BEP Belasan Tahun Jadi Alasan Tarif Tol Serpan Mahal

BEP Belasan Tahun Jadi Alasan Tarif Tol Serpan Mahal
Gerbang Tol Rangkasbitung yang menjadi batas pembangunan jalan Seksi 1 Tol Serpan terpantau sepi kendaraan, Kamis (18 Juli 2024).

Bantenraya.co.id – PT Wijaya Karya (Wika) Serang Panimbang (Serpan) mengungkapkan alasan tarif Tol Serang-Panimbang dinilai mahal oleh masyarakat.

PIC Teknik dan Operasi Wika Serpan Pudik Prayogi mengatakan, tingginya tarif tersebut disebabkan break event point (BEP) jalan tol rata-rata mencapai 15 sampai 20 tahun,

sehingga berdasarkan hitungan Ability To Pay (ATP) atau kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterima berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal.

Bacaan Lainnya

Serta hitungan Willingness To Pay (WTP) berupa kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya masih cukup tinggi.

Bilboard Pasangan Walikota dan Wakil Walikota Serang Budi-Agis Marak

“Kalau dibandingkan dengan tol sebelah (Astra Infra Tol-red) memang tidak applle to applle karena dari sisi waktu investasi saja berbeda,

kalau mereka tinggal ambil income saja karena sejak tahun 1997, sedangkan kita baru di November 2021,” kata Pudik saat ditemui di Kantor Wika Serpan Proyek Jalan Tol Sesi II, Kamis (18 Juli 2024).

Pudik menambahkan, secara rata-rata tarif jalan Tol di Indonesia masih terbilang mahal dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara seperti Thailand atau Malaysia.

“Kalau Indonesia averagenya itu Rp1.500 per kilometer, sedangkan tarif yang kami tetapkan di angka Rp1.205 per kilometer, dan tarif tol di Astra Infra Tol Tangerang-Merak itu Rp800 per kilometer,” imbuhnya.

Bocah Asik Mandi di Saluran Irigisai Kasemen Kota Serang

Ditambah, sensitivitas dua wilayah yang dilintasi Tol Serpan yakni Lebak dan Pandeglang memiliki UMR paling rendah di Banten, meskipun memiliki tujuan akhir di kawasan wisata.

Secara volume kendaraan, jalan Tol Serang-Panimbang juga masih berada jauh dibandingkan dengan Astra Infra

Tol Tangerang-Merak. Masih kurang dari 5 persen dari total volume kendaraan harian.

“Kalau di sebelah itu bisa mencapai 150 ribu kendaraan volume harian, sedangkan volume kita masih 5 persen di bawahnya,” papar Pudik.

Sambut Liburan Sekolah, Swiss Belhotel Serpong Siapkan Paket Campcation

Masih kata Pudik, pembangunan jalan tol Seksi 2 dan 3 batal rampung di tahun 2024. Seksi 2 Rangkasbitung-

Cileles sepanjang 24,17 Km masih dalam proses konstruksi dengan progres konstruksi mencapai 55,83 persen,

dan Seksi 3A Cileles-Bojong sepanjang 17,46 Km dengan progres mencapai 68,19 persen.

“Karena ada kondisi keterlambatan pembebasan lahan, karena prosesnya bermacam-macam di lapanhan,

Wali Kota Helldy Hadiri Sertijab Kajati Banten

ada lahan milik orang biasa sampai pejabat dan milik pemerintah yang perlu di selesaikan,” tutur Pudik.

Manager Bidang Pemasaran Strategis dan Pengembangan Wika Serpan Muhammad Albagir menyebut,

meski mengalami berbagai kendala pihaknya optimis apabila jalan tol sepanjang 83,67 kilometer tersebut

rampung maka bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Banten di angka 6-7 persen.

Bunuh 6 Badak Jawa, Sunendi Divonis 12 Tahun Penjara

“Ini menjadi gerbang menuju Banten, dan pertumbuhan ekonomi bisa growth 6-7 persen,

serta mampu mengurangi ketimpangan antara Banten Selatan dan Utara terutama dengan adanya objek wisata di kawasan tersebut,” terang Albagir.

Ia menilai, optimistisme tersebut juga disebabkan banyak wisatawan yang tertarik untuk berkunjung ke Ujung

Kulon dibandingkan ke Bogor atau wisata di sekitarnya yang notabene mengalami kemacetan saat momen liburan.

“Karena ada pilihan untuk tidak macet, lebih baik spent uang lebih besar, jadi memilih lokasi wisata di Ujung Kulon,” jelasnya. (raden)

Pos terkait