BANTENRAYA.CO.ID – Sebanyak 273 hektare lahan padi yang ada di Provinsi Banten pada masa tanam periode ini mengalami puso atau gagal panen.
Ke-273 hektare lahan padi di Banten yang gagal panen itu tersebar di wilayah Tangerang, Serang, dan Lebak.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid membenarkan terdapat sekitar 273 hektare lahan padi di Banten yang gagal panen, yang sebagian besar ada di Tangerang.
BACA JUGA : Pengusaha Ceplis di Kabupaten Serang Panen Pesanan, Sudah Dapat Order 200 Kilogram Melinjo
Meski demikian, dia mengklaim sudah mengatasi masalah itu.
“Untuk Banten puso itu karena adanya banjir,” kata Agus, Rabu (5/4).
Agus mengatakan, guna mengatasi adanya puso itu, maka Pemprov Banten akan memberikan bantuan kepada petani berupa cadangan benih daerah atau CBD.
BACA JUGA : Masih Kawalu, Pantauan Banjir di Baduy Pakai Drone Batal
Karena gagal panen terjadi akibat musibah, maka para petani akan diberikan benih gratis.
“Setiap 1 hektare lahan akan mendapatkan 20 kg benih gratis tapi setelah mereka mengusulkannya,” ujarnya.
Agus mengatakan, dalam kasus gagal panen ini, petani adalah pihak yang menjadi korban banjir.
Untuk itu ke depan dia meminta agar ada langkah yang ditempuh dengan penanganan bersama mengatasi masalah banjir ini.
Sebab banjir menurutnya adalah masalah bersama yang harus segera diatasi.
“Kita yang terkena dampaknya sehingga bagaimana sinergi dengan DLHK untuk penanganan di sektor hulunya. Dan juga DPUPR, balai besar, normalisasi sungai yang banyak terjadi pendangkalan,” ujarnya.
Dia menambahkan, bila hal ini bisa disinergikan, maka dia yakin tingkat bencana banjir bisa diminimalisir.
Agus juga mengatakan, bagi wilayah yang potensi terpapar bencananya besar, maka para petaninya harus masuk ke dalam asuransi usaha petani.
Dengan cara ini, maka ketika petani terkena musibah sudah bisa diatasi dengan mengklaim asuransi.
Para petani yang ikut program ini cukup membayar premi sebesar Rp36 ribu dan bisa mengklaim asuransi Rp6 juta per hektare per musim bila terjadi gagal panen.
“Itu akan sangat menolong sekali bagi petani yang mengalami gagal panen,” tuturnya.
Agus mengungkapkan, dia menargetkan akan ada 5.000 hektare lahan padi yang ikut program asuransi.
Namun, dalam praktiknya tidak semua mengikuti, dan secara total baru ada 3.500 hektare yang ikut program asuransi ini.
“Butuh edukasi kepada para petani,” katanya.
Dia mengaku cukup sulit menyadarkan petani agar mau ikut dalam program asuransi ini.
Agar banyak lahan pertanian yang terdaftar dalam asuransi ini, Agus merencanakan program ini bisa disubsidi oleh Pemprov Banten.
Dengan begitu, maka akan ada “paksaan” para petani untuk masukan ke dalam asuransi.
“Kita akan usulkan itu. Sementara ini petani hanya Rp36 ribu sisanya disubsidi oleh APBN, kami ingin ada dari APBD,” ujarnya.
Sekretaris Dinas Pertanian Provinsi Banten Asep Mula mengatakan, bila dibandingkan dengan capaian panen pada periode yang sama yaitu bulan April, maka angka volume puso kali ini jauh lebih kecil dibandingkan panen yang dihasilkan.
Keberhasilan panen kali ini juga tidak bisa dilepaskan dari percepatan pengelolaan tanah dan tanaman.
“Sehingga ketika ada banjir tanaman padi sudah kuat dan tidak akan gagal panen,” katanya. *