Bantenraya.co.id – Tokoh Perempuan Airin Rachmi Diany hadir sebagai narasumber dalam Seminar nasional
yang bertajuk “Menjawab tantangan masa depan Pendidikan di Banten” yang digelar oleh Pena Tangerang di
Kampus Universitas Insan Pembangunan Indonesia (UNIPI), Kabupaten Tangerang, Selasa (9 Juli 2024).
Dalam kesempatan tersebut, Airin memaparkan berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan di Banten.
Cabai Rawit Hijau Naik Jadi Rp 72 Ribu Per Kilogramnya
Menurutnya, beberapa isu utama yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah kesenjangan pendidikan.
Dimana rata-rata lama sekolah di beberapa wilayah di Banten masih di bawah rata-rata nasional.
Selain itu, kata Airin, masih tingginya angka putus sekolah di Provinsi Banten yang menempati peringkat ke-8 di
Indonesia dengan jumlah putus sekolah paling banyak pada tingkat Sekolah Dasar.
Bus Berhenti Didalam Tol Tangerang-Merak
“Ini yang harus menjadi atensi dan perhatian kita bagaimana agar tidak ada lagi anak-anak di Banten yang putus
sekolah. Ini tentu PR, bantuan bapak ibu guru memotivasi buka hanya anak murid, tapi lingkungan sekitar untuk
peduli betapa pentingnya pendidikan, bukan hanya ijazahnya saja, tapi ilmu yang bermanfaat,” ujar Airin.
Lebih lanjut, Airin mengatakan bahwa masih terdapat defisit kebutuhan unit sekolah baru dan ruang kelas baru di Provinsi Banten.
Linierkan Kurikulum Merdeka, DPRD Gelar Loka Karya
Berdasarkan data, kata Airin, terdapat 33% guru di Banten yang belum tersertifikasi pada tahun 2021 dan 2,63% guru di Banten belum menempuh pendidikan jenjang S1 pada tahun 2023.
“Ke depan sesuai kebiasaan saya di Tangerang Selatan kasih beasiswa bagi guru-guru untuk bisa untuk mendapatkan sekolah S1.
Itu bagian dari cara untuk meningkatkan kesejahteraan ditambah dengan kualitas dari para guru,” ungkapnya.
Airin pun menekankan bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersama.
Wali Kota Helldy Terima 211 Hewan Kurban PT KS Group untuk Masyarakat Kota Cilegon
Menurutnya, kemajuan pendidikan tidak hanya dapat dicapai oleh pemerintah semata, tetapi membutuhkan kolaborasi.
“Pendidikan merupakan tanggungjawab kita bersama. Tidak mungkin pemerintah berjalan sendiri, tetapi harus ada kolaborasi dan kerjasama antara praktisi dan masyarakat,” pungkasnya. (*/tanjung)