BANTENRAYA.CO.ID – El Nino belakangan ini mulai memarah dan dampaknya makin berbahaya.
Bahkan bahaya fenomena El Nino sampai terasa di tanah Papua.
Dampak El Nino tersebut tepatnya terjadi di Distrik Lambewi dan Distrik Agandume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
BACA JUGA: 5 Ide Lomba 17 Agustus yang Kreatif dengan Alat Sederhana
Dilansir bantenraya.co.id dari salah satu postingan akun Instagram @mongabay.id, fenomena cuaca ektrem tersebut dilaporakn telah memakan korban jiwa di Papua Tengah.
Sebagai tambahan informasi El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Namun, dampak suhu panas tersebut juga sampai terasa ke Papua.
BACA JUGA: 10 Rekomendasi Skincare Alami yang Bisa Bikin Wajah Tetap Sehat dan Glowing
Enam orang meninggal karena mengalami kelaparan akibat bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Hal tersebut dikorfirmasi oleh Mendagri Tito Karnavian pada Penyerahan Insentif Fiskal Kategori Kinerja Pengendalian Inflasi di Daerah, Senin (31/7/2023).
Berdasarkan data Kementerian Sosial, masih ada 7.500 jiwa yang terdampak.
BACA JUGA: 4 Tips Menjadi Pendengar yang Baik, Rahasia untuk Hubungan Kalian Makin Langgeng
Mereka kelaparan akibat cuaca yang menyebabkan tanaman pangan mereka gagal panen.
Makanan pokok, seperti umbi dan jagung menjadi layu dan busuk sehingga terjadi gagal panen.
Saat ini, Kementerian Sosial dan TNI bersama BNPB sedang berupaya memberikan bantuan kebutuhan dasar.
BACA JUGA: Jangan Takut Donor Darah! Manfaatnya Sangat Besar ke Kesehatan
Kendalanya pada jarak dan medan yang harus ditempuh serta keamanan.
Namun Tito Karnavian juga menuturkan kalau ketersediaan pangan untuk menghadapi El Nino ke depan sudah bisa diatasi.
“Saat ini pasokan (pangan) sudah bisa masuk, dan permasalahan ketahanan pangannya sudah bisa diatasi,” kata Tito.
BACA JUGA: 7 Situs Kuliah Online Gratis untuk Kamu Upgrade Skill Dimana Saja dan Kapan Saja
BMKG pun memprediksi ancaman El Nino akan mengalami puncaknya pada Agustus-September.
Situasi ini dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, dan produktivitas pangan.***