LEBAK, BANTEN RAYA – Kurang lebih setahun, aktivitas tambang pasir dan tanah di Kampung Tutul, Desa Citeras, Kecamatan Rangkasbitung berhenti. Kini, lahan bekas galian tambang menyisakan tebing tinggi dan cekungan tanah tergenang air.
Pantauan Banten Raya, di lokasi bekas tambang ada sekitar 4 genangan air yang dalamnya tak bisa diperkirakan. Bahkan terdapat satu genangan yang saking luasnya terlihat seperti sebuah danau dengan dengan terbing terjal yang terlihat sangat rapuh.
Sementara tiga genangan lainnya warga percaya tak terlalu dalam. Meski begitu, endapan lumpur di bawahnya tentu tetap membahayakan karena berpotensi longsor.
1.118 Siswa SD Negeri Serang 02 Sarapan Bersama
Danu bekas tambang ini digunakan sejumlah anak-anak dan bahkan orang dewasa yang tinggal di sekitarnya untuk menghibur diri.
Seolah terbiasa, tiap petang mereka datang dan melakukan aktivitas masing-masing seperti berenang dan bermain bola.
“Memang hampir setiap sore itu main bola di sini, seru. Sudah biasa sih, jadi ya gak takut,” kata salah satu anak yang dijumpai, Reza saat ditanya Banten Raya, Kamis (10/10).
Tak hanya memanfaatkan tanah lapang yang tersedia, anak-anak tersebut bahkan berani melompat ke genangan air untuk membersihkan diri. Sebagian dari mereka turut menunjukkan keahlian lompat tingginya dari atas tebing dengan tinggi mencapai 3-4 meter.
“Enggesan ngojayna (Sudah berenangnya),” teriak salah satu orang tua yang melihat anaknya berenang dari atas tebing.
Satu warga yang dijumpai di sekitar lokasi, Neneng juga turut mengungkapkan bahwa lokasi tambang tersebut memang sudah terbengkalai.
Stand Job Fair Banten 2024 Masih Kosong
Tak tahu pasti sejak kapan, namun sudah hampir setahun warga mulai beraktifitas di lokasi tersebut. Selain tempat bermain bola dan pemandian, di genangan yang terbesar, warga bahkan memanfaatkannya untuk memancing ikan.
Bagi yang hobi memancing, ucap Neneng, genangan terbesar oleh mereka memang sengaja disebar benih ikan.
“Kalau yang di lapangan ini emang biasanya main bola. Terus kalau genangan itu juga ada yang dipakai buat kerbau. Tapi, kalau genangan yang itu (sambil menunjuk ke arah salah satu genangan) gak bisa kerbau juga, lumpurnya dalam,” ucap Neneng lagi dengan berbahasa Sunda.
Pemprov Dorong Keluarga Peduli Pengelolaan Sampah
Neneng menceritakan kondisi lingkungannya saat aktivitas tambang masih aktif beroperasi. Setiap hari, puluhan truk berlalu lalang melewati jalan mungil yang juga dilalui warga.
Bertahun-tahun hingga tambang tak beroperasi, jalan tetap rusak bahkan bergelombang.
“Kalau debu jangan ditanya. Tiap hari truk pasir mondar-mandir ngangkut. Gak tau juga punya siapa sebetulnya,” ucapnya lagi.
Kini, Neneng hanya berharap hidupnya bisa tenang tanpa mendengar suara alat berat yang sedang mengeruk pasir atau suara truk besar ketika membawa pasir berlebih.
“Saya juga gak tau sebetulnya dapat untung atau enggak, ya gini-gini aja,” tandasnya.**