Pepatah mengatakan, bila jodoh tak akan kemana. Hal itu lah yang dialami Agung Maulana, anak tukang bubur warga Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang. Berkat kegigihannya, Agung Maulana lolos seleksi dan menjadi salah satu siswa Pendidikan dan Pembentukan Bintara (Diktukba) Polri 2023 di Sekolah Polisi Negara (SPN) Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
[dropcap]K[/dropcap]isah anak tukang bubur lolos menjadi polisi ini menjadi viral di media sosial, setelah Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Banten Brigjen M Sabilul Alif mempostingnya di akun Instagram pribadinya.
M Sabilul Alif yang tengah membuka siswa Diktuba Polri 2023 di SPN Mandalawangi, Pandeglang berbincang dengan sejumlah siswa. Dari 100 siswa yang berkesempatan mendapatkan pendidikan, terdapat satu siswa yang menjadi perhatian.
Siswa itu bernama Agung Maulana. Pria kelahiran Serang itu mengaku jika dirinya hanya seorang anak tukang bubur keliling, yang bisa berkeliling di sekitar kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.
Orangtua Agung Maulana, Arsadi mengaku tidak menyangka jika anaknya dapat lolos menjadi polisi. Padahal, sebelumnya dia pesimis jika anaknya bisa menjadi polisi, apalagi kondisi ekonominya yang hanya cukup untuk hidup sehari-hari.
“Alhamdulillah Pak dari sekolah itu pengennya jadi polisi. Saya bilang gimana tuh, tukang bubur jadi polisi, dari keturunan dari mana saya, mana bisa,” katanya.
Arsadi menjelaskan, keinginan anaknya menjadi polisi mendapatkan dukungan dari kakaknya, yang juga tukang bubur keliling di wilayah Citra Gading, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang. “Kakaknya tukang bubur, dagang di Citra Gading. Ya sudah daftar saja gitu (meniru omongan anaknya). Alhamdulillah daftar, alhamdulillah itu lulus,” jelasnya.
Arsadi mengungkapkan, kelolosan anaknya menjadi polisi berkat doa yang selalu dipanjatkannya saat melaksanakan ibadah, salat lima waktu. “Yang bawa-bawa itu kakaknya. Jadi saya mah enggak tahu gitu, enggak tahu prosesnya. Cuma berkat doa,” ungkapnya.
Arsadi menerangkan Agung Maulana selama ini berusaha keras melakukan latihan, agar bisa lolos menjadi polisi. Hasil kerja kerasnya itu akhirnya membuahkan hasil. “Setiap hari lari 2 kilo di Picung (Pandeglang) di sana kan banyak kebun sawit. Dia juga hobby main volly,” terangnya.
Arsadi menegaskan, hingga anaknya lolos pendidikan di SPN Mandalawangi, tidak ada sepeser uang yang dikeluarkannya. Anaknya lolos tanpa membayar sedikitpun. “Enggak bayar, soalnya saya enggak punya duit. Tukang bubur dari mana punya uang. Enggak ada, cuma buat materai, buat fotocopy,” tegasnya.
Sementara itu, Wakapolda Banten Brigjen Sabilul Alif mengatakan, anak tukang bubur jadi polisi merupakan sesuatu yang luar biasa, dan itu benar-benar terjadi di Banten. “Kalau anaknya polisi bisa masuk itu mungkin wajar, karena sudah dididik, dilatih, mungkin tau bapaknya dulu. Anaknya tentara mungkin juga iya,” katanya.
Sabilul menjelaskan tidak ada yang tidak mungkin untuk menjadi seorang polisi, selama ada niat dan kesungguhan pasti akan tercapai. “Siapa pun, bisa menjadi apa pun. Siapa saja, bisa menjadi apa yang diinginkannya. Asalkan tekun, rajin, sabar, sungguh-sungguh, dan tentu senantiasa berdoa kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa,” jelasnya.
Sabilul mengungkapkan anak tukang bubur menjadi polisi patut diapresiasi, dan menjadi contoh. Terutama perjuangan dan doa orangtua yang menginginkan anaknya jadi polisi.
“Saya harus banyak belajar dari para orang tua itu. Betapa di tengah keterbatasan, mereka tak pernah kehilangan harapan. Para orang tua yang sempurna inilah yang menjadikan tantangan sebagai jalan meraih impian,” ungkapnya.
Sabilul mengaku telah berkesempatan bertemu orangtua dengan siswa SPN Mandalawangi di Mapolda Banten. Bahkan dirinya memborong dagangan tukang bubur tersebut. “Saya janji akan memborong dagangan bubur orang tuanya. Semangat para orang tua ini pula, yang bisa menjadikan seseorang dari zero to hero,” jelasnya. ***