Inflasi Banten Peringkat Lima Besar Nasional

Inflasi Banten Peringkat Lima Besar Nasional
RAKOR INFLASI: Pj Gubernur Banten saat mempimpin rapat koordinasi pengendalian inflasi di Pendopo Gubernur Banten, Senin (6 Januari 2025).

BANTENRAYA.CO.ID – Tingkat inflasi Provinsi Banten pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,88 persen secara year-on-year.

Angka tersebut menempatkan Banten di peringkat lima besar daerah dengan inflasi tertinggi secara nasional.

Menanggapi hal tersebut, Penjabat (Pj) Gubernur Banten A Damenta mengungkapkan bahwa,

Bacaan Lainnya

angka inflasi tersebut dipicu oleh kenaikan harga emas serta lonjakan harga komoditas pangan seperti cabai merah, cabai keriting, dan ayam ras.

Pedagang Pasar Lama Tidak Setuju Warung Inflasi Menjual Sembako Dibawah Harga Pasaran

“Kami akan menindaklanjuti kondisi ini melalui rapat koordinasi daerah (rakorda) untuk memetakan daerah-daerah dengan potensi inflasi tinggi dan mencari solusi konkret,” kata Damenta kepada wartwan, Senin (6 Januari 2025).

Ia menambahkan, salah satu penyebab utamanya adalah defisit cabai besar yang signifikan.

Menurut Damenta, meskipun stok komoditas cabai sudah tersedia, akan tetapi inflasi tetap terjadi. Sebab dari kebutuhan cabai di Banten, produsen lokal hanya mampu memenuhi 10 hingga 20 persen dari total kebutuhan.

“Kami mengimbau agar masyarakat dapat memanfaatkan lahan-lahan yang ada agar tidak selalu bergantung pada pasokan dari luar daerah. Ini penting untuk menekan ketergantungan dan menjaga kestabilan harga,” jelasnya.

Konsumsi Sabu, Bripka RM Dipecat

Diketahui, berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan, defisit cabai besar di Banten mencapai 4.672 ton.

Defisit terbesar berada di Kabupaten Tangerang sebanyak 1.338 ton, disusul Kota Tangerang 1.152 ton, Kota Tangerang Selatan 951 ton, dan Kabupaten Serang 658 ton.

Empat kabupaten/kota lainnya mencatat defisit gabungan sebesar 573 ton.

Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten Babar Suharso, neraca pangan menunjukkan bahwa kebutuhan cabai Banten jauh melebihi hasil panen lokal.

Fokus Perbaiki Layanan Dasar

“Memang untuk cabai itu kita defisit ya. Karena dalam setahun, panen cabai lokal hanya mampu menutupi sekitar 10 persen dari total kebutuhan,” ungkap Babar.

Babar menerangkan, meski upaya peningkatan panen lokal sedang dilakukan, akan tetapi untuk pemenuhan kebutuhan cabai di Banten itu masih bergantung pada pasokan dari luar daerah.

“Saat ini untuk stok pasokan kita itu dari Pasar Induk Tanah Tinggi yang menjadi pusat distribusi utama cabai di Banten.

Akan tetapi, Pasar Induk Tanah Tinggi ini juga memasoknya dengan pasokan yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Atribut Ormas Ditertibkan

Nah, saat ini kan pasokan dari daerah-daerah tersebut juga sedang sulit karena faktor cuaca dan lainnya. Jadi ya berdampak nuga ke kita,” terangnya.

“Tapi, kemarin saat dicek oleh pak Mendagri, pasokan cabai dari luar daerah di Pasar Tanah Tinggi sudah mulai menunjukkan angka perbaikan.

Jika dibandingkan awal Desember, harga di pasar induk sudah mengalami penurunan,” sambungnya.

Babar juga mengatakan, untuk mengatasi defisit ini, pihaknya mengaku akan mendorong program ekstensifikasi, yaitu perluasan lahan tanam cabai di beberapa wilayah.

Pengangkatan Bahrul Ulum sebagai Ketua Karang Taruna Kabupaten Serang Dianggap Tidak Sah, Temu Karya akan Digelar Lagi pada 28 Desember 2024

“Seperti yang disampaikan oleh Pak Pj Gubernur, kita akan lakukan ekstentifikasi lahan, seperti di Kabupaten Serang, Lebak, Pandeglang, dan Kabupaten Tangerang.

Selain itu, langkah kecil namun strategis juga dilakukan dengan membagikan bibit cabai kepada masyarakat, seperti pada saat peringatan Hari Ulang Tahun Banten ke 23 dan 24.

Gerakan menanam cabai di rumah tangga ini tentunya dapat membantu memenuhi kebutuhan kecil secara mandiri dan mengurangi tekanan pada pasar, khususnya di wilayah perkotaan,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, ekonom senior Bank Indonesia (BI) Lukman Hakim menilai bahwa,

SD Poris Indah Cipondoh Terbakar

meskipun Banten masuk dalam lima besar inflasi tertinggi secara nasional, tingkat inflasi 1,88 persen masih berada di bawah target nasional sebesar 2,5 persen.

“Ini jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3,06 persen,” jelas Lukman.

Ia menambahkan, pengendalian inflasi membutuhkan kolaborasi antara pemerintah daerah, TPID, dan masyarakat.

“Tentunya selain mendorong peningkatan produksi lokal, program jangka panjang juga akan difokuskan untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah.

Dengan langkah-langkah strategis ini, tentunya kita harap Banten dapat menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dan menekan laju inflasi di masa mendatang,” jelasnya. (mg-rafi)

Pos terkait