CILEGON, BANTEN RAYA – Komisi I, III dan IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD Kota Cilegon menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan dinas terkait mengenai permasalahan di Jalan Lingkar Selatan (JLS) Cilegon, Selasa (25/1).
Dalam RDP yang juga dihadiri oleh Ormas Gerakan Berantas Kemaksiatan (Gebrak) Banten itu, sepakat bahwa perlu penataan di JLS.
Untuk diketahui, beberapa permasalahan muncul di JLS, seperti warung remang-remang (Warem), dan parkir liar truk pengangkut pasir basah yang merusak jalan.
Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Cilegon Dana Sujaksani mengatakan, pihaknya sepakat dilakukan penataan JLS Cilegon.
Pihaknya memiliki tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) menata aset. Oleh karena itu, Dana mendorong adanya pembuatan kantong parkir untuk truk bermuatan pasir agar tidak lagi parkir di bahu jalan JLS. “Penyediaan lahan parkir ini perlu difikirkan ke depan,” jelasnya saat RDP di Ruang Rapat DPRD Kota Cilegon.
Dana juga mengakui lemahnya kerjasama daerah antara Pemkot Cilegon, Pemkab Serang, dan Provinsi Banten. Sebab, JLS Cilegon berada perbatasan Kota Cilegon dan Kabupaten Serang. “Harus bersama-sama kerjasama antar daerah,” tuturnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Cilegon Heri Mardiana mengaku perlunya dibentuk tim bersama untuk penataan JLS Cilegon. Tim penataan JLS bisa diberikan Surat Keputusan (SK) oleh walikota Cilegon. “Dalam penanganan JLS ini perlu dibentuk tim bersama,” katanya.
Ketua Komisi IV DPRD Kota Cilegon Erik Airlangga mengatakan, pihaknya menggelar RDP lantaran permasalahan di JLS sangat kompleks. “Kita minta eksekutif lebih serius menata JSL,” pintanya.
Politisi Partai Golkar ini mengatakan, saat ini kondisi jalan rusak, adanya warung remang-remang, dan truk yang parkir sembarangan. “Ini harus segera diselesaikan, kami juga mendorong adanya tim bersama untuk menata JLS,” ucapnya.
Kompleksitas Masalah
Penasihat Gebrak Banten Edhi Jon mengatakan, Gebrak Banten hanya ingin membantu dan membersamai Pemkot Cilegon menata JLS Cilegon.
“Kami hanya ingin membantu, membersamai menata JLS,” kata Edhi Jon.
Edhi mengatakan, di JLS ini problematika sangat banyak. Mulai dari pembangunannya dikorupsi. Setelah dibangun jalannya rusak, hanya untuk menguntungkan investor. Tumbuhnya warung remang-remang dan tempat hiburan malam, serta saat hujan kondisinya banjir.
“Saya ingin di Jalan Lingkar Selatan ini dikonsep ring road, tetapi selama ini tidak lebih hanya untuk kepentingan pejabat dan kontraktor,” tandasnya.
Edhi mengaku ingin ada pemecahan masalah bukan hanya janji semata. “Selama dua tahun ini, kami menemui OPD jawaban pejabat hanya nanti saya sampaikan ke walikota, saya tidak ingin jawaban itu ada lagi, tetapi langsung eksekusi penataan,” pintanya.
Jika memang trotoar JLS difungsikan sebagai pusat kuliner, kata Edhi, tidak rasional. Sebab, jalannya banjir. Selain itu pelaku usaha lapaknya tertutup truk hasil tambang yang parkir.
“Siapa yang mau usaha di Cilegon, misal saya jualan soto, depannya banjir, ketutup truk parkir,” ungkapnya.
Selain itu, banjir di JLS Cilegon, kata Edhi, hujannya hanya satu jam atau dua jam , banjir sampai dua hari. “Penataan JLS ini kami minta dilibatkan,” ucapnya. (gillang)