BANTENRAYA.CO.ID – Ada satu hal yang datang hanya setahun sekali di Dusun Purwasari, Desa Cimara, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan yang berhasil terdokumentasi dengan hadirnya IndiHome.
Sore itu badan terasa lelah setelah sebelumnya diajak kompromi untuk berkeliling bersilaturahmi.
Ya, hari itu adalah Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah alias Lebaran dan sebagai tradisinya di sana setiap orang akan berkeliling ke sanak saudara untuk saling tatap muka dan bertegur sapa.
Kok lelah? Bagi yang tak terbiasa tinggal di Dusun Purwasari ini mungkin itu keluhan paling pertama yang akan disampaikan.
Secara geografis dusun ini berada di kaki Gunung Tilu, Kabupaten Kuningan yang sudah pasti kontur tanahnya adalah perbukitan.
Hari itu silaturahmi antar keluarga dengan berkunjung ke rumah-rumahnya dilakukan dengan berjalan kaki.
Perbedaan Idul Fitri di Perkotaan dan Pedesaan
Bagi Anda yang biasa di perkotaan, untuk ke warung saja menggunakan motor tentu itu jadi tantangan tersendiri.
Selesai menjalankan ritual itu semua, waktu asar terlwati, sembahyang ditunaikan dan kini matapun mulai merajuk minta dipejamkan.
Setengah memasuki alam mimpi, kesadaran tiba-tiba kembali terjaga tak kala suara di sulung menggema ke seisi rumah.
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Tempat Wisata di Depok Yang Paling Instagramable, Cocok Buat Kamu Yang Suka Foto
“Ayah ada burok, ada burok ayah, ayo keluar,” ujarnya penuh antusias.
Diusianya yang menginjak 5 tahun, si sulung memang sedang menjalani fase dimana rasa penasaran mengalahkan semuanya.
Apapun hal baru yang ditemuinya pasti akan dicari tahu, bahasa kerennya sekarang disebut knowing every particular object alias kepo.
Saat si sulung keluar terdengarlah sebuah iringan musik yang begitu keras dari kejauhan.
Saat mata memandang, sumber suara pengeras suara dengan rombongan orang menggunakan berbagai alat musik dan sejumlah boneka besar di belakangnya.
Dan inilah yang disebut dengan kesenian burok!
BACA JUGA: Viral, Anak Tukang Ojeg Online Tak Bisa Ikut Ujian Karena Belum Bayar SPP dan Uang Perpisahan
Mengenal Kesenian Burok
Dikutip dari berbagai sumber, Kesenian burok berasal dari Desa Kalimaro, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.
Dahulunya eksenian burok adalah salah satu media untuk menyebarkan agama Islam di nusantara.
Akan tetapi dengan seiring berjalannya waktu, burok pun beralih menjadi sebuah kesenian yang diciptakan pada 1920.
Dalam setiap penampilannya, selain iringan musik yang disebut waditra, kesenian burok juga akan menampilkan boneka besar.
Waditra terdiri dari alat musik seperti genjring, gong, gitar yang sekarang berkembang dengan hadirnya alat musik modern seperti drum dan lainnya.
Selanjutnya untuk boneka akan memiliki tampilan seperti kuda bersayap berkelapa manusia. Ada juga ondel-ondel dan singa putih.
BACA JUGA: Lirik Lagu Paradise Oleh Coldplay, Ternyata Makna Lagunya Sangat Menyentuh
Saat itu kesenian burok tampil sebagai pengiring acara-cara tertentu seperti penikahan dan khitanan.
Seiring berjalannya wkatu juga kini burok hadir sebagai kesenian untuk hiburan masyarakat.
Filosofi Kesenian Burok
Selain pertunjukkan kesenian, ternyata burok juga mengandung pesan moral kehidupan yang kuat.
Hal-hal ini terkadang luput dari perhatian kita semua sebagai pemikmat kesenian.
BACA JUGA: Link Rekrutmen Bersama BUMN 2023 Untuk SMK, Kamu Berminat Apply ke Perusahaan Mana?
