BANTENRAYA.CO.ID – Lahan pertanian di Kota Cilegon terus menyusut.
Berkurangnya lahan pertanian tersebut akibat alih fungsi lahan.
Lahan pertanian, berubah menjadi industri ataupun perumahan.
Berkurangnya lahan pertanian di Kota Cilegon menjadi perhatian dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau GMNI Cilegon yang melakukan aksi unjuk rasa di Halaman Kantor Walikota Cilegon pada Senin, 25 September 2023.
Aksi tersebut, dalam rangka memeringati Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September setiap tahunnya.
BACA JUGA:Jetbus 5 Milik PO Gunung Harta Mulai Operasi Rute Malang-Bogor, Yuk Cek Tarifnya
Kepala Bidang Pertanian pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian atau DKPP Kota Cilegon Mustofa mengatakan,lahan pertanian pada 2022 berkurang sekitar 25 hektar dibandingkan 2021.
Lahan sawah pada 2021 ada 1.384,4 hektar dan di tahun 1.358,5 hektar.
“Disini ada perubahan atau alih fungsi lahan sekitar 25,9 hektar,” kata Mustof kepada Banten Raya, Selasa, 26 September 2023.
Dikatakan Mustofa, data lahan pertanian pada 2023, baru akan keluar pada awal 2024 mendatang.
Sebab, penghitungan dilakukan setiap akhir tahun.
BACA JUGA:Skateboard Sumbang Medali Perak untuk Indonesia di Asian Games 2023
“Kalau pertanian di Cilegon paling banyak padi dan kacang tanah,” katanya.
Mustofa mengatakan, adanya alih fungsi lahan tidak bisa dibendung karena lahan pertanian milik pribadi.
Biasanya, pemilik lahan sawah ada yang menjual ke industri atau pengembang perumahan yang menyebabkan alih fungsi lahan.
“Kita terus berupaya agar lahan sawah tidak berkurang, tapi kita tidak bisa mencegah ketika terjadi transaksi jual beli tanah, dan lahan yang tadinya sawah berubah menjadi bangunan,” ucapnya.
Mustofa menjelaskan, produksi padi di Kota Cilegon rata-rata 5,8 ton per hektar.
BACA JUGA:Tingkatkan Kualitas UMKM, Dinkop UKM Kota Cilegon Kirim Pelaku Usaha Kecil ke IPB
Dalam setahun, rata-rata bisa panen dua kali.
“Upaya yang kita lakukan untuk meningkatkan produksi dan memertahankan produksi pertanian ada bantuan stimulan seperti sarana produksi, bibit tanaman, pestisida, itu paling,” ungkapnya.
Mustofa menjelaskan, pihaknya juga melakukan program Sekolah Lapang Pertanian kepada petani.
Pendamping merupakan pegawai DKPP Kota Cilegon.
“Kasi Tanaman Pangan dan Holtikultura pada DKPP Cilegon Sutisna mengatakan, peningkatan produksi pertanian dilakukan melalui pompanisasi agar ketersediaan air untuk pertanian tercukup, meskipun musim kemarau,” katanya.
BACA JUGA:25 UMKM di Kota Cilegon Ikuti Program Inkubasi Wirausaha Dengan Rumah Berdaya Cilegon
“Selain itu, ada upaya peningkatan nilai tambah petani melalui budidaya komoditas yang bernilai tinggi seperti, penanaman jagung pulut yang nilainya lebih tinggi dibandingkan jagung biasa. Pertanian hidroponik juga didorong untuk sayuran. Ini upaya kita meningkatkan nilai tambah bagi petani,” tuturnya.
Sutisna menambahkan, adanya musim kemarau yang terjadi saat ini tidak berdampak ke petani Cilegon.
“Kalau gagal panen di Cilegon tidak ada, penyuluh kita di lapangan tidak menemukan itu, karena saat awal kemarau memang petani kita sudah pada panen, dan saat ini menunggu masa tanam, nunggu hujan,” tambahnya.***