BANTENRAYA.CO.ID – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Serang tahun 2023 memakan korban jiwa.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang mencatat sudah ada satu pasien DBD meninggal dunia.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kota Serang Tata mengatakan, terhitung sejak Januari hingga April 2023 tercatat 117 kasus orang yang terjangkit DBD.
BACA JUGA:Menjembatani Generasi Melalui Netflix Lewat Konten Sejarah
“Januari sampai April 2023 ada 117 kasus, meninggal satu orang,” ujar Tata, kepada Banten Raya, Rabu (7/6/23).
Tata menjelaskan, data kasus DBD dari Januari sampai Desember tahun 2022 tercatat 625 kasus dengan tiga orang meninggal dunia.
“Ada penurunan karena kalau tahun kemarin di semester satu (Januari-Juni), 300an lebih. Kalau tahun ini Januari-April 1 orang meninggal dunia, 116 sembuh,” ucap dia.
BACA JUGA:20 Link Twibbon Hari Laut Sedunia 2023 Desain Gagah, Menarik dan Elegan
Tata menjelaskan, 117 korban penyakit DBD kebanyakan usia produktif dari usia 18-45 tahun.
“Yang satu orang meninggal juga usia produktif. Warga Kecamatan Serang,” jelasnya.
Tata menyebutkan, 117 kasus DBD itu ditemukan di Puskesmas Kecamatan Taktakan 22 kasus, Puksesmas Ciracas 14 kasus, Puksesmas Unyur 13, dan sisanya tersebar di 16 Puskesmas.
“Tertinggi di Puskesmas Kecamatan Taktakan mungkin sarang nyamuknya lebih banyak, sehingga perlu dioptimalkan untuk PSN,” sebut Tata.
Tata menerangkan, penyebab terjangkit DBD karena gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti itu menularkan virus dengue terhadap manusia. Bila tidak segera mendapatkan pertolongan kesehatan, maka kondisi badan akan semakin lemah, dan mengakibatkan meninggal dunia.
“Akibat gigitan nyamuk itu dan tidak segera untuk mendapatkan pengobatan. Karena terlambat datang ke pelayanan kesehatan,” terangnya.
Tata mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa melakukan 3M (menguras, menutup, mengubur), pemberian bubuk abatesasi ke tempat-tempat penyimpanan air, meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan mengoptimalkan kembali untuk kader Jumantik.
“Jadi ibu-ibu atau bapak-bapak kader yang ada di wilayah masing-masing posyandu untuk mengoptimalkan kembali pemeriksaan jentik-jentik nyamuk di tempat-tempat penyimpanan air yang kemungkinan menjadi sarang nyamuk aides aigepty. Selanjutnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dan terakhir fogging,” beber Tata.
Sebelum dilakukan fogging, lingkungan dan tempat tinggal harus dalam kondisi sudah bersih.
“Kalau belum bersih gak efektif difogging juga, jentik nyamuknya belum mati,” jelas dia.
Tata berharap kasus DBD di melonjak dan memakan korban jiwa, mengingat saat ini sudah memasuki masa peralihan cuaca.
“Kalau ini sudah tanggal 7 Juni Mudah-mudahan tidak ada lagi. Biasanya kalau sudah ada yang meninggal sudah ada yang terlaporkan. Mudah-mudahan tidak ada lagi,” harapnya. (harir)