1. Mengasah Konsentrasi
Boneka burok biasanya diisi oleh 2 orang untuk menggerakannya, polanya sama dengan barongsai.
Satu orang bertindak menggerakan bagian kepala hingga perut dan satu orang lagi bertanggungjawab atas gerakan dari perut hingga kaki belakang.
Keduanya harus bergerak dengan seirama agar tak tersandung dan jatuh yang tentunya perlu konsentrasi tinggi untuk melakukannya.
Selain itu, burok merupakan kesenian yang dimelibatkan banyak orang. Iringan musik dan gerakan para boneka harus beriringan.
2. Melatih Kekuatan
Jika burok digerakan oleh dua orang maka boneka sisingaan digerakan dengan empat orang dengan cara ditandu.
Selama pertunjukkan, sisingaan bisa dinaiki oleh anak-anak secara bergantian.
Dan biasanya antusiasme anak-anak akan membuat sisingaan dinaiki tanpa henti dan tentu butuh kekuatan yang cukup untuk melakukannya.
BACA JUGA: Drakor Doctor Cha Kena Semprot Penonton Gegara Penyakit Crohn, Bakal Langsung Tamat?
Selain burok, sisingaan, pemain alat musik, ada juga yang bertugas menggeret pengeras suara ukuran jumbo.
Ini menjadi PR tersendiri karena sekali lagi, Dusun Purwasari adalah daerah perbukitan yang pasti sudah terbayang bagaimana capek tugasnya.
Perlu dicatat, burok tak tampil dengan berdiam diri tapi berkeliling ke seluruh pelosok kampung menyapa para warga.
Berbagi Keseruan Kesenian Burok Bersama IndiHome
Dengan serbuan budaya modern, kini kesenian tradisional seperti burok mulai tersingkirkan secara perlahan.
BACA JUGA: Belum Mendapat Email Verifikasi? Simak Jawaban dari 4 Pertanyaan Terkait Rekrutmen Bersama BUMN 2023
Kesenian ini sudah semakin jarang terlihat dan bahkan sudah banyak generasi muda yang tak mengenalnya.
Meski demikian para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Dusun Purwasari berkomitmen untuk selalu melestarikannya.
Secara turun temurun mereka secara konsisten menggelar kesenian burok walau itu hanya dilakukan di Hari Raya Idul Fitri.
Sekali lagi, Dusun Purwasari adalah daerah perbukitan sinyal jarinan seluler di sini kadang sulit ditangkap.
Akan tetapi saya bersyukur hal selama berada di Dusun Purwasari tak mengalami kendala sinyal berkat kehadiran IndiHome.
Semua aktivitas keluarga yang terhibur dengan kesenian burok dapat terdokumentasi dengan baik.
Seluruh kegiatan pun mampu disebarluaskan melalui media sosial secara lancar dengan jaminan internet lancar dari IndiHome.
“Apa itu? Itu boneka apa?,” jadi penggalan pesan singkat rekan-rekan yang melihat unggahan kesenian burok di aplikasi WhatsApp.
BACA JUGA: BURUAN AMBIL! Katalog Promo JSM Indomaret 12-14 Mei 2023, Belanja Murah Sepuasnya
IndiHome Menemani Keluarga
IndoHome memang menjadi penyedia jaringan internet saya bersama keluarga sejak beberapa tahun terakhir.
Penggunaan yang simpel dan pelayanannya yang prima membuat keluarga setia menggunakan layanannya.
Tak hanya kesenian burok, ada sejumlah kesenian atau tradisi di Dusun Purwasari yang berhasil saya dokumentasikan dan sebarkan dengan bantuan IndiHome.
Modernisasi memang sebuah hal yang tak bisa dihindarkan namun jangan sampai warisan leluhur tergerus karenanya.
Perpaduan kesenian dan publikasi melalui jaringan internet yang disediakan IndiHome seperti yang saya lakukan mungkin bisa jadi solusinya. ***