayah juga dirasakan sangat kuat di Pelabuhan Ratu dalam skala intensitas IV modified mercalli intensity (MMI). Sedangkan di Malingping, Bayah, Cihara, Panggarangan, Ciptagelar, Wanasalam, Sukabumi, Rangkasbitung, Cireunghas, Cikeusik dalam skala intensitas III MMI.
“Di Sawarna, Pangalengan, Jakarta, Tangerang, Parung Panjang, Bekasi dalam skala intensitas II MMI. Hingga saat ini belum ada laporan kerusakan bangunan akibat gempa,” ungkapnya.
Urip merinci, gempa bumi Bayahi adalah gempa kelima yang mengguncang Jakarta dalam 5 tahun terakhir. Rinciannya, 23 Januari 2018 (magnitudo 6,1), 28 Juli 2019 (magnitudo 4,9), 2 Agustus 2019 (magnitudo 6,9), 14 Januari 2022 (magnitudo 6,6), dan 4 Februari 2022 (magnitudo 5,2).
“Hingga (4 Februari 2022) pukul 17.35 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi satu kali aktivitas gempa susulan atau aftershock dengan magnitudo 3,0,” tuturnya.
Sementara itu, dikutip dari website magma.vsi.esdm.go.id, pada Minggu (6/2), GAK kembali erupsi dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih 1.500 meter di atas puncak gunung. Kemudian, kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah timur.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 56 milimeter dan durasi kurang lebih 3 menit 43 detik. Hingga kemarin, tidak terdengar suara dentuman dan GAK masih berada di status level II waspada. Masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten Nana Suryana mengimbau, agar masyarakat selalu waspada terhadap potensi bencana. Sebab, bencana bisa terjadi kapan pun dan dimana pun. Ia mengimbau, bencana yang terjadi beberapa waktu lalu di Banten bisa dijadikan pelajaran. “Kami akan selalu siap untuk melakukan penanggulangan,” tuturnya. (tanjung/dewa/rahmat)