BANTENRAYA.CO.ID – Berikut referensi naskah khutbah Jumat menyambut 17 Agustus Bahasa Indonesia yang dapat digunakan para khotib pada shalat Jumat.
Naskah khutbah Jumat menyambut 17 Agustus kali ini berjudul Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman. Diketahu sebentar lagi masyarakat Indonesia akan menyambut kemerdekaan.
Dengan naskah khutbah Jumat menyambut 17 Agustus kali ini diharapkan dapat lebih memaknai sejarah negara dan mencintai tanah air dengan sebaik-baiknya.
Khutbah Jumat merupakan salah satu syarat sah dalam mendirikan shalat Jumat. Shalat Jumat dianggap sah jika sudah didahului dua khutbah sebelumnya.
BACA JUGA: Naskah Khutbah Jumat Singkat Bahasa Indonesia: Bagaimana Kita Mengisi Bulan Muharram?
Dikutip Bantenraya.co.id dari an-nur.ac.id, berikut rukun, syarat dan sunnah khutbah Jumat:
Rukun khotbah Jumat
- Mengucapkan puji-pujian kepada Allah SWT;
- Membaca salawat atas Rasulullah SWT;
- Mengucapkan dua kalimat syahadat;
- Berwasiat (bernasihat);
- Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu dua khotbah;
- Berdoa untuk semua umat Islam pada khotbah yang kedua.
BACA JUGA: Contoh Khutbah Jumat Bulan Muharram: Pelajaran dan Peristiwa Penting di Hari Asyura
Syarat Khotbah Jumat
- Khotbah Jumat dilaksanakan tepat siang hari saat matahari tinggi dan mulai bergerak condong ke arah Barat;
- Khotbah Jumat dilaksanakan dengan berdiri jika mampu;
- Khatib hendaklah duduk di antara dua khotbah;
- Khotbah disampaikan dengan suara yang keras dan jelas;
- Khotbah dilaksanakan secara berturut-turut jarak antara keduanya;
- Khatib suci dari hadas dan najis;
- Khatib menutup aurat.
Sunah Khotbah Jumat
- Khotbah dilaksanakan di atas mimbar atau tempat yang tinggi;
- Khotbah disampaikan dengan kalimah yang fasih, terang, dan mudah dipahami;
- Khatib menghadap ke jamaah salat Jumat;
- Khatib membaca salawat atau yang lainnya di antara dua khotbah;
- Khatib menertibkan tiga rukun, yaitu dimulai dengan puji-pujian, salawat Nabi, dan berwasiat;
- Jamaah salat Jumat hendaklah diam, tenang dan memperhatikan khotbah Jumat;
- Khatib hendaklah memberi salam;
- Khatib hendaklah duduk di kursi mimbar sesudah memberi salam dan mendengarkan azan.
Dengan mengetahui rukun, syarat dan sunah khutbah Jumat, jamaah sholat Jumat dapat mendengarkan khutbah Jumat dengan seksama dan khusyu’.
Berikut contoh naskah khutbah Jumat menyambut 17 Agustus dilansir dari nu.id:
Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman
Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Kaum muslimin jamaah shalat Jumat hafidhakumullah!
Pertama marilah kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu menjauhi segala larangan Allah dan melaksanakan segala perintah-Nya.
Alhamdulillah pada bulan Agustus ini Republik Indonesia telah memperingati hari kemerdekaan yang ke-78. Hendaknya kita mengisi kemerdekaan dengan menjadi warga negara yang baik dan cinta terhadap tanah air kita bersama, Indonesia.
Islam mengajarkan bahwa cinta tanah air bagian dari Iman. Tanah air kita adalah Indonesia. Mencintai Indonesia adalah bagian dari iman.
Kiai Muhammad Said dalam kitab Ad-Difa’ ani Al Wathan min Ahammi al-Wajibati ala Kulli Wahidin Minna halaman 3 menjelaskan bahwa umat Islam wajib menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu memupuk persaudaraan dan persatuan di kalangan Muhajirin, antara kalangan Muhajirin dan Ansor, serta mengakomodasi kepentingan umat Islam, umat Yahudi, dan orang-orang Musyrik.
Mencintai tanah air merupakan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah mencintai Makkah dan Madinah karena dua tempat mulia tersebut merupakan tanah air beliau.
Mencintai tanah air adalah bagian dari iman karena tanah air merupakan sarana primer untuk melaksanakan perintah agama. Tanpa tanah air, seseorang akan menjadi tunawisma.
Tanpa tanah air, agama seseorang kurang sempurna, dan tanpa tanah air, seseorang akan menjadi terhina. Syekh Muhammad Ali dalam kitab Dalilul Falihin halaman 37 mengatakan:
حُبُّ الوَطَنِ مِنَ الإِيْماَنِ
“Cinta tanah air bagian dari iman.”
