BANTEN RAYA.CO.ID – Di era sekarang Budaya Ondel-ondel khas Betawi sudah mulai tergerus kemajuan zaman sehingga Sutarman warga Desa Kaliciliwung, Kecamatan Cawang yang mengaku suku Betawi asli lebih memilih menjadi pengamen keliling di berbagai daerah, salah satunya di Kabupaten Lebak.
Berdasarkan Informasi, Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan seni khas Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat. Tampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa. Ondel-Ondel Masuk ke Batavia atau Jakarta pada abad ke 17 ketika terjadinya penyerangan Mataram kepada VOC Batavia.
Suparman menjelaskan, minta warga Jakarta terhadap pertunjukan budaya ondel-ondel mulai terkikis akibat kemajuan teknologi.
“Saya kan asli Betawi, dimana pusat kebudayaan Betawi itu ya di Jakarta Pusat, namun sekarang antusias warga Jakarta kurang kepada pertunjukan ondel-ondel. Akhirnya, demi menafkahi keluarga saya memilih buat jadi pengamen keliling,” kata dia usai keliling untuk mengamen di Kampung Dalem, Kelurahan Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, Minggu 27 Agustus 2023.
BACA JUGA :Kepergok Mesum, Oknum Kades di Lebak Jadi Tersangka Perzinahan
Ia mengaku, pernah mengamen keberbagai daerah antara lain, Kabupaten Bogor, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Lebak.
“Kemana-mana sih kalau ngamen mah, namanya juga cari nafkah asal ga nyuri ajalah, dulu mah tidak usah kaya gini tinggal nunggu panggilan aja. Tapi karena sekarang jarang ya saya terpaksa ngamen,” ucap Suparman.
Suparman mengungkapkan, saat mengamen penghasilannya relatif mulai Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.
“Enggk menentu kalau hasil ngamen, kadang dapet, bahkan kadang ga dapet. Cape mah cape sih, namun mau gimana lagi, kalau ga kaya gini saya sekeluarga ga bisa makan,” tandas dia.
BACA JUGA : Menguak Kebenaran di Tanah Jayasari Lebak, Warga Gelar Aksi Damai
Ia menuturkan, saat mengamen di wilayah lain dirinya ditemani oleh anaknya sering kemalaman dan terpaksa harus menginap di emperan jalan.
“Kan beres ngamen biasanya suka malem, kalau ga dapat buat ongkos pulang ke Jakarta ya paling kita berdua nginep di depan toko. Kadang juga di emperan jalan,” papar Suparman.
Suparman menambahkan, profesi mengamen mulai ia tekuni pada tahun 2022 hingga sekarang.
“Banyaklah suka dukanya. Apalagi saya ditemani anak sendiri kalau misal kemalaman suka nangis karena harus tidur di emperan jalan,” pungkasnya sambil meneteskan air mata.
Sementara itu, anak Suparman, Erwin menyampaikan, bahwa saat menemani ayahnya ia kerap kali menangis lantaran kelaparan.
“Yang paling sedih pas tidak dapat uang, terus perut kan keroncongan, pada saat itu, kami berdua menangis,” singkatnya.***