Kelompok 60 KKM Uniba Kembangkan Wisata Religi

7 1
Kelompok 60 KK Uniba foto bersama usai kembangkan wisata religi.

BANTEN RAYA.CO.ID – Kelompok 60 Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Universitas Bina Bangsa (Uniba) menggelar kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk Revitalisasi Wisata Religi Nyi Mas Gamparan dan Ciwasiat Berbasis Social Media Marketing.

BACA JUGA : 280 Mahasiswa Unbaja Laksanakan KKM

Para mahasiswa KKM ini berupaya untuk mengembangkan cagar budaya Petilasan Nyi Mas Gamparan dan Sumur Ciwasiat, yang merupakan cagar budaya di Desa Tanjung Sari, Pabuaran Kabupaten Serang.

Bacaan Lainnya

Ita Rosita Wahiyah, Dosen Pendamping Lapangan (DPL) mengatakan, Nyi Mas Gamparan merupakan salah satu pejuang perempuan Banten yang cukup disegani pada tahun 1829-1830 saat melawan penjajah kolonial. Keberanian dan kegagahan Nyi Mas Gamparan harus bisa dikenal dan diwariskan oleh generasi muda Banten melalui penguatan digitalisasi konten di media sosial.

Dalam kegiatan pengabdian ini, KKM Uniba berupaya memperkuat promosi terhadap cagar budaya Nyi Mas Gamparan dan Sumur Ciwasiat melalui pemanfaatan media sosial. KKM Uniba kemudian membuatkan akun Instagram dan mengemas beberapa konten kreatif terkait wisata religi tersebut. Turut hadir dalam kegiatan pendampingan ini beberapa perwakilan tokoh masyarakat dan para juru kunci.

Para mahasiswa yang tergabung dalam KKM kelompok 60 menawarkan pengembangan social media marketing, dengan tujuan untuk memperkenalkan wisata religi di Desa Tanjung Sari dalam ranah digital. Selain itu, pengabdian ini untuk memicu penguatan ekonomi desa berbasis wisata religi. Terlebih petilasan Nyi Mas Gamparan dan Ciwasiat banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara.

“Bila pengembangan wisata religi dapat tertata dengan baik, secara otomatis akan memperkuat ekowisata di Desa Tanjung Sari Kabupaten Serang. Terlebih UMKM perdesaan di Desa Tanjung Sari memiliki potensi bisa menembus kancah internasional. Maka dari itu program berkelanjutan dan pemanfataan pemasaran media sosial bisa menjadi salah satu alternatif yang perlu dipertegas,” jelas Bambang Arianto, pemateri dari Institute for Digital Democracy (IDD). ***

Pos terkait