Lurah Mesjid Priyayi Syarif, Sempat Ingin Jadi Arsitek

Lurah Mesjid Priyayi Syarif

‎BANTENRAYA.CO.ID – Takdir itu ditentukan oleh Tuhan, sementara manusia hanya bisa berencana. Istilah tersebut tidak jauh berbeda dengan perjalanan hidup Syarif, Lurah Mesjid Priyayi, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

‎‎Menjadi pegawai pemerintahan ternyata bukan cita-cita masa muda Syarif. Ia justru ingin menjadi arsitek bangunan. Bakat seni menggambar mulai digemari sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).

‎”Saya dulu waktu masih SD seneng melukis, suka menggambar, walaupun hanya copy paste. Apalagi kalau ada tugas keterampilan, saya suka bikin gambar pahlawan,” ujar Syarif, saat ditemui di kantor Kelurahan Mesjid Priyayi, Rabu 10 Desember 2025.

‎Meski lahir dari keluarga sederhana dan kedua orang tuanya sebagai petani, Syarif bersikeras mewujudkan mimpinya menjadi arsitektur.

‎”Setelah lulus SMP Cikeusal, Kabupaten Serang, pada tahun 1987, baru ada keinginan menjadi insinyur karena melihat orang lain sukses di bidang itu,” ucap dia.

‎Bakat itu terus dikembangkan saat memasuki SMK Negeri 2 Kota Serang tahun 1990, sehingga ketertarikan terhadap dunia arsitektur semakin menguat.

‎Setelah lulus, bekal ilmu teknik bangunan sempat ia terapkan ketika mendapat kesempatan bekerja di sebuah perusahaan dan proyek perumahan di Jakarta.

‎Mimpi menjadi arsitek terus membayangi benak Syarif. Ia berniat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tetapi justru terbentur dengan kondisi ekonomi keluarga.

‎”Ternyata di tengah perjalanan, cita-cita saya yang ingin jadi arsitek mendadak pudar begitu saja, terutama karena kondisi keuangan orang tua,” katanya.

‎Singkat cerita, seorang sahabat menawarkan Syarif bekerja sebagai honorer di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Serang sekitar tahun 1996.

‎Hal ini membuat dirinya semakin optimis bisa menerapkan kembali ilmu tentang teknik bangunan dan meraih cita-cita menjadi arsitek.

‎Seraya menikmati pekerjaan di dinas tersebut dengan gaji minim, Syarif manfaatkan peluang untuk kuliah di jurusan ilmu pemerintahan di Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara (STIPAN) tahun 2005.

‎Ironisnya, pada saat itu di wilayah Serang belum ada perguruan tinggi yang menyediakan jurusan teknik bangunan.

‎Cita-cita Syarif ingin menjadi arsitek pun akhirnya digantung, dikarenakan tidak ada pilihan.

‎”Kan di Serang itu belum ada kampus yang kaitannya dengan jurusan teknik, harus ke Jakarta atau Bandung. Akhirnya saya kuliah ngambil jurusan ilmu pemerintahan,” ungkap Syarif.

‎Tahun 2007 Syarif mencoba mengikuti tes penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan berhasil lulus, meski profesi ini bukan cita-cita yang ia dambakan.

‎Sekian tahun bekerja di Dinas PU Kabupaten Serang yang didominasi lulusan sarjana teknik, ia kemudian mengajukan pindah karena alasan latar belakang pendidikan.

‎Syarif lalu dimutasi ke kantor Kelurahan Sukawana, Kota Serang, sekitar tahun 2012 dengan menjabat sebagai kasi kelurahan.

‎Ia percaya bahwa kerja keras, pengalaman, dan ketekunan adalah fondasi utama menuju masa depan yang gemilang meski perjalanan hidupnya banyak dihabiskan di dunia pemerintahan.

‎Hingga dirinya tak menduga ditunjuk oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Serang untuk memimpin wilayah di Kelurahan Mesjid Priyayi.

‎”Tidak ada target jadi lurah. Saya jadi lurah itu tidak digudang duga. Akhirnya saya tekuni proses itu sampai sekarang di kelurahan,” pungkas Syarif. (harir)

Pos terkait