Ragam Cerita Guru di Pelosok Selatan Banten

Ragam Cerita Guru di Pelosok Selatan Banten
TETAP SEMANGAT: Amaliah Fauziah Utami (27) foto bersama rekan guru dan murid SKhN 1 Lebak.

BANTENRAYA.CO.ID – Senin, 25 November 2024, diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Perayaan Hari Guru Nasional diresmikan melalui Keputusan Presiden nomor 78 tahun 1994.

Di perayaannya yang ke-30 tahun ini, banyak harapan yang diinginkan dan dicita-citakan guru. Berikut hasil wawancara tim Banten Raya dengan guru di Kabupaten Lebak dan Pandeglang.

Amaliah Fauziah Utami (27), menceritakan kesehariannya sebagai seorang guru honorer bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Lebak.

Bacaan Lainnya

Sebagai gen Z, ia mengaku menjadi guru merupakan keinginannya saat masih berkuliah. Wanita lulusan kampus UIN Banten Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Itu, kini tengah mengajar di SKhN 1 Lebak.

Pemprov Tawarkan TPAS Regional ke Swasta

Tahun 2022, ia pertama kali mengajar di sekolah tersebut. Selama dua tahun menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus, banyak hal menarik yang dialami.

Namun yang pasti, mengajar anak-anak berkebutuhan khusus tentu harus sedikit lebih bersabar.

“Dulu awal ngelamar memang di sekolah itu dan syukur langsung diterima. Memang gak sesuai, dari pendidikan madrasah ke guru SKh.

Tapi pas dijalanin ya seasik itu,” kata wanita yang akrab disapa Amal tersebut kepada Banten Raya, Minggu (24 November 2024).

Perkuat Sinergitas, Bank bjb-TNI AL Tandatangani PKS Penggunaan Produk dan Jasa Layanan Perbankan

Ketidaksesuaian antara pendidikan yang ditempuh, membuat Amal kebingungan diawal ia mengajar anak berkebutuhan khusus.

Namun, lambat lambat laun kesulitan itu ia mampu lewati berkat rekan kerja sesam guru.

Amal mengungkapkan, ia diberi tugas mengajar murid-murid berkebutuhan khusus kelas 2 dan 3 sekolah dasar. Menariknya, murid-murid yang ia ajar masuk ke dalam golongan autis.

Bukan perkara mudah mengajar anak autis. Terlebih, menghadapi perilaku-perilaku muridnya.

Tutup APSI 2024, Konsul RI Tawau Mengajak sama-sama Belajar dari Keberhasilan Timnas Sepakbola Jepang

Amal mengaku sering menemukan murid-murid yang sangat sulit fokus. Bahkan, beberapa kali ia harus menenangkan ketika ada muridnya yang tiba-tiba tantrum.

Selain itu, tantangan lain mengajar murid autisme ialah beberapa muridnya yang masih belum fasih melafalkan huruf alfabet.

Untuk mensiasati hal tersebut, ada terapi khusus yang ia berikan untuk melatih sensorik dan motorik muridnya.

“Kadang kalau ada yang tantrum kan. Tapi ya itu sudah kewajiban kita ya. Apalagi muridnya satu kelas puluhan.

Konsisten Jaga Keterbukaan Informasi, bjb Raih Penghargaan dengan Predikat Informatif

Tapi itu yang jadi profesi saya betul-betul saya cintai,” tuturnya.

Di tengah proses pembelajaran, Amal memiliki berbagai metode agar muridnya tidak merasa jenuh.

Sesekali, proses pembelajaran ia sisipi dengan yel-yel, atau bahkan bernyanyi bersama.

“Kalau jenuh pasti murid-murid juga alami. Ya kita isinya kayak tepuk-tepuk tangan, atau nyanyi bareng gitu.

Jalan Pancuran Taktakan Kota Serang Rusak

Terus juga setiap pagi, murid-murid itu ramai-ramai hafalan Asmaul Husna. Itu banyak yang hafal, ada udah hafal 10 atau 15 gitu,” terangnya.

Jarak rumah Amal ke sekolah tempatnya mengajar rupanya tidak dekat. Amal sendiri tinggal di Kota Serang.

Setiap hari, dari Serang ia menaiki kereta dan turun di stasiun Rangkasbitung. Setelahnya, ia mencari ojek, untuk menempuh sisa jarak ke sekolah sebelum ia tiba.

