Sejarah Singkat Hari Puisi Indonesia 2023 untuk Mengenang Jasa Chairil Anwar

Hari Puisi Indonesia
Simak sejarah singkat Hari Puisi Indonesia 2023. (Sumber/ Instagram @ers.tatt)

BANTENRAYA.CO.ID – Memperingati Hari Puisi Indonesia 2023 dengan mengingat sejarah singkat untuk mengenang jasa Chairil Anwar.

Mengingat sejarah tersebut untuk mengingatkan kita mengenai jasa Chairil Anwar terhadap karyanya dalam menulis puisi modern Indonesia.

Dengan mengingat sejarah singkat untuk mengenang jasa Chairil Anwar, anda dapat mengetahui sosok Chairil Anwar dalam menulis puisi.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Ingin Tampil Cantik? Bisa Hanya Menggunakan Buah Naga Buat Wajah Kamu Glow Up

Sebagai informasi bahwa setiap tanggal 26 Juli merupakan peringatan Hari Puisi Indonesia setiap tahunnya berdasarkan tanggal lahir Chairil Anwar.

Chairil Anwar itu sendiri merupakan penyair termuka di Indonesia yang telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi yang lahir pada 26 Juli 1922 silam.

Peringatan Hari Puisi Indonesia sangat berbeda dengan Hari Puisi Nasional yang akan diperingati pada tanggal 28 April.

BACA JUGA: Kapal Pesiar Terbesar di Dunia Siap Berlayar di 2024, Apa Lebih Besar dari Titanic?

Bahkan Chairil Anwar bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Lalu Chairil Anwar mulai menggeluti dunia sastra saat sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta). Ia dibesarkan di Medan sebelum pindah ke Batavia pada tahun 1940.

Abis itu ia mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942. Sehingga puisinya menyangkut berbagai tema mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

BACA JUGA: Unik Ada Menu Ramen Isopoda Raksasa di Taipei, Berani Coba?

Kontroversi Hari Puisi Indonesia

Tanggal Hari Puisi Indonesia ternyata menyimpan kontroversi. Pasalnya, terdapat dua versi peringatan Hari Puisi di Indonesia.

Walau demikian, semua versi sama-sama merujuk pada tokoh Chairil Anwar.

Pada tanggal 26 Juli yang merujuk pada tanggal lahir Chairil Anwar 1922, sementara versi lain menyebutkan bahwa Hari Puisi Nasional diperingati pada tanggal 28 April. Hal ini merujuk pada tanggal wafatnya Chairil Anwar pada 28 April 1949.

Tak hanya itu, adapun kontroversi lainnya di Hari Puisi Indonesia yakni puisi hasil karya Chairil sempat dituduh sebagai hasil plagiarisme oleh H.B Jassin.

BACA JUGA: Mengenal Apa Itu Natto, Makanan Khas Jepang yang Mengandung Banyak Manfaat

Dalam tulisannya pada Mimbar Indonesia yang berjudul Karya Asli, Saduran, dan Plagiat ia membahas tentang kemiripan puisi Karawang-Bekasi dengan The Dead Young Soldiers karya Archibald MacLeish.

Namun, Jassin tidak menyalahkan Chairil. Menurut dia, meskipun mirip, tetap ada rasa Chairil di dalamnya. Sedangkan sajak MacLeish, menurut Jassin, hanyalah katalisator penciptaan.

Sosok Chairil Anwar

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan puisinya yang berjudul Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Hampir semua puisi yang ia tulis merujuk pada kematian.

BACA JUGA: Manfaat Buah Kesemek untuk Kesehatan dan Cara Mengolahnya yang Wajib Kamu Ketahui

Namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya.

Ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati, tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.

Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, tetapi bercerai pada akhir tahun 1948.

BACA JUGA: 6 Manfaat Lidah Buaya Cocok Untuk Kalian Yang Ingin Menghilangkan Jerawat Secara Alami

Lalu Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April 1949. Penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena penyakit TBC.

Setelah meninggalnya Chairil Anwar, Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa “Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyerah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas dan Jang Putus”.

Bahkan selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 96 karya, termasuk 70 puisi dan kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949.***

Pos terkait