Lebaran Sebentar Lagi! Ternyata Begini Sejarah dan Makna Filosofinya Ketupat

Sejarah dan Makna Filosofi ketupat
Sejarah dan Makna Filosofi ketupat.(Nu.or.id)

BANTENRAYA.CO.ID – Inilah informasi seputar sejarah dan makna filosofi ketupat ternyata  begini.

Ketupat adalah makanan wajib setiap Lebaran, sehingga ia menjadi ciri khas Idul Fitri.

Kendati misalnya ada lontong di rumah, ketupat tetap mesti ada. Tanpa ketupat, bukan Lebaran namanya.

Bacaan Lainnya

Ketupat seolah menjadi syarat “sah” Lebaran Idul Fitri 1444 H.

BACA JUGA: Masih Berlaku! Kode Voucher Lazada Hari Ini 18 April 2023, Semua Produk Lebaran Dijamin Cashback 90 Persen

Seperti kita ketahui lebaran Ketupat atau Kupatan dirayakan tepat sepekan setelah Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Dengan demikian, tradisi Kupatan jatuh setiap tanggal 8 Syawal.

Tahun 2023 ini, Lebaran atau Idul Fitri 1444 Hijriah jatuh pada Jumat 21 April menurut Muhammadiyah, maka Lebaran Ketupat juga akan jatuh pada Jumat pekan berikutnya, yakni tanggal 28 April 2023.

Seperti tradisi lainnya, masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa, masih ada agenda perayaan hari raya ketupat yang jatuh seminggu sesudah Idul Fitri.

Lantas bagaimna makna dan filosofi ketupat atau kupatan? Simak artikel ini sampai selesai.

BACA JUGA: Klaim Sekarang! Kode Redeem FF Terbaru 14 April 2023: Berhadiah Skin MP50, Bundle Premium dan Diamonds Gratis

Makna dan Filosofi Ketupat

Dikutip Bantenraya.co.id dari berbagai sumber, berikut ini adalah makna dan filosofi ketupat:

-Makna

ketupat berasal dari kata “Kupat” dan memiliki arti ganda yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).

BACA JUGA: 17 Ide Tema dan Judul Kultum Singkat Ramadhan Jelang Buka Puasa hingga Kuliah Subuh, Agar Doa Cepat Terkabul

Empat tindakan yang dimaksud antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan diri).

Semua manusia pasti punya kesalahan dan sebaik-baiknya orang adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya. Selain sebutannya yang memiliki arti mendalam, setiap komponen ketupat juga mempunyai makna dan filosofi tersendiri.

Pertama dimulai dari bahan pembungkusnya yaitu janur.

– filosofi

BACA JUGA: Materi Khutbah Idul Fitri 1444 H Tema: Musibah dan Cobaan Bagian dari Kehidupan Lengkap dengan Pembukaan dan Doa

menurut filosofis Jawa merupakan kepanjangan dari truene nur yang melambangkan seluruh manusia berada dalam kondisi bersih dan suci setelah melaksanakan ibadah puasa.

Tak hanya itu saja, menurut masyarakat Jawa, Janur memiliki kekuatan magis sebagai tolak bala. Karena itu banyak juga yang menggantungkan kupat di depan pintu rumah mereka sebagai tawasul agar jauh dari bala.

Selanjutnya dari proses pembuatan pembungkus ketupat yang dianyam. Janur yang dianyam untuk membuat ketupat
sangat rumit sehingga tidak semua orang bisa melakukannya.

Kerumitan dalam proses membentuk anyaman janur tersebut melambangkan bahwa hidup manusia itu juga penuh dengan liku-liku, pasti ada kesalahan di dalamnya.

BACA JUGA: Kerjasama Pembangunan Pelabuhan Warnasari Lewat BOT Bakal Untungkan Pemkot Cilegon, Begini Kata Wakil Ketua DPRD Cilegon Hasbi Sidik

Kupat juga memiliki bentuk segi empat yang menggambarkan empat jenis nafsu dunia yaitu al amarah, yakni nafsu emosional; al lawwamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar; supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah; dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri.

Orang yang memakan kupat menggambarkan pula telah bisa mengendalikan keempat nafsu tersebut setelah melaksanakan ibadah puasa.

Dari pembungkus lanjut ke isinya. Isi ketupat yang berbahan beras sebagai bentuk harapan agar kehidupannya dipenuhi dengan kemakmuran.

Selain itu saat kita membelah ketupat, kita akan menjumpai warna putih yang mencerminkan kita memohon maaf atas segala kesalahan dan juga berharap bisa seputih isi kupat tersebut.

Terakhir dari cara memakan ketupat yang biasa dihidangkan dengan olahan berkuah santan. Santan berarti juga pangapunten, yaitu memohon maaf atas kesalahan.

Dari itu ada istilah “Mangan kupat nganggo santen. Menawi lepat, nyuwun pangapunten (makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan”.

Demikian sejarah dan makna filosofi ketupat.***

Pos terkait