BANTENRAYA.CO.ID – Menjelang Hari Raya Idul Fitri, kuliner tradisional khas Indonesia seperti bolu kuwuk menjadi buruan masyarakat.
Bolu yang bentuknya mirip dengan kerang yang biasa dimainkan untuk congklak ini semakin banyak dipesan menjelang lebaran.
Salah satu produsen bolu kuwuk jadul yang terkenal di Kampung Pamatang Warung, Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, mengaku menerima pesanan hingga 5000 bungkus bolu kuwuk menjelang lebaran tahun ini.
BACA JUGA : Tabrak Truk Buruh Pabrik asal Sukabumi Tewas di Kabupaten Serang
“Hari-hari biasa kita buat bolu kuwuk paling seminggu 100-200 bungkus. Ini sehari harus mencapai 300 bungkus karena pesanan udah sampai 5000 bungkus untuk bulan ini,” ujar Uun Munadah, pemilik dan pembuat Bolu Kuwuk Turunan saat ditemui di rumahnya, Jumat 7 April 2023.
Disebut Bolu Kuwuk Turunan karena keluarganya sudah memproduksi bolu kuwuk selama tiga generasi.
BACA JUGA : 5 Hotel Murah Daerah Borobudur Magelang, Nomor 4 Paling Murah Tapi Kualitas Tak Kalah Wah
Resep dari nenek moyangnya bertahan hingga kini masih menjadi bolu kuwuk dengan rasa yang autektik dan favorit pecinta kue tradisional.
“Te Uun (menyebut dirinya sendiri) buat bolu kuwuk udah dari gadis dari SMP. Pulang sekolah bantuin ibu nyubluk (membuat adonan), dulu mah kan engga pake mixer. Kita bisa itu dari dulu dari gadis, bukan baru nikah baru bisa. Dulu mah pakenya bukan kompor tapi tungku,” cerita Uun.
Dalam menjaga kualitasnya, Bolu Kuwuk Turunan memilih bahan-bahan yang berkualitas serta masih memakai cetakan berupa warisan yang umurnya sudah puluhan hingga mungkin ratusan tahun.
“Sama bolu kuwuk lainnya punya kita beda, mungkin dari adonan. Yang pertama dari telor, kita pake telor bebek semuanya bukan campuran, kedua dari jahe jadi berasa anget-angetnya. Untuk cetakannya engga ngambil dari pasar karena model yang begini itu udah engga ada di pasaran. Kalau yang ini kan masih sama persis kayak yang dulu,” papar Uun.
Selain itu, plastik untuk membungkus bolu kuwuk masih menggunakan plastik biasa untuk lebih menambah aksen jaman dulu dan harganya masih terjangkau.
“Kita pake plastiknya aja jadul, karena apa? ciri khas. Harganya murah, kalau pake plastik yang rada bagus kan mahal ya, kalau yang ini masih ke jangkau. Mungkin nanti kalau kita udah ada pengiriman yang lebih jauh pasti akan pake packaging yang lebih bagus dari segi plastik atau toples dan harganya juga pasti akan beda,” ucap Uun.
Selama bulan Ramadhan, ia mulai membuat bolu kuwuk dari pukul 05.00 WIB sampai 22.00 WIB dibantu adik dan dua tim lainnya.
“Kita setiap hari udah ada jadwalnya bikin untuk siapa, udah punya list masing-masing sampai nanti lebaran. Malah sampe bedugan (malam takbiran) itu kita masih bikin,” ungkap Uun.
Proses pembuatan bolu kuwuk di awal bisa sampai setengah jam mulai dari membuat adonan hingga bolu keluar dari cetakan.
Namun setelah itu prosesnya bisa hanya membutuhkan waktu 10 menit karena cetakan yang digunakan sudah panas.
Uun mengungkapkan alasan mengapa bolu kuwuk masih diminati masyarakat khususnya menjelang lebaran karena sebagai salah satu ciri khas di hari lebaran.
“Karena istilahnya ciri khas. Semua meja harus ada kue kue jaman dulu kalau lebaran kayak sesagon, babon dll. Ciri khas kita pada umumnya aja, sekaligus melestarikan budaya juga biar lebih kerasa lebarannya,” jelasnya.
Harga bolu kuwuk yang dijual Uun masih terjangkau, mulai dari Rp8.500 sampai Rp10.000 per bungkus yang berisi 10 buah.
Tahun ini bolu kuwuk miliknya sudah dipesan hingga Bekasi.
Menggunakan metode pemasaran dengan sosial media di tahun ini membuat bolu kuwuknya sudah terjangkau hingga luar provinsi dengan pesanan hingga 5000 bahkan bisa bertambah. ***