BANTENRAYA.CO.ID – Sulitnya masa panen akibat fenomena kemarau panjang membuat harga beras di pasaran terus meningkat.
Ketersediaan beras yang langka dan tingginya harga, banyak dikeluhkan oleh masyarakat.
Pasalnya, untuk harga beras medium di pasaran saat ini telah mencapai Rp 13.300 ribu perkilogramnya.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi atau Pemprov Banten membenarkan akan tingginya harga beras di pasaran.
Akan tetapi, Pemprov Banten mengklaim bahwa harga beras saat ini masih dapat terkendali, dan di beberapa daerah bahkan ada yang sudah mengalami penurunan.
BACA JUGA:Harga Beras di Pandeglang Masih Tinggi, Konsumen Pilih Beras Medium
Penjabat atau Pj Sekretaris Daerah Provinsi Banten Virgojanti mengungkapkan, saat ini harga beras yang tinggi masih terus menjadi pembahasan yang serius dalam rapat penanganan inflasi daerah yang biasa dilakukan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri RI).
Virgojanti juga mengamini akan tingginya harga beras yang terjadi akibat kemarau panjang.
Ia mengatakan bahwa tingginya harga beras bukan hanya terjadi di Banten, tetapi juga di banyak wilayah di Indonesia. Kendati demikian, Virgojanti mengklaim bahwa ada grafik penurunan harga beras yang terjadi di Banten.
“Memang harga beras yang tinggi saat ini telah menjadi masalah nasional, jadi bukan hanya di Banten saja. Saat ini, harga rata-rata beras di pasaran itu berada di angka Rp 12.375 ribu perliternya. Sementara untuk Harga Eceran Tertinggi (HET) itu Rp 12.000 per liternya untuk jenis beras medium,” kata Virgojanti kepada wartawan, Senin, 23 Oktober 2023.
BACA JUGA:Beras Jadi Biang Kerok Terjadinya Inflasi di Banten, Harganya Masih Melambung
Virgojanti juga mengungkapkan, terdapat beberapa harga komoditas pangan yang saat ini masih di atas HET Pemerintah.
Diantara komoditas pangan tersebut adalah beras, cabai merah, dan gula.
Saat ini, harga cabai rawit merah di pasaran telah mencapai angka Rp 47.625 per kilogram, sementata untuk gula pasir sebsar Rp 14.813 per liter.
“Ada tiga komoditas yang selama tiga minggu berturut-turut harganya masih di atas HET Pemerintah, yaitu tentu beras, kemudian cabai merah, dan gula. Dan itu memang terjadi bukan hanya di kita saja, tetapi juga di seluruh Indonesia utamanya harga beras itu mengalami kenaikan,” jelasnya.
Meskipun begitu, Virgojanti mengklim bahwa harga beras yang terjadi di Banten masih dalam relatif aman dan terkendali.
BACA JUGA:Jadwal Damri Makassar ke Morowali, Lengkap dengan Harga Tiketnya
Bahkan, kata dia, harga beras di Banten sempat mengalami penurunan walau pada skala angka yang rendah.
“Saya melihat ada penuruanan harga walaupun itu sedikit, tapi memang rata-rata kita masih di angka Rp 12 ribu. Sementara kalau kita lihat dadi minggu kemarin itu di angka Rp 13 ribu. Sedikit sekali memang penurunannya, akan tetapi itu berarti upaya kita sedikit-sedikit membuahkan hasil,” ungkapnya.
Lebih lanjut Virgojanti mengatakan, untuk harga beras terendah saat ini berada di daerah Pandeglang dengan harga di angka Rp 11 ribu.
Sementara, untuk harga beras tertinggi berada di Kota Cilegon yang mencapai angka Rp 13 ribu per liternya.
Harga tersebut dikatakan Virgojanti merupakan harga untuk kualtias beras medium.
BACA JUGA:Diminta Pemindahan RKUD, Walikota Syafrudin: Pemprov Banten Jangan Ingin Perlunya Aja
Ia menuturkan, data grafik harga yang terjadi nantinya akan menjadi data rujukan bagi Pemprov Banten untuk melakukan upaya-upaya treatment seperti operasi pasar dan pasar murah.
“Tentunya (treatment-red) yang akan dilakukan nanti menyesuaikan dengan kondisi-kondisi tematik itu, misalnya di Cilegon harga beras tinggi, berati dalam operasi pasarnya, berasnya lebih ditingkatkan lagi,” jelasnya.
Lebih jauh Virgojanti mengatakan, gerakan operasi pasar dan gerakan pasar murah masih menjadi langkah yang akan terus diupayakan olehnya.
Hal tersebut dilakukan guna menstabilkan harga ketiga komoditas pangan tersebut saat kemarau panjang.
“Upaya kita dengn gelaran pangan murah dan operasi pasar itu akan terus konsisten kita jalankan,” pungkasnya. (mg-rafi)***