Ahmad Nuri, Mantan Wartawan

Ahmad Nuri
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Serang Ahmad Nuri

BANTENRAYA.CO.ID – Tak banyak yang tahu jika Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Serang Ahmad Nuri adalah mantan seorang wartawan.

Berbekal keahlian menulis sejak di kampus, Nuri sapaan akrabnya bergabung di Majalah Mitigasi Fakultas Hukum.

“Sebelum saya ditugaskan di Fakultas Hukum, saya adalah salah satu wartawan di media mitigasi. Mitigasi adalah media kampus. Saya nulis opini,” ujar Nuri, kepada Bantenraya.co.id, Selasa (9/9/25).

Bacaan Lainnya

Pasca sarjana, Nuri tetap menjaga tradisi menulisnya dengan menjadi jurnalis di majalah Medika, dan Majalah Skala.

“Inilah modal-modal saya menulis. Saya sering membaca buku,” ucap dia.

Kebiasaan menulis terus dirawat Nuri hingga kini dengan membuat karya tulis essai atau artikel atau opini yang kemudian dibukukan.

“Saya masih sering menyempatkan menulis sampai sekarang,” akunya.

Nuri juga mengaku terinspirasi oleh seorang tokoh ulama ternama yang mendorongnya agar menulis.

Yang menginspirasi saya namanya Ki Fuad Halimi Salim, itu adalah almarhumah almagfuroh kiyai haji dari Kaduronyok, Kabupaten Pandeglang,” tuturnya.

“Beliau sering ngomong ke saya. Nuri menulis. Nuri menulislah. Sudah beberapa kali ke saya,” kata dia menirukan pesan almarhum ulama tersebut.

Nuri merasakan kenyamanan saat menuangkan ide atau gagasan pikirannya dalam barisan kalimat dan paragraf.

“Ketika pertama saya menulis saya merasa kok ada keindahan. Akhirnya talent menulis itu berkembang. Menulis itu bukan soal benar dan salah,” katanya.

“Tapi bagaimana agar nalar itu bergerak, antara yang dia baca dengan analisa yang dimunculkan, maka timbullah pandangan perspektif,” ungkap Nuri.

Karya-karya tulis Nuri berupa esai atau artikel atau opini. Beberapa karya tulis esainya itu tentang Palestina, puasa, sosial kemanusiaan, politik, dan birokrasi.

“Dengan menulis kita dituntut untuk terus membaca, sehingga menjadi inspirasi saya untuk terus menulis, dan menulis menjadi penting karena tuntutan,” terang dia.

Dengan membiasakan menulis, Nuri sudah membukukan karya-karya tulisnya itu menjadi sebuah buku.

“Buku pertama saya berjudul kaum muda NU melawan corona, buku kedua saya berjudul demokrasi dan tahta, dan buku ketiga saya berjudul kesalehan birokrasi,” sebutnya. (harir)

Pos terkait