Pemda Dituding Lengah Hadapi DBD

Pemda Dituding lengah Hadapi DBD
DIPERIKSA: Seorang pasien DBD sedang menjalani perawatan di RSUD Berkah Pandeglang, belum lama ini.

Bantenraya.co.id– Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Banten terus melonjak dan menjadi perhatian elemen masyarakat.

Lonjakan pesat kasus DBD ini dinilai erat kaitannya dengan kinerja pemerintah yang dinilai lengah dan lambat dalam menanganinya.

Pengamat Kebijakan Publik STIA Banten Arif Nugroho mengatakan, bahwa pemerintah perlu memperbarui pola-pola penanganan terhadap DBD.

Bacaan Lainnya

Arif mencontohkan pola pencegahan DBD oleh Pemkab Pandeglang.

Dua Pekan Jelang Ramadan, Harga Sembako Masih Tinggi

Menurut Arif, Pemkab Pandeglang seharusnya bisa menilai bahwa usaha penanganan yang selama ini dilakukan tidak bisa menekan jumlah kasus DBD.

Untuk itu diperlukan pola penanganan yang baru dalam mengatasinya.

“Harusnya dengan adanya data pembanding, Pemkab (Pandeglang) bisa menilai dan mengkaji kembali bagaimana pola penanganan yang efektif.

Kalau sekarang kan faktanya kasus meningkat dengan pencegahan yang sama seperti sebelum-sebelumnya,”

Caleg Ngamuk, Rekap Suara Pemilu di Gunungkencana Ditunda

kata pria yang juga berprofesi sebagai Dosen Program Megister Kebijakan Publik STIA Banten, Kabupaten Pandeglang ini.

Arif menegaskan, jika memang di Pandeglang tidak ada satu pun orang yang memiliki kemampuan untuk membuat formulasi baru dalam pencegahan DBD,

tidak ada salahnya jika Pemkab Pandeglang atau pemerintah daerah lain di banten mendatangkan pihak dari luar.

“Jika daerah-daerah lain bisa menekan DBD dengan pola yang sama seperti di Pandeglang, tapi di Pandeglang sendiri malah meningkat kasusnya, mungkin ada variabel yang terlewat.

Dua Ton Beras Untuk Operasi Pasar Tiap Kecamatan di Kota Serang

Ada hal lain yang tidak sesuai dengan kondisi di Pandeglang. Ini yang harus dikaji dan dicarikan jalan keluarnya,” jelasnya.

Diketahui, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang mencatat ada lonjakan kasus DBD awal tahun 2024. Sejak awal tahun hingga akhir Januari 2024 tercatat ada 308 kasus.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama yakni Januari 2023, Dinkes hanya menemukan 31 kasus DBD di Kabupaten Pandeglang.

“Untuk tahun 2022 itu hanya 373 kasus dan Desember 2023 kemarin itu ada 273 kasus,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pandeglang, Dian Handayani kepada Banten Raya.

Petugas KPPS Lalai Bertugas, TPS 01 Lingkungan Jengkol Banjarsari Cipocok Jaya PSU

Menurutnya, lonjakan kasus DBD yang terjadi di awal 2024 ini memang sangat tinggi. Bahkan, RSUD Berkah sejak awal tahun sudah merawat lebih dari 200 pasien DBD.

Meski tak bisa menggambarkan kondisi sesungguhnya di lapangan, namun banyaknya pasien DBD ini menggambarkan DBD di Kabupaten Pandeglang semakin menggila.

“Untuk pencegahannya dari tahun ke tahun memang masih sama, seperti sosialisasi ke masyarakat gitu, kemudian program jumantik, dan kalau fogging itu kondisional.

Ya sebenernya yang harus aktif itu masyarakat, masyarakat harus bisa menjaga lingkungannya,” ujarnya.

Dua Tempat Hiburan Malam di Kalodran Walantaka Kota Serang Dirobohkan

Sementara itu, berdasarkan data yang diterima Banten Raya dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten, ada 1.619 warga Banten menderita DBD sejak Januari-Februari 2024.

Tercatat, ada 640 orang warga Kabupaten Tangerang yang terserang penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti.

Kasus selanjutnya disusul Kabupaten Lebak dengan 459 kasus, Pandeglang 308 kasus, Serang 61 kasus, Kota Serang 44 kasus, Kota Cilegon 27 kasus, Kota Tangerang Selatan 27 kasus, dan Kota Tangerang 70 kasus.

Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak delapan orang meninggal dunia. Warga yang meninggal dunia akibat DBD terdapat di Kabupaten Tangerang sebanyak empat orang, dan Kabupaten Lebak empat orang.

Jalur Khusus Sepeda di Jalan Ki Ajurum Kota Serang

Data tahun 2023 tercatat, terdapat 4.154 kasus DBD di Banten. Dengan rincian Kabupaten Serang 237 kasus, Pandeglang 531 kasus,

Kabupaten Tangerang 1.363 kasus, Lebak 760 kasus, Kota Tangerang 290 kasus, Kota Serang 311 kasus, Kota Cilegon 242 kasus, dan Kota Tangerang Selatan 420 kasus.

Kepala Dinkes Provinsi Banten dr Ati Pramudji mengatakan, slonjakan kasus DBD di Indonesia,

termasuk di Banten, pada awal 2024 ini salah satunya disebabkan karena pada 2023 Indonesia dilanda perubahan iklim (el nino).

Halte Jalan Raya Jakarta-Pakupatan Kemang Kota Serang Dipenuhi Coretan

Ati mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan di tempat tinggalnya
masing-masing, guna mencegah terjangkit DBD.

Terpisah, Direktur RSUD Kota Serang Muammar mengatakan, jumlah pasien DBD yang dirawat di RSUD Kota Serang mayoritas masih anak-anak.

“Kebanyakan anak-anak. Ada dewasa beberapa. Lebih banyak anak-anak, tapi kalau untuk alamat harus dikonfirmasi dulu takut saya salah,” ujar Muammar.

Menurut Muammar, tidak menutup kemungkinan jumlah pasien DBD bertambah.

Jalan Empat Lima Kuranji Kota Serang Rusak

“Kemungkinan ada. Itu kalau nggak salah 54 seminggu yang lalu. Kemarin ada juga karena sekarang rumah sakit

full terus. Kemungkinan sih ada. Mungkin saya akan kroscek kembali paling besok Senin 26 Februari 2024,” ucap dia.

Meski jumlah pasien DBD yang dirawat RSUD Kota Serang terus bertambah, namun Muammar bersyukur belum

ada pasien yang sampai meninggal dunia karena pihaknya sigap memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat pasien.”Alhamdulillah nggak. Sudah tertangani,” katanya.(rahmat/aldi/harir)

Pos terkait