BANTENRAYA.CO.ID – PT Chandra Asri Pertochemical membubuhkan kerugian Rp2,3 triliun dalam keuangannya.
Chandra Asri merugi Rp2,3 triliun ditengah lesunya permintaan produk petrokimia global akibat pandemi Covid 19 pada 2022 lalu.
Disisi lain Chandra Asri merugi Rp2,3 triliun tersebut juga dipicu adanya kenaikan suku bunga global serta juga krisis perang Rusia dan Ukraina.
Saat ini dalam keuangan sampai akhir Desember 2022, jumlah penjualan produk Chandra Asri mengalami penurunan drastis sebesar 13,65 persen dari 2.211 kilo ton pada 2021 menjadi 1.909 kilo ton.
Hal itu diakibatkan karena lesunya pasar, dan dampak penguncian di Cina yang berkepanjangan karena Covid 19.
Disisi lain, ada juga kenaikan minyak mentah dunia yang akhirnya membuat produksi semakin mahal.
Harga minyak mentah Brent naik 40 persen menjadi 99 Dolar Amerika Serikat atau US per barel dari sebelumnya hanya 71 dolar US per barel.
Celakanya, kerugian tersebut sepertinya akan berdampak juga dengan berbagai kebijakan keuangan yang akan dilakukan Chandra Asri, dengan semakin hati-hati dalam penggunaan keuangan.
BACA JUGA: Helldy Agustian Turun Langsung Ngaspal JLS Cilegon, Kejar Tayang Untuk Jalur Mudik Lebaran 2023
Dikutip BantenRaya.Co.Id dari berbagai sumber pada Minggu 2 April 2023, jika kinerja keuangan Chandra Asri mengalami penurunan sepanjang 2022.
Dimana pada akhir Desember 2022, laba bersih pada 2022 mengalami penurunan sebesar 149,4 juta dolar US, dibandingkan pada 2021 sebesar 151,9 juta dolar US.
Hal tersebut juga membuat turunnya pendapatan sepanjang tahun 2022 yang hanya mencatat 2,38 miliar dola US atau turun sebesar 7,6 persen dari 2021 sebesar 2,58 miliar dola US.
Direktur SDM & Urusan Korporat PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Suryandi menyatakan, pendapatan turun kerena dipengaruhi banyak hal, mulai gangguan pasokan hingga membuat berkurangnya permintaan produk di pasar.
“Penjualan kita pada 2022 sebesar 1.909 kilo ton atau berkurang 13,65 persen dibanding tahun sebelumnya (2021-red) sebesar 2.211 kilo ton,” katanya.
BACA JUGA: Tinjau Perbaikan JLS Cilegon, Walikota Helldy Agustian Pastikan Rampung Untuk Mudik Lebaran 2023
“2022 dimana ada gangguan pasokan karena iklim ekonomi global, dan itu membuat pengaruh terhadap permintaan,” lanjutnya.
Disisi lain, lanjut Suryandi, ada juga kondisi penguncian selama pandemi Covid 19 di Cina, krisis perang Rusia dan Ukraina, suku bunga meningkat dan juga harga minyak mentah yang semakin meningkat 40 persen.
Hal itu, semakin menggerus marjin petrokimia karena pemintaan produk juga rendah.
“Bahan baku tinggi secara harga, membuat beban pokok pendapatan meningkat sebesar 7,6% menjadi 2,39 miliar dolar US. Harga napththa menyentuh angka US$ 814 per ton, melesat 23,5% dibandingkan dengan rata-rata harga pada 2021 di level US$ 659 per ton,” jelasnya.
Suryandi megaskan, dalam situasi tersebut pihaknya terus melakukan kehati-hatian dalam kebijakan keuangan untuk mempertahankan neraca.
BACA JUGA: Pelabuhan Ciwandan Berpotensi Gagal Jadi Lokasi Angkutan Mudik Lebaran 2023, Begini Alasannya
Disisi lain, Chandra Asri juga terus melakukan pengembangan bisnis di luar petrokimia dengan menandatangani kerjasama dengan PT Krakatau Steel Tbk (KS) lewat mengakuisisi 70% saham di Krakatau Daya Listrik yang bergerak di bisnis listrik.
Lalu juga menguasai 49 persen saham di Krakatau Tirta Industri yang berkecimpung di bisnis air pada tanggal 27 Februari 2023.
“Kami harus terus tumbuh. Ini juga sejalan dengan rencana ekspansi yang telah kami siapkan untuk kompleks petrokimia kedua Chandra Asri yang berskala global (CAP2). Kami berkomitmen untuk terus tumbuh dan berkembang guna melayani pelanggan kami di pasar Indonesia yang menarik,” tegasnya. ***