“Dari rumah bangun subuh pasti. Terus siap-siap dan berangkat pukul 6.10 WIB.

Teriakan ‘Rakyat Bersatu’ Menggema di Kampanye Akbar Airin-Ade

Sampai ke sekolah kira-kira pukul 07.10 WIB. Jadi sekali perjalanan ya satu jam. Milih pulang pergi karena gak berani tinggal sendiri,” terang Amal.

Baginya, menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus bukan sekedar profesi. Ada hal lain yang lebih besar yang ia sebut sebagai pengabdian.

Amal mengaku bangga menjadi bagian dari orang-orang yang memperjuangkan inklusivitas pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus.

Soal gaji, Amal mengaku cukup. Dua tahun menjadi guru honorer, ia mengaku tak pernah mengeluh soal gaji.

Ratu Ria Janjikan Pembangunan Kota Serang yang Inklusif dan Partisipatif

“Gaji Alhamdulillah cukup buat sehari-hari. Sampai UMR Lebak. Tinggal hitung saja. Alhamdulillah juga betah, lingkungan kerjanya nyaman, rekan-rekan juga asik,” tuturnya.

Di hari guru 2024, sebagai guru honorer dari kalangan gen Z dirinya tentu memiliki harapan.

Pastinya, ia ingin segera diangkat sebagai PPPK. Terlebih, kata dia, waktu dua tahun menjadi honorer merupakan waktu yang cukup lama.

“Semua guru di Provinsi Banten, khususnya yang honorer mudah-mudahan segera diangkat.

KPU Banten Kembalikan 992 Berkas Formulir C Hasil Dari KPU Kota Serang

Atau seenggaknya kesejahteraannya dijamin sama pemerintah. Apalagi yang sudah puluhan tahun ngajar, atau yang di pelosok gitu kan. Yang terbaik saja pokoknya,” ujarnya.

Sementara itu, guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pagadungan 1 Kecamatan Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang, Siti Rukiah mengatakan, sudah puluhan tahun menjadi guru.

Namun hingga kini belum diangkat menjadi PNS.

“Dulu saya ngajar di Madrasah Ibtidaiah Karangtanjung selama 12 tahun, tapi Alhamdulillah sekarang pindah mengajar ke SDN Pagadungan 1, dan baru 1 tahun setengah ngajar di SD.

Calon Walikota Ratu Ria Maryana Tandatangani Pakta Integritas Hamas

Pada momen hari guru tahun ini, saya hanya berharap semoga bisa diangkat jadi PNS,” harap Siti, Minggu (24 November 2024).

Dia berharap, pemerintah untuk menambah kuota pengangkatan PNS, melalui jalur Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Sebab, pengorbanan para guru honorer yang bekerja puluhan tahun untuk mencerdaskan anak bangsa harus mendapat penghargaan dari pemerintah, dan negara.

“Kuota PPPK harus lebih banyak, biar gak ada lagi guru honorer.

Dorong Ekonomi Kreatif, Budi-Agis Siapkan Venue Skala Internasional

Harapan saya kepada pemerintah tidak membedakan antara guru swasta, dan negeri agar semua guru honorer diangkat PPPK,” harapnya.

Kata dia, kesejahteraan guru honorer perlu menjadi perhatian pemerintah, karena hingga kini masih mendapat gaji yang belum layak.

Meski begitu, dirinya rela bekerja dengan ikhlas untuk mengajar demi mencerdaskan anak bangsa, walaupun tanpa digaji.

“Kalau honor saya per bulan Rp 300 ribu, tapi Alhamdulillah masih bisa mencukupi untuk sehari-hari, dan saya sangat bersyukur masih dapat honor,” ujarnya.

Bank bjb Dukung Kejuaraan Nasional Baseball Softball Salman Al Farisi III

Kepala SDN Karangbolong 2, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Usep Supriadi membenarkan, masih ada beberapa guru di sekolahnya yang belum diangkat menjadi PNS.

Diharapkan pada Hari Guru Nasional tahun 2024, meminta kebijakan dari pemerintah untuk lebih memprioritaskan pengangkatan guru honorer menjadi PPPK.

Sebab, guru adalah aset bangsa yang memberikan pembelajaran kepada siswa.

“Guru honorer yang mengajar di SD kami ada 3 orang. Mereka selalu berharap diangkat menjadi PPPK,” tuturnya. (aldi/yanadi)

Pos terkait