Terkait anjuran untuk mencintai tanah air, Nabi memberikan sebuah contoh teladan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 3 halaman 23:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا»
“Ketika Rasulullah hendak datang dari bepergian, beliau mempercepat jalannya kendaraan yang ditunggangi setelah melihat dinding kota Madinah. Bahkan beliau sampai menggerak-gerakan binatang yang dikendarainya tersebut. Semua itu dilakukan sebagai bentuk kecintaan beliau terhadap tanah airnya. ” (HR Bukhari).
Al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari juz 3, hal.705 menjelaskan bahwa hadits tersebut menunjukan keutamaan Madinah dan dianjurkannya mencintai tanah air serta merindukannya”.
/Dalam konteks Indonesia, menjaga kemerdekaan RI, menjaga Pancasila, menjaga Bhineka Tunggal Ikha, menjaga NKRI, dan menjaga Undang-undang 1945 adalah bagian dari iman dan agama.
Bagaimana kita mengisi kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ini?
Kaum muslimin jamaah shalat Jumat hafidhakumullah!
Syekh Muhammad Amin As-Syinqithi sebagaimana dikutip Muhammad Said dalam kitab Al-Difa’ ani Al Wathan min Ahammi Al Wajibati ala Kulli Wahidin Minna halaman 24-25 mengatakan bahwa Al-Qur’an telah memposisikan umat Islam pada posisi yang merdeka, mulia, terhormat, maju, dan mandiri.
Ketika umat Islam dalam posisi terbelakang, miskin, atau dalam kondisi yang mundur, lebih disebabkan oleh kecerobohan umat Islam sendiri, yaitu meninggalkan kewajiban dalam mengelola kehidupan duniawi.
Imam An-Nawawi menyatakan dalam pendahuluan kitab al-Majmu’: wajib bagi umat Islam untuk bekerja, mandiri, dan produktif dalam segala kebutuhan, walaupun hanya memproduksi sebuah jarum maupun garam.
Umat Islam tidak boleh tergantung pada umat lain. Sebab tolok ukur kekuatan umat Islam tergantung terhadap kemandiriannya dalam mencukupi kebutuhan. Untuk mengisi kemerdekaan dan mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, maju dan berdaulat, setiap warga memperjuangkan bangsa sesuai profesi masing-masing.
Jika menjadi pejabat, jadilah pejabat yang baik, amanah, jujur, dan tidak korupsi. Jika menjadi pendidik, jadilah pendidik yang baik, produktif dalam karya ilmiah, jujur, dan mengabdi di masyarakat. Jika menjadi pelajar, jadilah pelajar yang rajin menuntut ilmu di bidang masing-masing, karena ilmumu kelak dibutuhkan oleh bangsa dan umat.
Secara umum, jadilah warga Negara yang selalu berusaha berbuat baik dalam segala kondisi, tempat, dan berperilaku baik dengan akhlak yang mulia. Berusaha untuk berbudi pekerti luhur, menjaga moral, dan membangun kecintaan terhadap tanah air dengan jalan yang baik.
Kaum muslimin jamaah shalat Jumat hafidhakumullah!
Mengapa hubbul wathan minal îmân? Mengapa kita perlu mencintai tanah air Indonesia tercinta ini? Karena hanya dengan kondisi bangsa dan negara yang aman dan stabil, umat Muslim bisa beribadah dengan nyaman, beramal dengan baik, dan dapat beristirahat dengan nyenyak.
Bayangkan saudara kita yang dilanda peperangan, seperti di Suriah, Afghanistan, Irak, dan Libya, mereka tidak pernah nyaman dan enak seperti kita. Atsar Khalifah Umar bin Khatab sebagaimana dikutip Syekh Ismail Haki dalam kitab Tafsir Ruhul Bayan juz 6 halaman 442 menyatakan:
ﻟَﻮْلَا ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ
Sayyidina Umar berkata: “Seandainya tidak ada cinta tanah air, hancurlah negara yang terpuruk. Dengan cinta tanah air, negara akan Berjaya.”
Dengan kecintaan terhadap tanah air, setiap orang memiliki keinginan untuk menjadikan tanah airnya maju, aman, dan damai.
Dengan cinta tanah air, seseorang tidak menginginkan bangsanya hancur, terpecah belah, penuh konflik, dan saling bermusuhan. Di hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78, semoga Indonesia menjadi negara yang maju, aman, damai, sejahtera, dicintai rakyatnya.
Serta menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara yang baik dan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala). Âmîn yâ rabbal ‘âlamîn.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