Cegah Doping, Harus Ada Sosialisasi Sejak Dini Kepada Atlet

BANTEN RAYA.CO.ID – Atlet perlu diberikan sosialisasi terkait obat-obatan atau makanan dan minuman yang mengadung zat doping. Hal ini sebagai sarana pengetahuan dan edukasi agar nantinya jika atlet juara mereka tidak tersangkut kasus doping karena ketidaktahuan hal ini.

Salah satu tokoh olahraga yang juga mantan atlet angkat besi Indonesia Hadi Wihardja mengatakan, untuk kejuaraan internasional semua atlet wajib mengetahui zat yang mengandung doping.

Jadi jika atlet sakit atau mengkonsumsi obat atau lainnya selalu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah yang mereka makan atau minum mengandung zat terlarang tersebut.

Bacaan Lainnya

“Tidak boleh sembarangan dan harus dijaga karena jika karena kesalahan tersebut maka bisa berakibat fatal dan gelar juara yang pernah diraih atlet bisa didiskualifikasi karena posistif doping,” ujarnya.

BACA JUGA : Trik KPU Banten Cegah KPPS Tumbang Akibat Kerja Marathon di Pemilu 2024, Untuk yang Usia ‘Sepuh’ Mohon Maaf

Ia mengatakan, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya zat doping ini bertahan ditubuh bisa lama dan tahunan. Ia mencontohkan kala itu kisaran tahun 2013 terdapat atlet yang positif doping dan menjalani hukuman.

Atlet tersebut berlatih dan selektif terhadap obat yang mengandung doping. Setelah menjalani masa hukumannya pada tahun 2017 saat menjalani tes doping ternyata masih ada.

“Ini dampak buruknya doping efeknya bertahan lama di tubuh. Makanya rata-rata atlet dunia yang positif doping langsung pensiun dari cabang olahraganya,” imbuhnya.

Untuk mencegah hal semacam ini, diharapkan dari badan doping Indonesia memberikan penyuluhan sejak dini terhadap atlet mulai tingkat kabupaten atau kota hingga atlet internasional.

BACA JUGA : Kali Dangkal di Kasemen Kota Serang Picu Banjir

Harapannya jika sejak dini mereka mengetahui doping mereka bisa menghindari sehingga prestasi yang diraihnya hasil murni dari pola latihan.

“Masih banyak atlet yang belum tahu. Jika sejak sedini mungkin mereka mendapatkan sosialisasi setidaknya mereka bisa mengantisipasi agar tidak terjerat doping sejak awal,” kata Hadi.

Ia mencontohkan berdasarkan data obat warung yang biasa dikonsumsi untuk pereda sakit kepala atau demam bisa disinyalir jadi terindikasi doping.

BACA JUGA : Tentang Pondok Pesantren Al-Zaytun, Begini Tanggapan Menko Polhukam Mahfud MD

Bahkan minuman energi juga diduga bisa mengandung doping. Kenyataannya saat ini masih banyak atlet yang masih buta terkait hal ini dan mereka mengkonsumsi makanan atau minuma yang beredar di masyarakat.

“Saya mengususlkan di setiap KONI Kabupaten dan Kota mulai ada sosialisasi doping. Harapannya pelatih maupun atlet paham dan selalu berkonsultasi dengan organisasi anti doping sebagai solusi agar atletnya tidak tersangkut atlet doping,” tutupnya. (***)

Pos terkait