BANTENRAYA.CO.ID – Lagu ‘Jiwa Yang Bersedih’ dari Ghea Indrawari jadi parodi dan diduga sebagai sebuah sindiran untuk hukuman kepada Ferdy Sambo.
Dalam sebuah peristiwa yang mencuri perhatian di dunia maya, seorang pria dengan akun TikTok @lathifmujahidin telah mengunggah video parodi lagu ‘Jiwa Yang Bersedih’.
Parodi tersebut diduga memiliki tujuan untuk menyindir sistem hukum di Indonesia, khususnya terkait kasus hukuman yang diberikan kepada Ferdy Sambo.
Ferdy Sambo, yang sebelumnya adalah seorang polisi, terlibat dalam kasus pembunuhan berencana terhadap anak buahnya, Yosua Hutabarat.
BACA JUGA: ABK Intan Berlian Meminta Tolong Karena Kapal Tenggelam, Jawaban Komandan Buat Geget Warganet
Kasus ini telah mengguncang opini publik sejak awal, dengan tuntutan hukuman mati terhadap Ferdy Sambo.
Namun, pada awal Agustus 2023, masyarakat dikejutkan dengan berita bahwa hukumannya diganti menjadi penahanan seumur hidup.
Keputusan tersebut menimbulkan kekecewaan di kalangan banyak masyarakat yang berharap keadilan lebih tegas dijalankan.
Video parodi yang diunggah pada tanggal 13 Agustus 2023 oleh akun TikTok @lathifmujahidin ini menjadi viral dengan cepat.
BACA JUGA: Pandawara Kembali dan Mengajak 10.800 Volunteers Bersihkan Pantai Terkotor ke-3 di Cirebon
Dalam video tersebut, seorang pria yang berinisial Lathif Mujahidin memparodikan lirik lagu ‘Jiwa Yang Bersedih’ dengan lirik yang diubah sedemikian rupa.
Lirik tersebut diubah dan diduga untuk menyindir sistem hukum yang dianggap “bermain-main” dalam penanganan kasus seperti yang melibatkan Ferdy Sambo.
Lagu karya Ghea Indrawari ini juga tengah viral di kalangan warganet.
Banyak warganet menduga bahwa parodi ini secara spesifik ditujukan untuk menyindir hukuman yang diberikan kepada Ferdy Sambo.
BACA JUGA: Yang Butuh Info Lowongan Kerja, PT Indorama Polypet Indonesia Sedang Membutuhkan Tenaga Kerja
Keputusan mengubah hukumannya menjadi penahanan seumur hidup, meskipun telah diambil dengan pertimbangan hukum dan aspek lainnya, telah memicu kritik dan protes dari berbagai pihak yang menuntut keadilan yang lebih keras.
Kasus ini sekali lagi menyorot pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam sistem hukum di Indonesia.
Kecewa dan ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil putusan hukuman dalam kasus-kasus kontroversial seperti ini menggarisbawahi perlunya penyempurnaan dan pembaruan dalam sistem peradilan yang menjaga keseimbangan antara keadilan bagi korban dan hak-hak terdakwa.
Peristiwa video parodi ini juga mencerminkan bagaimana media sosial telah menjadi platform penting untuk menyampaikan pandangan, kritik, dan ungkapan dalam masyarakat.
BACA JUGA: Ganjar Ungkap Dejavu Pilpres 2014, Prabowo Subianto Kantongi Banyak Dukungan Partai Tapi Tetap Kalah
Sementara parodi mungkin bersifat satir, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki peran yang semakin besar dalam membentuk narasi dan perdebatan publik mengenai isu-isu kontroversial.
Seiring berjalannya waktu, kasus ini kemungkinan masih akan terus diperbincangkan dan menjadi bagian dari diskusi luas tentang sistem hukum dan keadilan di Indonesia.***