Penyempitan Sungai Cibanten Penyebab Utama Banjir

Doni Serang Bebersih Masjid Agung Banten Lama 555
Bebersih Masjid Agung Banten Lama : Aparat gabungan TNI-Polri, relawan dan masyarakat bahu-membahu membersihkan material lumpur usai banjir merendam Kawasan Masjid Agung Banten Lama di Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Kamis (3/3/2022). Kawasan ini perlu dibersihkan karena tiga hari sebelumnya daerah ini terendam banjir dan menyisakan lumpur. Doni Kurniawan/Banten Raya

SERANG, BANTEN RAYA- Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy menilai, penyebab utama banjir besar di Kota Serang pada Selasa (1/3/2022) lalu, akibat penyempitan Sungai Cibanten. Karena itu, dia meminta persoalan penyempitan badan sungai menjadi perhatian semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

“Lihat itu, masa sampai ada bangunan yang menjorok, nyaris berada di badan sungai,” kata Andika kepada pers saat meninjau langsung kondisi aliran sungai Cibanten di kawasan Sempu, Kota Serang, Rabu (2/3/2022).

Andika yang didampingi Walikota Serang Syafrudin diajak melihat langsung penyempitan badan sungai di lokasi tersebut oleh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian (BBWSC3) I Ketut Jayada, setelah sebelumnya meninjau Bendungan Sindangheula.

Bacaan Lainnya

Menurut Andika, perlu dilakukan penertiban bangunan yang berada di daerah aliran sungai (DAS) karena mempersempit aliran air. Dia meminta Pemkot Serang sebagai pemda yang berwenang terkait izin mendirikan bangunan (IMB) di wilayah Kota Serang yang dilintasi Sungai Cibanten melakukan langkah-langkah penertiban.

Saat ini, kata Andika, Pemprov Banten sendiri tengah menunggu detail enginering design (DED) kegiatan penataan badan sungai dan DAS Cibanten yang tengah dikerjakan BBWSC3. Dia mengatakan, penataan Cibanten sudah masuk dalam perencanaan dan penganggaran BBWSC 3.

“Nanti saat tiba waktu pelaksanaan pengerjaannya kami dan Pemkot Serang yang akan mengawal penertiban lahannya,” papar Andika.

Terkait penyempitan badan sungai sendiri, Andika mengakui hal itu bukan hanya disebabkan oleh berdirinya bangunan-bangunan di DAS. Lebih dari itu, perilaku masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan dengan membuang sampah ke sungai juga menjadi penyebab terjadinya penyempitan badan sungai.

“Jadi minta tolong kepada teman-teman pers juga untuk bisa ikut membantu mengedukasi masyarakat terkait dengan peduli lingkungan ini,” kata Andika.

Kepala BBWSC3 I Ketut Jayada mengatakan, pada malam hari sebelum terjadinya banjir di Kota Serang, wilayah Kota Serang dan wilayah hulu aliran Sungai Cibanten di Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang diguyur hujan deras dengan intensitas tinggi di luar kebiasaan. Curah hujan disebut mencapai 243 mm dengan durasi yang sangat lama. Hujan ini disebut dengan hujan kala ulang yang siklusnya terjadi 200 tahunan. “Ini luar biasa sekali,” kata Ketut.

Akibat curah hujan yang luar biasa tinggi tersebut, Bendungan Sindangheula mengalami kelebihan volume air sebanyak 2 juta kubik dari kapasitas maksimumnya sebesar 9 juta kubik. Kelebihan itulah yang kemudian mengalir ke Sungai Cibanten. Masalahnya, Sungai Cibanten mengalami penyempitan dan sedimentasi sehingga tidak mampu mengalirkan kelebihan daya tampung Bendungan Sindangheula sebesar 2 juta kubik tersebut ke hilir Sungai Cibanten di perairan laut di Kota Serang dan Kabupaten Serang.

Ketut juga meminta masyarakat dan pemerintah daerah untuk dapat memperlakukan sungai bukan sebagai halaman belakang, sehingga kemudian tidak mempedulikan kondisi sungai. Bila nanti sungai sudah ditata, maka dia mengajak masyarakat agar menjaganya bersama-sama. “Jadikan sungai itu sebagai beranda, sebagai teras depan rumah,” kata Ketut.

Sementara itu, Walikota Serang Syafrudin mengatakan, beberapa penyebab banjir disebabkan karena curah hujan tinggi dan sungai Cibanten yang belum dinormalisasi. Hilir sungai Cibanten berada di Kota Serang sehingga air yang berasal dari beberapa wilayah di Provinsi Banten tumpah ke sungai Cibanten yang berada di Kota Serang.

Selain itu, Syafrudin juga menyampaikan bahwa air banjir juga datang dari bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang yang sudah tidak bisa menampung debit air yang cukup besar. “Kemungkinan air datang dari Bendungan Sindangheula yang sudah tidak bisa menampung debit air, terlebih lagi hujan yang terus-menerus turun,” ujar Syafrudin.

Wakil Ketua I DPRD Kota Serang Ratu Ria Maryana mengatakan, pembangunan perumahan di Kota Serang yang sangat gencar perlu mendapatkan evaluasi. Sebab pembangunan perumahan di lokasi penting, misalkan daerah resapan air, akan mengganggu serapan air kala hujan deras.

Menurutnya, penanganan banjir di Kota Serang juga perlu dilakukan secara bersama-sama oleh semua stakeholder. Sebab banyak penyebab banjir dan tidak bisa hanya ditangani oleh satu lembaga atau daerah. (tohir/rahmat)

Pos terkait